Sebelum
melanjutkan cerita perjalanan saya dan teman-teman di Kota Gudeg, saya ingin
mengulas sedikit tentang tempat tujuan yang kami kunjungi berikutnya. Kali
ini adalah Pantai Parangtritis.
Siapa sih yang
tidak kenal dengan Pantai Parangtritis? Parangtritis adalah sebuah nama
pantai yang lumayan fenomenal di Jogjakarta. Pantai ini lebih sering
disebut dengan nama Pantai Selatan. Terletak di Desa Parangtritis,
Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Jogjakarta, sekitar 27 kilometer sebelah Selatan
Kota Jogjakarta.
Pantai Parangtritis (dokpri) |
Pagi itu, 19
Juni2013, jam tujuh pagi, kami memulai perjalanan menuju Pantai
Parangtritis. Dengan jalanan yang relatif datar, mobil Elf yang membawa kami,
meluncur mulus ke arah tujuan. Sebenarnya, dari kota Jogja ada dua jalur menuju
lokasi pantai. Jalur pertama adalah Jogjakarta – Jalan Parangtritis – Kretek –
Parangtritis. Inilah jalur utama yang biasa digunakan wisatawan/pengunjung.
Lalu, jalur kedua, Jogjakarta – Imogiri – Siluk – Parangtritis. Menurut Pak
Sopir, jalur ini lebih jauh, tapi pemandangan yang dilalui lebih indah.
Perjalanan yang seperti menaiki dan menuruni bukit akan dimanjakan oleh
pemandangan areal persawahan yang luas menghijau. Belum lagi sungai yang
mengalir jernih serta deretan bukit karst. Selain itu, katanya kita akan
melewati lokasi makam raja-raja Imogiri. Tapi, kami memilih jalur pertama. Tak
apalah, yang penting tujuannya sama.
Sekitar satu jam
berikutnya kami pun tiba di lokasi. Oh, iya... tiket masuk ke kawasan wisata
ini hanya Rp3000 saja per orang. Karena kami naik mobil, maka untuk kenderaan
yang kami pakai dikenakan biaya Rp1000 lagi. Tempat parkirnya juga cukup luas
dan lumayan aman.
Lidah ombak Parangtritis itu terasa sejuk di kaki. |
Tempat istirahat di tepi pantai, harganya 25 ribu. (dokpri) |
Mari kita
telusuri pula tentang asal muasal nama pantai tersebut. Mengapa diberi nama
Parangtritis? Kata Parangtritis diambil dari kata “tumaritis” yang artinya
menetes dan “parang” berarti parang. Dari kedua kata ini, maka daerah tersebut
diberi nama Parangtritis yang mengandung arti air yang menetes dari batu.
Keindahan
pantainya hingga saat ini masih diselimuti oleh cerita-cerita yang justru
menjadi daya tariknya. Misalnya, isu tentang adanya pengunjung Pantai Selatan
yang tiba-tiba hilang terseret ombak menjadi sebuah kisah yang hangat
dibicarakan ketika itu. Kejadian ini lalu menguatkan mitos bahwa penguasa laut
yang disebut sebagai Ratu Pantai Selatan alias Nyi Roro Kidul memiliki andil
terhadap kasus hilangnya para wisatawan itu. Ratu Pantai Selatan ini pula
menjadi sosok misterius yang melekat pada pantai itu. Konon kabarnya Nyi Roro
Kidul suka mengambil nyawa pengunjung jika bertingkah aneh-aneh di pantai atau
tidak mengindahkan kaidah alam.
Sumber Foto: http://www.gophoto.it |
Dari kenyataan yang ada, masyarakat di
situ meyakini kalau Pantai Parangtritis adalah kawasan kekuasaan Nyi Roro Kidul.
Mereka juga meyakini kalau Nyi Roro Kidul menyukai warna hijau maka untuk
keselamatan, wisatawan yang berkunjung diharapkan tidak memakai baju berwarna
hijau. Keyakinan inilah yang akhirnya banyak memberi aura misterius pada keberadaan
Pantai Selatan. Hmm....
Sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang diberi akal budi, saya tak serta-merta pasrah dengan kabar-kabar yang mungkin bisa
dijelaskan secara ilmiah itu. Dari browsing yang saya lakukan akhirnya
terbukalah rahasia tentang mitos dan kemisteriusan itu. Sejumlah praktisi ilmu
kebumian mengatakan bahwa penyebab utama lenyapnya beberapa wisatawan di pantai
itu karena terseret oleh Rip Current. Penjelasan tentang Rip Current
ini bisa dibaca di sini.
Baiklah, saya
tak akan mengulas lebih panjang lagi tentang kemisteriusan pantai ini. Yang
pasti, keindahan pantainya yang landai dan berombak itu sudah sangat memesona saya.
Saya dan ibu-ibu majlis ta'lim Al Hidayah |
Setelah puas
berfoto-foto di pantai, kami pun menuju Pantai Depok. Katanya di sana banyak
menyediakan ikan dan makanan laut yang segar. Kami memilih salah satu tempat
makan lesehan "Bintang Laut" di pantai itu. Setelah memesan sejumlah ikan, udang, dan
cumi-cumi serta menu pendukung lainnya, kami pun menunggu semua pesanan itu
dimasak. Enggak usah takut dengan harga. Cukup terjangkau.
Hiii...malunya, sudah ludes baru ingat moto. :p (dokpri) |
Setelah menunggu
akhirnya pesanan pun siap dihidangkan. Saking lahapnya menyantap hidangan itu,
saya jadi lupa mangambil foto utuhnya sebelum dimakan habis oleh kami.
Hahaha.... Terlalu!
Dari Pantai
Selatan, kami tak langsung kembali ke penginapan. Masih ada tempat lain yang
akan kami kunjungi. Nggak usah diceritakan di bagian ini ya. Dan, terima kasih
buat yang sudah mengikuti perjalanan saya dan teman-teman selama empat hari di
Jogjakarta. [Wylvera W.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar