Menyusuri sungai dengan jukung (dokpri) |
Ketika rencana perjalanan menuju
kota Banjarmasin tercetus, saya langsung browsing
tentang kota itu. Dari sana saya mengetahui bahwa Banjarmasin sebagai ibu
kota provinsi merupakan pusat perdagangan dan pariwisata. Banjarmasin juga
dijuluki sebagai Kota Air. Kota yang dibelah oleh sungai Martapura ini
memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakatnya dalam
pemanfaatan aliran sungai sebagai sarana transportasi air dan perdagangan. Dari
hasil googling inilah saya
berkesimpulan bahwa berkunjung ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan tak lengkap
jika tak menikmati pasar terapungnya. Maka ketika saya dan mantan Redaksi
Majalah Insani tiba, kunjungan ke pasar terapung menjadi prioritas kami.
Selain
pasar terapung di Muara Kuin Banjarmasin, pasar terapung lainnya yang dapat
kita nikmati adalah di Lok Baintan yang berada di atas Sungai Martapura. Pasar
terapung di muara Sungai Kuin dan Barito ini bisa ditempuh melalui dua rute.
Kami memilih salah satu rute yaitu dengan menggunakan perahu motor yang mereka
sebut dengan jukung (sebutan perahu
dalam bahasa Banjar). Harga sewa perahu ini cukup terjangkau. Berkisar antara
50 sampai 70 ribu, tergantung jumlah penumpangnya.
Matahari masih malu-malu menampakkan diri (dokpri) |
Pagi
itu selepas subuh dan sebelum matahari muncul dengan sempurna, kami bergegas
menuju tepian sungai untuk berperahu ke pasar terapung. Kami tak ingin
ketinggalan momen untuk berbelanja di pasar terapung yang biasanya berakhir
pada jam sembilan pagi. Udara pagi meyelimuti permukaan air sungai. Sambil
menyusuri Sungai Martapura, kami menikmati matahari terbit dan pemandangan di
sisi kanan dan kiri sungai. Tangan saya tak mau lengah mengabadikan momen.
Ada
rasa heran (norak ya...hehehe) melihat pemandangan di tepian sungai. Di
sepanjang tepian sungai itu segala aktivitas penduduk dilakukan layaknya di
pemukiman yang ada di darat. Selain rumah-rumah penduduk, di sana juga ada toko
kelontong, salon, sekolah, dan praktik bidan. Segala kegiatan penduduk mulai
dari mandi, mencuci sampai memasak dilakukan di atas rumah panggung yang di
bawahnya mengalir sungai. Jangan tanyakan masalah kebersihan. Itulah yang
membuat saya heran bercampur prihatin sebenarnya. Tapi, katanya mereka sudah
terbiasa dengan kondisi seperti itu.
Ragam aktivitas masyarakat di pemukiman atas air (dokpri) |
Sambil
menikmati pemandangan langka itu, tanpa terasa kami pun tiba di lokasi pasar
terapung. Pasar terapung merupakan pasar tradisional yang aktivitas jual
belinya berlangsung di atas sungai dengan menggunakan perahu. Pasar terapung di
Banjarmasin ini lokasinya di persimpangan Sungai Kuin dan Sungai Barito. Pasar
terapung merupakan refleksi budaya masyarakat Banjar yang telah berlangsung
sejak dahulu kala. Unik dan sungguh-sungguh memancing perhatian para pendatang.
Bahkan para wisatawan dari luar Indonesia pun tak mau ketinggalan untuk
mengunjungi pasar terapung ini.
Keunikan Pasar Terapung, Banjarmasin (dokpri) |
Melihat
para pedagang yang kebanyakan para wanita dengan menggunakan perahu kecil itu bolak-balik
saya menahan napas. Seolah perahu-perahu pembawa barang dagangan mulai dari
sayur-mayur, buah-buahan, ikan segar, hasil kebun, hingga kuliner dan kudapan
itu akan bertabrakan dan terguling ke sungai. Tetapi saya lihat para pedagang
itu cukup terlatih. Selain menahan napas saya juga berdecak kagum ketika
melihat pengemudi perahu adalah para ibu-ibu yang sudah lanjut usia. Luar biasa
gesitnya!
Selain
menerima uang dari pembeli seperti kami, keistimewaan pasar terapung ini adalah
transaksi barter antar para pedagang berperahu itu. Dalam bahasa Banjar disebut
bapanduk. Para pedagang wanita yang
disebut dukuh menjual hasil
produksinya sendiri. Lalu, pihak kedua yang membeli dari para dukuh untuk
dijual kembali disebut panyambangan.
Hampir semuanya ada di sini lho (dokpri) |
Kapan
lagi saya akan berpuas-puas menikmati jajanan di pasar terapung seperti ini? Selain
memborong pisang, kami juga membeli kue-kue sebagai ganti sarapan pagi.
Sebenarnya saya ingin sekali menikmati soto Banjar yang juga dijual di atas
perahu itu, tapi jarak perahu kami dengan penjualnya tidak memungkinkan. Semoga
lain waktu saya bisa kembali untuk lebih berlama-lama memuaskan diri menikmati
aneka jajanan yang dijual di pasar terapung. [Wylvera W.]
Pengalaman yang sangat menyenangkan, dan juga unik. Jadi penasaran juga untuk merasakan sensasi belanja di pasar tradisional terapung di sana.
BalasHapusIya, Mas. Ayo dicoba. :)
HapusWahh pisangnya setandan lagi...hihi, kayanya menarik...jadi pengen cobain blanja di pasar apung juga ni
BalasHapusHahahaha, diriku memang penyuka pisang. Setandan begini bisa nonstop ini makannya lho. Ayo, Mbak dicoba. :)
HapusUniknya pasar terapung, saya belum pernah lihat langsung nih baru lihat di TV aja hehe
BalasHapusKalau lihat langsung lebih seru dan merasakan sensasi bergoyang-goyangnya saat beerbelanja. Hahaha ....
HapusTakut-takut sih soalnya gak bisa renang takut jatuh. Tapi kayaknya menarik. Kebayang tiap mau pindah ke penjual lain jadi harus dayung-dayung dulu, hihihi
BalasHapusAku juga gak pandai berenang, Mas. Semangat aja menikmati hal-hal baru serupa ini. :)
Hapus