Laman

Minggu, 18 Oktober 2015

Menuju Negeri Ratu Elizabeth

#Jalan-jalan Nekat (part 1)

London Eye yang ngangeni. (dokpri)

              Jalan-jalan bukan di saat liburan sekolah, kok bisa? Bisa dong, sepuluh hari malah. Nekat ya? Yap! Itu sebabnya saya sebut sebagai jalan-jalan nekat judulnya. Mau tau kenapa bisa begitu? Mau tau aja atau mau tau bangeeet? Hihihi....
            Semua bermula dari obrolan santai antara saya dan suami. Kami berdua sudah pernah berkunjung ke London dan beberapa kota lainnya di belahan negara Inggris itu. Tahun 2010 lalu tepatnya. Saat itu kedua anak saya tidak ikut karena harus sekolah. Kebetulan kedua orangtua saya juga sedang ada bersama kami di Bekasi. Jadilah anak-anak dijaga oleh Kakek dan Neneknya selama kami bepergian.
            Entah dari mana mulanya, tiba-tiba si Kakak (sebutan pada anak sulung kami) menggebu-gebu pengin ke London. “Seandainya aku bisa menginjakkan kaki di London ya, wuiiih...senangnya!” begitu ujarnya. Obsesi itu bukan sekali dua kali diucapkannya. Jika habis melihat tayangan di youtube dengan setting London, dia pasti mengungkapkan keinginan itu lagi. Ternyata kata-kata si Kakak direkam oleh suami saya. Inilah awal dari niatnya untuk mengajak kami ke sana.
            “Insya Allah, akhir November aku ada kursus lagi di London,” kata suami saya beberapa minggu sebelum bulan November 2014 lalu.
            “Alhamdulillah,” balas saya.
            “Iya, rezekinya memang harus ke sana lagi,” lanjutnya.
            Suami ingin mengajak saya. Tapi rasanya tidak mungkin meninggalkan anak-anak tanpa ada yang menjaga mereka di rumah. Kakek dan Nenek mereka sudah kembali ke Medan. Saya tak terlalu berharap untuk ikut. Maka saya tak menanyakan kelanjutan rencana itu ke suami.
Akhirnya suami memutuskan mengajak kami bertiga. Kembali saya bingung. Tanggal kursus itu bukan masa liburan anak-anak saya. Suami meminta saya untuk menanyakan izin ke sekolah anak-anak. Namun sebelum urusan ke sekolah, saya lebih dulu menanyakan ke anak-anak. Bukan kegalauan yang terdengar, justru senyum sumringah mereka menjadi jawabannya. Mereka siap menyusul ketinggalan pelajaran dan ulangan harian katanya. Okelah kalau begitu.
            Yes! Akhirnya...!” seru si Kakak berjingkrak-jingkrak kegirangan.
            “Asyiiik... nanti ke Old Trafford juga gak?” timpal si Adik tak kalah senang.
           Melihat keantusian kedua buah hati kami, akhirnya saya pun mengurus permohonan izin ke sekolah mereka. Izin pertama adalah saat harus mengurus visa. Salah satu syarat untuk mengurus visa buat anak-anak saya adalah surat keterangan izin dan pernyataan resmi dari Kepala Sekolah mereka. Alhamdulillah... tak ada yang sulit. Semuanya berjalan lancar, hingga permohonan izin untuk tidak mengikuti kegiatan sekolah selama sekitar delapan hari pun diberikan.
            Singkat cerita, setelah visa dan tiket sudah di tangan, kami pun siap untuk berangkat. Hari Kamis, 20 November 2014, perjalanan menuju bandara Soekarno Hatta terasa mendebarkan bagi kedua anak-anak saya. Banyak rencana yang mereka obrolkan jika mereka nanti tiba di London.
"Ganjal" perut dulu di Citibank Lounge. (dokpri)
Si Kakak serius banget ih. (dokpri)



        Pesawat Singapore Airlines  (SQ) yang akan membawa kami menuju Bandara Internasional Heathrow, London berangkat pukul 18.45 WIB dari Bandara Soekarno Hatta. Kami masih punya sisa waktu sekitar satu setengah jam. Sisa waktu itu kami habiskan di Citibank Lounge. 
Menunggu di gate. (dokpri)
              Saatnya boarding.
            Sesekali saya lirik ekspresi mata kedua anak saya. Jelas sekali ada binar di sana. Ini adalah perjalanan musim dingin dan kunjungan pertama mereka ke London. Terlebih si Kakak. Sesekali bibirnya menyunggingkan senyum kepuasan. Rasa syukur pun berulang terucap di hati saya. Ini adalah rezeki dari Allah Swt. Tanpa izin-Nya tak mungkin kami bisa menuju ke sana.
Menyempatkan berfoto ria di pesawat sebelum mematikan hape (dokpri)
            Kami pun sudah berada di atas pesawat yang nyaman dan dilengkapi dengan layar tivi di bangku masing-masing. Ini adalah penerbangan kedua anak-anak saya bersama Singapore Airlines sejak tahun 2009 lalu saat kembali dari Amerika. Saya lagi-lagi berterima kasih ke suami. Saya tahu harga tiket pesawat SQ tidak murah. Namun, keputusan suami memilih SQ adalah semata-mata untuk menyenangkan kedua anak-anak kami. Masya Allah....
        Penerbangan yang menghabiskan durasi sekitar tiga belas jam itu akan terasa nyaman bersama pelayanan SQ. 
Transit di Changi (dokpri)
Pesawat SQ yang kami tumpangi transit di Bandara International Changi, Singapore. Sekitar satu setengah jam kemudian pesawat pun kembali terbang menuju London Heathrow Airport. Selama di pesawat sebelum mengantuk, anak-anak saya menggunakan waktu untuk menikmati koleksi film-film baru. Ini yang membuat perjalanan malam menuju London tidak terasa terlalu melelahkan. Hingga akhirnya kami tiba di bandaranya.
Udara mulai terasa dingin. Kami harus siap dengan coat demi menutupi kulit dari sengatan udara dingin itu. 

Setelah pengambilan bagasi, Bandara Heathrow (dokpri)
“Ke hotelnya naik apa?” tanya si Adek seolah tak sabar ingin melihat kota London yang klasik.
“Naik tube,” jawab suami saya sambil menjelaskan seperti apa alat transportasi yang akan membawa kami menuju penginapan.
“Siap membawa koper ya. Soalnya naik tube itu bakal turun naik tangga lho,” ujar saya menyemangati anak-anak kami.
“Oke...no problemo,” balas si Kakak yakin.
Menunggu si Bapak membeli tiket tube (dokpri)
Setelah mengambil bagasi, suami saya bergegas membeli tiket kereta. Tiket yang dibeli suami saya adalah paket untuk delapan hari kami berada di London. Tiket kereta sudah di tangan. Tibalah saatnya kami menuju stasiun bawah tanah (underground) untuk mencapai tube dengan rute tempat kami menginap selama di London.
Lumayan rasanya naik turun tangga dengan dua koper besar setelah tiga belas jam mengudara. Tapi rasa lelah itu tak tergambar di wajah kedua anak saya. Mereka malah tersenyum-senyum saja. Tak sampai sepuluh menit, kereta (tube) yang kami tunggu pun tiba. Kami bergegas menaikkan koper. Perjalanan menuju Camden Town (lokasi tempat kami menginap) pun dimulai. 
Kereta belum begitu padat di pagi hari (dokpri)

Exciting! Itu yang terbaca di mata kedua anak saya. Sesekali mereka menatap rute yang tertera di dinding tube. Sementara di dalam tube, tak ada yang bisa dilihat karena kereta ini lebih banyak bergerak di bawah tanah. Hanya wajah-wajah Eropa yang lumayan buat cuci mata. Hehehe....
Tak jauh dari stasiun bawah tanah inilah kami menginap (dokpri)
Sekitar 45 menit setelah itu, kami pun tiba di Camden Town, Underground Station. [To be continued]

5 komentar:

  1. Huaaaaa pengeeenn... aku paling seneng kalo liat para ortu bawa anak2nya jalan2 gini mbak apalagi udah pada gede pasti ga seribet aku yg bawa balita ya hehehe....
    Moga2 aku bisa bawa nadia ke London juga. Aku pengen main ke rumaahnya sherlock holmes hehehhe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, ini postingan pindahan dari blog sebelumnya sebenarnya, Mbak.
      Btw, tentang Sherlock Holmes, ada di part berikutnya deh. Tungguin ya, kupindahi dulu satu per satu. :)

      Hapus
  2. seru banget, aku juga mau ah mengucapkan mantra pengen ke Londong hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga masih mau lagi kok. #Eh hahaha ....

      Hapus
    2. Asyiknya bisa ngeTrip sampai ke luar negeri !!!

      Hapus