#Jalan-jalan
Nekat (part 9)
Di hari ke-8, suami saya bisa
menemani kami lagi karena jadwal kursusnya sudah selesai. Di sisa-sisa hari
ini, kami masih ingin menyempatkan untuk mampir ke Bristol dan Bath Spa. Waktu
ke UK pertama kali dulu, saya dan suami belum sempat mampir ke Bristol, jadi
kami memasukkan kota itu di daftar kunjungan kali ini. Sementara Bath Spa, ini
adalah kunjungan kedua saya dan suami.
Kembali seperti hari-hari
sebelumnya, jika ingin bepergian keluar dari London, kami harus bangun lebih
pagi. Setelah rapi, kami pun bergegas keluar dari penginapan.
Buuuz...!
Udara semakin dingin saja, namun kami harus tetap berjalan kaki menuju stasiun
bawah tanah Camden Town.
Masih sempat fotoan pagi-pagi dengan mata yg masih sembab (dokpri) |
Dari Camden Underground Station
kami mencari jalur kereta menuju Paddington Station. Jadwal keberangkatan
lagi-lagi memberi sisa waktu buat membeli sarapan. Setelah membeli sandwich roti gandum dan minuman untuk
disantap di perjalanan, kami pun bergegas menaiki kereta menuju Bristol.
Sejenak
di Bristol
Perjalanan dari Paddington Station
menuju Bristol menghabiskan waktu sekitar 2 jam. Selama di kereta, kami
melupakan kebiasaan yang selalu kami lakukan seperti hari-hari sebelumnya. Kami
tidak mengambil gambar lagi dari balik kaca jendela kereta. Mungkin sudah mulai
lelah atau mengantuk, karena energi sudah terkuras beberapa hari sebelumnya.
Kami memanfaatkan waktu dua jam itu hanya untuk sarapan dan memejamkan mata. Mengumpulkan
tenaga untuk kembali menantang hawa dingin di Bristol.
Wajah-wajah lelah dan kedinginan (dokpri) |
Akhirnya kami pun tiba di kota
nomor delapan terpadat di Inggris itu. Bristol yang berlokasi di Barat Daya
Inggris itu sebenarnya adalah kota yang memiliki pusat kebudayaan terbesar di
wilayah South West England. Itu salah satu alasan mengapa saya agak ngotot
mengajak suami dan anak-anak untuk menyempatkan mampir ke kota ini.
My Boy sih tetap segar ^-^ (dokpri) |
Penginnya nyewa taksi itu buat halan-halan, tapi mihil bingits :( (dokpri) |
Awalnya saya ingin sekali
menjelajahi kota ini dengan berjalan kaki. Tapi apa boleh buat, saat sampai di
sana, tiba-tiba Mira merasa kakinya agak kaku untuk digerakkan. Mungkin staminanya sudah menurun, karena
selama seminggu sebelumnya kami terus-menerus melakukan perjalanan. Ditambah
udara dingin menusuk kulit, ternyata perlahan mengurangi tenaga kami.
Menunggu bus di sini (dokpri) |
Namun, karena sudah tiba di
Bristol, Mira merasa sayang juga untuk melewatkan momen. Akhirnya kami kembali memilih
berkeliling menaiki bus, supaya Mira bisa beristirahat dan menghangatkan
badannya. Tidak banyak gambar yang bisa terekam oleh kami. Kami hanya menikmati
sudut-sudut kota dan merekamnya dalam ingatan saja.
Hanya ini yang terekam |
Menuju
Bath Spa
Setelah puas berkeliling dengan
bus, kami memutuskan untuk kembali melanjutkan naik kereta menuju Bath Spa yang
lokasinya tidak jauh dari Bristol. Hanya sekitar 20 menit kami sudah sampai di
kota yang anggun dan tenang itu.
Tiba di stasiun Bath (dokpri) |
Stasiun Bath Spa yang tenang dan tertata rapi (dokpri) |
Tetap tersenyum walau mulai lelah (dokpri) |
Bath Spa merupakan kota tua satu-satunya
di Inggris yang memiliki sumber air panas. Sumber air panas yang diabadikan di
museum Roman Bath ini merupakan peninggalan kerajaan Roma 2000 tahun lalu. Kembali
disayangkan, kami tidak sempat menikmati sensasi air panas di Thermae Bath Spa
yang letaknya tak jauh dari museum Roman Bath. Jadi tidak banyak informasi yang bisa saya bagi
di catatan kali ini. Maaf ya ....
Suasana kota yang agak ramai karena ada semacam pasar kaget (dokpri) |
Beberapa bangunan artistik sempat terbidik kamera (dokpri) |
dokpri |
Anak saya, Mira, sudah sedikit
segar. Kami kembali mencoba untuk berjalan kaki menyusuri kota Bath Spa. Kota ini
dilengkapi oleh taman yang cantik dan bersih, trotoar bebatuan, sungai dengan
air yang mengalir tenang, kastil artistik, jembatan tua, serta bangunan-bangunan
penuh sejarah. Keanggunan kota tua Bath membuat kami bertahan sejenak dari
udara dingin.
Taman yang terawat cantik (dokpri) |
Tidak semua keindahan Bath Spa
bisa kami nikmati. Kondisi anak saya (Mira) dan saya sendiri pun kembali
menurun. Kaki terasa mulai kaku untuk dilangkahkan. Akhirnya suami saya menyarankan kembali
naik bus untuk melanjutkan eksplorasi. Setelah puas memanjakan mata dari balik
kaca jendela bus, kami kembali ke stasiun.
Hangatnya tempat tidur, bantal,
dan guling di kamar penginapan serasa memanggil-manggil. Tidak ada improvisasi
selain memutuskan untuk kembali ke penginapan. Lagipula, kami harus menyiapkan stamina
juga, karena esok harinya harus menempuh perjalanan panjang untuk kembali
ke tanah air.
Sampai jumpa di part terakhir ya. [Wylvera W.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar