Laman

Selasa, 10 November 2015

Dari Bristol Menuju Bath Spa

#Jalan-jalan Nekat (part 9)
Di hari ke-8, suami saya bisa menemani kami lagi karena jadwal kursusnya sudah selesai. Di sisa-sisa hari ini, kami masih ingin menyempatkan untuk mampir ke Bristol dan Bath Spa. Waktu ke UK pertama kali dulu, saya dan suami belum sempat mampir ke Bristol, jadi kami memasukkan kota itu di daftar kunjungan kali ini. Sementara Bath Spa, ini adalah kunjungan kedua saya dan suami.
Kembali seperti hari-hari sebelumnya, jika ingin bepergian keluar dari London, kami harus bangun lebih pagi. Setelah rapi, kami pun bergegas keluar dari penginapan.
Buuuz...! Udara semakin dingin saja, namun kami harus tetap berjalan kaki menuju stasiun bawah tanah Camden Town. 
Masih sempat fotoan pagi-pagi dengan mata yg masih sembab (dokpri)
Dari Camden Underground Station kami mencari jalur kereta menuju Paddington Station. Jadwal keberangkatan lagi-lagi memberi sisa waktu buat membeli sarapan. Setelah membeli sandwich roti gandum dan minuman untuk disantap di perjalanan, kami pun bergegas menaiki kereta menuju Bristol.
Sejenak di Bristol
Perjalanan dari Paddington Station menuju Bristol menghabiskan waktu sekitar 2 jam. Selama di kereta, kami melupakan kebiasaan yang selalu kami lakukan seperti hari-hari sebelumnya. Kami tidak mengambil gambar lagi dari balik kaca jendela kereta. Mungkin sudah mulai lelah atau mengantuk, karena energi sudah terkuras beberapa hari sebelumnya. Kami memanfaatkan waktu dua jam itu hanya untuk sarapan dan memejamkan mata. Mengumpulkan tenaga untuk kembali menantang hawa dingin di Bristol.

Wajah-wajah lelah dan kedinginan (dokpri)
Akhirnya kami pun tiba di kota nomor delapan terpadat di Inggris itu. Bristol yang berlokasi di Barat Daya Inggris itu sebenarnya adalah kota yang memiliki pusat kebudayaan terbesar di wilayah South West England. Itu salah satu alasan mengapa saya agak ngotot mengajak suami dan anak-anak untuk menyempatkan mampir ke kota ini.
My Boy sih tetap segar ^-^ (dokpri)

Penginnya nyewa taksi itu buat halan-halan, tapi mihil bingits :( (dokpri)
Awalnya saya ingin sekali menjelajahi kota ini dengan berjalan kaki. Tapi apa boleh buat, saat sampai di sana, tiba-tiba Mira merasa kakinya agak kaku untuk digerakkan.  Mungkin staminanya sudah menurun, karena selama seminggu sebelumnya kami terus-menerus melakukan perjalanan. Ditambah udara dingin menusuk kulit, ternyata perlahan mengurangi tenaga kami. 
Menunggu bus di sini (dokpri)
Namun, karena sudah tiba di Bristol, Mira merasa sayang juga untuk melewatkan momen. Akhirnya kami kembali memilih berkeliling menaiki bus, supaya Mira bisa beristirahat dan menghangatkan badannya. Tidak banyak gambar yang bisa terekam oleh kami. Kami hanya menikmati sudut-sudut kota dan merekamnya dalam ingatan saja.
Hanya ini yang terekam
Menuju Bath Spa
Setelah puas berkeliling dengan bus, kami memutuskan untuk kembali melanjutkan naik kereta menuju Bath Spa yang lokasinya tidak jauh dari Bristol. Hanya sekitar 20 menit kami sudah sampai di kota yang anggun dan tenang itu. 
Tiba di stasiun Bath (dokpri)
Stasiun Bath Spa yang tenang dan tertata rapi (dokpri)

Tetap tersenyum walau mulai lelah (dokpri)
Bath Spa merupakan kota tua satu-satunya di Inggris yang memiliki sumber air panas. Sumber air panas yang diabadikan di museum Roman Bath ini merupakan peninggalan kerajaan Roma 2000 tahun lalu. Kembali disayangkan, kami tidak sempat menikmati sensasi air panas di Thermae Bath Spa yang letaknya tak jauh dari museum Roman Bath. Jadi tidak banyak informasi yang bisa saya bagi di catatan kali ini. Maaf ya ....
Suasana kota yang agak ramai karena ada semacam pasar kaget (dokpri)
Beberapa bangunan artistik sempat terbidik kamera (dokpri)
dokpri
Anak saya, Mira, sudah sedikit segar. Kami kembali mencoba untuk berjalan kaki menyusuri kota Bath Spa. Kota ini dilengkapi oleh taman yang cantik dan bersih, trotoar bebatuan, sungai dengan air yang mengalir tenang, kastil artistik, jembatan tua, serta bangunan-bangunan penuh sejarah. Keanggunan kota tua Bath membuat kami bertahan sejenak dari udara dingin. 
Taman yang terawat cantik (dokpri)
Pemandangan dari atas jembatan dokpri
Tidak semua keindahan Bath Spa bisa kami nikmati. Kondisi anak saya (Mira) dan saya sendiri pun kembali menurun. Kaki terasa mulai kaku untuk dilangkahkan. Akhirnya suami saya menyarankan kembali naik bus untuk melanjutkan eksplorasi. Setelah puas memanjakan mata dari balik kaca jendela bus, kami kembali ke stasiun.
Hangatnya tempat tidur, bantal, dan guling di kamar penginapan serasa memanggil-manggil. Tidak ada improvisasi selain memutuskan untuk kembali ke penginapan. Lagipula, kami harus menyiapkan stamina juga, karena esok harinya harus menempuh perjalanan panjang untuk kembali ke tanah air.
Sampai jumpa di part terakhir ya. [Wylvera W.]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar