Laman

Jumat, 13 November 2015

Dari Royal Palace sampai Mannekin Pis

#Part 8
Siap-siap menuju Bruxelles (Brsussels)
            Dari Luxembourg kami masih meneruskan perjalanan menuju Brussels, ibukota negara Belgia. Belgia adalah negara kecil yang merupakan salah satu negara di Kawasan Eropa Barat. Dengan luas sekitar 30,528 km persegi, Belgia berbatasan dengan Belanda, Perancis, Jerman, dan Luxembourg. Posisi ini membuat bahasa yang dipakai di Belgia pun ada tiga, yaitu Bahasa Belanda dan Perancis atau perpaduan keduanya. Belgia, Netherlands, dan Luxembourg memiliki keterikatan karena luas wilayahnya yang terbilang kecil. Ketiga negara ini akhirnya kita kenal dengan sebutan Benelux.
Tiba di Brussels
Perjalanan sekitar tiga jam dari Luxembourg akhirnya membawa kami ke Bruxelles-Midi/Brussel-Zuid (atau Brussels South). Stasiun Midi adalah stasiun terbesar di Brussels. Dari sini, suami saya tidak langsung membeli tiket bus, tapi memilih berjalan kaki menuju hotel yang sudah dipesannya. Lokasi hotel Marivaux yang dipesan suami ada di Boulevard Adolphe Maxlaan, 98 – 1000 Brussels. Kami yang mulai terbiasa berjalan kaki selama di sana, merasa letak hotel itu tidak terlalu jauh dari Stasiun Midi. Sambil menarik koper dan menikmati panorama kota, akhirnya kami sampai juga di hotel.
 
Kali ini tidak tergiur untuk tidur lihat ini, penginnya jalan-jalan dulu
Setelah meletakkan koper dan meluruskan kaki sejenak, kami langsung ke luar. Meskipun lokasi hotel berada dekat sekali dengan tempat-tempat yang menjadi tujuan para turis mendatangi Brussels, saya lebih memilih yang sedikit jauh. Berharap matahari tidak buru-buru redup.

Di Brussels banyak muslimnya (dokpri)
 Saya melihat perempuan berhijab dan bercadar melintas-lintas atau bergerombol. Tidak heran! Penduduk Brussels mayoritas beragama Katolik Roma. Namun, sekitar tahun 2005, mulai banyak yang menganut agama Islam. Jumlahnya mencapai 25% dari total penduduk di Brussels. Hal ini dipengaruhi oleh banyakanya pendatang dari Turki dan Maroko. 
Beberapa kafe di situ halal lho menunya
Tidak heran pula saat kami menemukan beberapa restoran yang menyajikan menu halal bagi wisatawan muslim di kota ini. Bahkan ada beberapa masjid yang tersebar di Brussels, seperti Masjid Umar bin Khattab dan Masjid Hamzah. Yang terbesar adalah Masjid Agung (Centre Islamique et Culturel de Belgique) di Brussels yang letaknya ada di dalam taman Cinquantenaire. Sedikit jauh dari tempat kami menginap.
Saat menyusuri jalanan yang ramai oleh orang-orang yang bersantai di restoran-restoran dan kafe, mata saya langsung menyisir pemandangan sekitar. Akhirnya kami menemukan stasiun kereta untuk memulai eksplorasi.
The Royal Palace
Kami memulai waktu yang tersisa dari stasiun De Brouckee yang letaknya tidak terlalu jauh dari hotel. Setelah kereta berhenti di satu stasiun kecil dalam kota (Gare Centrole), akhirnya kami turun di Parc. 
 
Dari stasiun ini startnya (dokpri)
Begitu keluar dari stasiun kecil itu, udara panas tiba-tiba menyengat kulit. Debunya juga lumayan banyak. Suami saya spontan terbatuk-batuk. Waduh! Ternyata bukan hanya di Jakarta dan Medan yang menyuguhkan udara berdebu seperti itu. Untunglah ada penyeimbangnya. Suguhan taman yang lumayan luas, membantu kami bernafas lega. 
Berlindung dari cuaca panas (dokpri)
Sambil melihat-lihat rute menuju Royal Palace, kami memilih berjalan di area taman (Brussels Park). Akhirnya tampaklah kemegahan istana resmi Raja Belgia yang tidak digunakan sebagai tempat tinggalnya. Letak Royal Palace ini berhadapan dengan The Palace of the Nation (gedung parlemen) dengan Brussels Park sebagai pemisahnya.
Berpose di depan Royal Palace (dokpri)
Saya pun menyempatkan berfoto di depan istana itu dalam cuaca yang masih panas. Selepas itu, suami saya mengajak istirahat sejenak di bangku taman, menunggu cuaca sedikit meredup. Sambil istirahat, kami kembali menentukan tujuan berikutnya. Lagi-lagi saya yang memilih. 
Atomium
            Dari Royal Palace kami menuju Atomium, ikon Brussels yang sayang sekali jika dilewatkan. Lokasinya ada di luar pusat kota Brussels. Sebuah monumen berbentuk unik, dengan tinggi 102 meter yang dibangun sejak tahun 1958. Ada 9 bola atom berwarna silver, terbuat dari aluminium dengan berat totalnya 2.400 ton yang terhubung dengan pipa baja. Setiap bola memilik 18 diamater. Sementara itu, untuk menghubungkannya dilengkapi dengan elevator yang bisa mencapai sampai ke bola yang paling tinggi. 
Suami saya berpose di depan Atomium
Dari bola tertinggi itu pengunjung bisa melihat pemandangan kota dan menikmati restoran Chez Adrienne. Dulu, Atomium yang dirancang oleh seorang asrsitek bernama Andre Waterkeyn, hanya dipakai sebagai simbol acara dunia yang digelar di Brussels. Namun sekarang berubah menjadi salah satu tujuan wisata para turis di Brussels.
Saat cuaca panas, ini kok jadinya enak banget yach? ^_^ (dokpri)
            Saat kami berada di sana, banyak sekali wisatawan yang juga ingin menikmati dan mengabadikan momen. Area Atomium ini juga dilengkapi dengan Kid’s World. Kami tidak masuk, jadi saya kurang paham ada apa di dalam arena itu. Sebelum meninggalkan Atomium, saya sempatkan mencicipi eskrim demi mendinginkan kerongkongan yang gerah diterpa panasnya cuaca musim panas.
The Grand Place atau Grote Markt
            Dari Atomium kami mundur dan kembali ke lokasi yang tidak terlalu jauh dari hotel. Tujuan kami adalah Grand Place atau Grote Markt (pasar besar). The Grand Place atau dalam Bahasa Belanda di sebut sebagai Grote Markt adalah alun-alun pusat Brussels. Area ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan bersejarah, seperti Balai Kota dan Breadhouse (Maison du Roi) – Museum Kota Brussels. Alun-alun ini menjadi tujuan wisata paling penting dan mengesankan di Brussels serta merupakan situs warisan dunia UNESCO (UNESCO World Heritage Site). 
Grote Markt - dari sudut mana pun tetap asyik berpose di sini (dokpri)
Saat masuk ke area ini, mata saya langsung tersedot pada bangunan dengan menara bergaya gothic. Bangunan bersejarah itu, dulu digunakan sebagai balai kota lalu sekarang berubah nama menjadi Hotel de Ville (hotel termahal dan termewah di Brussels). Dari yang pernah saya baca, jika musim semi tiba, di sini rutin digelar pameran flower carpet. Namun, kami tak mungkin bisa menikmati pagelaran itu karena saat kami datang bertepatan dengan musim panas. 
Ikutan ngelus patungnya ah. Hahaha....
            Dari sini, kami kembali menyusuri jalan kecil yang lumayan ramai. Persis di sebelah Town Hall (Balai Kota), mata saya langsung menemukan patung perunggu Everard’t Serclaise, pahlawan Brussels yang mati dalam peperangan (abad ke-14). Konon katanya, siapa yang mengelus patung ini akan mendapatkan keberuntungan dan bisa kembali lagi mengunjungi Brussels. Saya tersenyum membayangkannya. Di sini pula terletak prasasti (didirikan oleh Victor Horta dan Victor Rousseau) untuk memperingati Charles Buls dan para pendiri Grand Place.  
Mannekin Pis
            Setelah puas berfoto di kawasan Grand Place, saya pun mengajak suami menemukan ikon yang sangat legendaris di kota Brussels. Yap! Mannekin Pis. Patung seorang anak kecil yang sedang buang air kecil. Lokasinya hanya terpisah dua blok dari Grote Markt. 

Kecil banget kan ya, patungnya? ^_^ (dokpri)
            Suami saya sempat tertawa ketika menemukan lokasi Mannekin Pis. Patung yang ukurannya hanya sekitar 61 cm itu sungguh berhasil menyedot perhatian banyak turis. Ini yang membuatnya tertawa. Walaupun ukurannya kecil dan letaknya di sudut jalan sempit, ternyata patung ini sudah tua sekali. Dibuat pada tahun 1618 – 1619. Kabarnya, patung Mannekin Pis ini tidak selalu ditampilkan dalam keadaan telanjang, tapi bisa berganti kostum setiap minggunya. Pergantian kostumnya pun unik sekali. Harus diiringi oleh upacara khusus dengan iringan musik. 
Harganya murah bingiiits. Suami saya beli dua. (dokpri)
Silakan pilih toping yang cucok dengan selera (dokpri)
         Di area ini banyak sekali kafe yang menjual wafel dan cokelat. Sayang kalau tidak ikut mencicipi citarasanya yang maknyuuus. Kami pun memilih salah satu kafe yang menjual wafel dengan bermacam toping. Hmm... yummy

Foto-fotoan narsis berdua dengan latar toko suvenir, wafel, dan cokelat ^^
Di belakang itu cokelat semua lho jualannya (dokpri)
           Kami memutuskan untuk tetap berjalan kaki. Saat menyusuri jalan-jalan yang diwarnai dengan deretan kafe-kafe ala Eropa, kami kembali menemukan bangunan bertuliskan Patria. Inilah Patria Monumen.
Patria - untuk mendapatkan semua sisi, kita pakai aplikasi panorama (dokpri)
Versi dekatnya ^_^ (dokpri)
Menurut sejarah, ada 467 revolusiner yang mati demi perjuangan membentuk Kerajaan Belgia (tahun 1830) saat Brussels diperintah oleh Perancis, Austria, dan Belanda, dimakamkan di Martyr Square di bawah Pro Patria Monumen. Sosok wanita yang diukir dari marmer Carrara (tahun 1838) oleh Guillaume Geefs, merupakan tanah loncatan pada rantai penindasan.
Gak sempat liat mural Tintin ke sini ajalah ^_^
Lengkap koleksinya euy
Theatre Royal de La Monnaie (dokpri)
            Selanjutnya, karena tidak sempat mampir ke museum yang menggambarkan sejarah komik di Belgia, saya mengobati hati dengan berfoto di depan toko buku yang menjual buku-buku serial komik TinTin. Kami terus berjalan kaki hingga melewati sebuah bangunan yang bertuliskan Theatre Royal de La Monnaie.
Kembali ke Hotel Marivaux
            Matahari mulai meredupkan sinarnya. Kami harus kembali ke hotel. Dalam perjalanan menuju hotel, kami kembali melawati kawasan sepanjang Boulevard yang seterusnya merupakan jalan menuju hotel Marivaux (Boulevard Adolphe Maxlaan) yang selalu ramai oleh orang berlalu lalang. Di sini tidak ada kendaraan umum yang melintas. Sambil melepas lelah, saya dan suami duduk-duduk sejenak di tangga bangunan yang juga tercatat dalam sejarah kota Brussels. The Bourse namanya. 

The Bourse - Stock Exchange (dokpri)

Alun-alun kedua setelah The Grote Markt (dokpri)
Bangunan tua dari akhir abad ke-19 ini menjadi tempat Brussels Stock Exchange. Selain alun-alun di Grand Place, di area depan The Bourse juga merupakan alun-alun yang ramai dikunjungi orang-orang. Bangku-bangku dari kayu mereka gunakan untuk duduk-duduk sambil menikmati jajanan di sepanjang jalan itu.
            Berakhirlah catatan saya tentang Brussels. Tunggu catatan dari destinasi berikutnya. [Wylvera W.]
Note:
Yang ingin mengikuti catatan perjalanan ini dari awal, silakan klik part 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar