Laman

Senin, 23 November 2015

Perjalanan itu Berakhir di Atas Air

#Part 11

Pemandangan di tepi kanal (dokpri)
        Setelah puas menjelajah Zaanse Schans, Marken, Volendam, kami akhirnya kembali ke Amsterdam. Hari sudah beranjak sore. Untunglah tiket kapal cruise yang sudah kami beli masih bisa dipakai. Tiket yang kami beli adalah paket 100 Highliht Cruise dengan lama perjalanan sekitar 1 jam. Sebenarnya ada beragam paket yang ditawarkan. Bahkan bisa menikmati romantisnya kota Amsterdam di malam hari dengan paket dinner cruise, candle light cruise, dan cocktail cruise. Hanya saja kami tidak punya cukup waktu dan energi lagi untuk itu.

Hampir salah naik kapal
Saya dan suami tergesa-gesa mencari dermaga tempat kapal yang akan membawa kami menyusuri kanal Amsterdam. Sebenarnya ada empat kanal utama yang terdapat di Amsterdam. Keizersgracht, Prinsengracht, Herengracht, dan Singel. Di sana pulalah beberapa dermaga tempat ditambatkannya kapal-kapal cruise milik perusahaan tour dan travel. Karena terburu-buru, kami tidak sempat menanyakan, yang mana kapal yang boleh kami naiki.
Saking banyaknya dermaga yang menyajikan layanan berkeliling kanal di Amsterdam ini, saya dan suami sempat bingung. Awalnya kami sudah yakin kalau dermaga yang kami datangi adalah tempat start kapal cruise yang akan kami naiki. Namun, saya ragu karena tidak ada yang mengantri di situ. Akhirnya kami bertanya pada petugasnya. Benar saja, kami salah. Tiket yang kami pegang hanya bisa menaiki kapal cruise yang menepi di seberang kanal tempat kami berdiri.
            Demi mengejar waktu, saya dan suami akhirnya setengah berlari menuju dermaga yang ditunjuk oleh petugas tersebut. Lima menit saja kami terlambat, maka kesempatan kami akan berakhir. Tiket yang kami beli bisa hangus karena ternyata kapal yang kami naiki hanya memiliki jatah putaran sekali lagi saja. Pfiuuuh...!

Menikmati pemandangan dari canal cruise
            Setelah menaiki kapal cruise, saya dan suami memilih duduk di deretan bangku terdepan. Diam-diam kami meredam rasa lelah yang belum usai. Bayangkan saja. Seharian ikut rombongan tour ke Zaanse Schans, Marken, dan Volendam, tanpa istirahat. Lalu langsung dirangkai dengan keliling kanal Amsterdam.
            “Jangan foto wajah. Nanti hasilnya kacau,” ujar saya ketika suami mengarahkan tongsis ke arah wajah kami berdua. 

Eeeeh ... bagus juga kok hasilnya ya. *siap diguyur* ^_^

            Sambil tertawa, akhirnya suami saya pun mengalihkan kamera sakunya membidik gedung-gedung di tepian kanal yang kami lewati. Saya juga tak mau kalah dan sibuk membidik. Saking semangatnya, saya mengeluarkan tangan dari jendela kapal. Hampir saja hape saya nyemplung di kanal. Ups! Sesaat saya terdiam dan suami hanya bisa geleng-geleng kepala. Hihi ... nggak tega marah dianya. Mungkin karena sudah lelah. *hahahaha ... bekep mulut sendiri* 

Kafe di atas boat (dokpri)

Rumah mungil di atas kapal itu terlihat unik sekali (dokpri)

              Kembali ke perjalanan. Kapal yang membawa kami menyusuri kanal dilengkapi oleh rekaman audio berisi penjelasan tentang sejarah kota Amsterdam. Beberapa gedung yang kami lewati di kiri kanan kanal ternyata sarat dengan sejarah. Disebutkan bahwa ada sekitar 20 ribu gedung tua yang dibangun di atas tanah 800 hektar. 


Kapal cruise yang kami naiki melewati terowongan itu (dokpri)
            Gedung-gedung tua itulah yang dijadikan aset oleh Pemerintah Amsterdam dengan melindungi serta mempertahankan keaslian bentuk luar bangunannya. Sayangnya, kecepatan tangan saya dan suami tidak mampu mengabadikan semua gedung yang disebutkan. Apalagi setelah insiden hape hampir nyemplung tadi. Saya jadi mendadak kalem dan hanya memuaskan pandangan saja. 
Museum Anne Frank yang tidak sempat saya kunjungi (dokpri)

Menikmati sunset dari atas kapal cruise (dokpri)

            Akhirnya, hati saya sedikit terobati. Walaupun tidak sempat masuk ke dalam museum tersebut, saya masih sempat mengabadikan bangunan luarnya. Gedung itu adalah Anne Frank House yang sejak awal tiba di Amsterdam ingin sekali saya kunjungi. Namun, waktu kami tak cukup untuk itu. Saya cukup puas dengan sekadar menyimpan tampak luar gedungnya saja. Hingga waktu perjalanan pun berakhir menyusuri kanal Amsterdam.

Menyusuri Sungai Main di Frankfurt
            Keesokan paginya, kami harus segera kembali ke Frankfurt untuk menuntaskan trip. Kami kembali menempuh perjalanan dengan kereta api cepat menuju stasiun Frankfurt. Setelah check in di hotel, kami tidak mau membuang waktu lagi. Saya dan suami sepakat untuk kembali menaiki kapal cruise. Kali ini bukan menyusuri kanal, melainkan menyusuri pemandangan dari tepian Sungai Main.

Antriannya panjang ^_^
Hari terakhir berkapal ria (dokpri)
            Bagi wisatawan yang ingin melihat gedung-gedung di tepian Sungai Main sambil bersantai, bisa menaiki kapal ini. Kami memutuskan untuk membeli tiket kapal. Dengan menaiki kapal Primus Linie dengan tarif 8,9 Euro untuk 50 menit perjalanan, kami pun ikut menyusuri tepian Sungai Main bersama rombongan turis lainnya. 

Literaturhaus (dokpri)
            Bangunan-bangunan yang terlihat dari Sungai Main merupakan bangunan tua. Diantaranya adalah Dreikonigskirche (gereja), Literaturhaus, EZB, Main Plaza, Sachsenhausen, dan Main Plaza. Tidak semua gedung terekam di kamera hape kami. Cukup memandanginya saja. Bisa jadi kami sudah kehabisan energi. *ngeleeess ... hihi*

Main Plaza (dokpri)
EZB (dokpri)
           Menikmati pemandangan dari atas kapal Primus Linie menjadi akhir dari perjalanan kami yang telah saya ceritakan mulai dari bagian pertama di blog ini. Semoga rangkaian perjalanan ini mampu memberi inspirasi dan motivasi bagi yang ingin mengunjungi kota-kota serupa.  Terima kasih untuk kamu yang telah mengikuti perjalanan ini sejak awal hingga akhir. Salam. [Wylvera W.] 

Note:
Jika ingin mengikuti catatan perjalanan kami dari awal, bisa dilihat di part 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

4 komentar: