#Part 11
|
Pemandangan di tepi kanal (dokpri) |
Setelah
puas menjelajah Zaanse Schans, Marken, Volendam, kami akhirnya kembali ke
Amsterdam. Hari sudah beranjak sore. Untunglah tiket kapal cruise yang sudah kami beli masih bisa dipakai. Tiket yang kami
beli adalah paket 100 Highliht Cruise dengan lama perjalanan sekitar 1 jam.
Sebenarnya ada beragam paket yang ditawarkan. Bahkan bisa menikmati romantisnya
kota Amsterdam di malam hari dengan paket dinner
cruise, candle light cruise, dan cocktail
cruise. Hanya saja kami tidak punya cukup waktu dan energi lagi untuk itu.
Hampir salah naik
kapal
Saya dan suami tergesa-gesa mencari
dermaga tempat kapal yang akan membawa kami menyusuri kanal Amsterdam. Sebenarnya
ada empat kanal utama yang terdapat di Amsterdam. Keizersgracht, Prinsengracht,
Herengracht, dan Singel. Di sana pulalah beberapa dermaga tempat ditambatkannya
kapal-kapal cruise milik perusahaan tour dan travel. Karena terburu-buru, kami tidak sempat menanyakan, yang
mana kapal yang boleh kami naiki.
Saking banyaknya dermaga yang
menyajikan layanan berkeliling kanal di Amsterdam ini, saya dan suami sempat
bingung. Awalnya kami sudah yakin kalau dermaga yang kami datangi adalah tempat start kapal cruise yang akan kami naiki. Namun, saya ragu karena tidak ada yang
mengantri di situ. Akhirnya kami bertanya pada petugasnya. Benar saja, kami
salah. Tiket yang kami pegang hanya bisa menaiki kapal cruise yang menepi di seberang kanal tempat kami berdiri.
Demi
mengejar waktu, saya dan suami akhirnya setengah berlari menuju dermaga yang
ditunjuk oleh petugas tersebut. Lima menit saja kami terlambat, maka kesempatan
kami akan berakhir. Tiket yang kami beli bisa hangus karena ternyata kapal yang
kami naiki hanya memiliki jatah putaran sekali lagi saja. Pfiuuuh...!
Menikmati pemandangan
dari canal cruise
Setelah
menaiki kapal cruise, saya dan suami
memilih duduk di deretan bangku terdepan. Diam-diam kami meredam rasa lelah
yang belum usai. Bayangkan saja. Seharian ikut rombongan tour ke Zaanse Schans, Marken, dan Volendam, tanpa istirahat. Lalu
langsung dirangkai dengan keliling kanal Amsterdam.
“Jangan
foto wajah. Nanti hasilnya kacau,” ujar saya ketika suami mengarahkan tongsis
ke arah wajah kami berdua.
|
Eeeeh ... bagus juga kok hasilnya ya. *siap diguyur* ^_^ |
Sambil
tertawa, akhirnya suami saya pun mengalihkan kamera sakunya membidik
gedung-gedung di tepian kanal yang kami lewati. Saya juga tak mau kalah dan
sibuk membidik. Saking semangatnya, saya mengeluarkan tangan dari jendela
kapal. Hampir saja hape saya nyemplung di kanal. Ups! Sesaat saya terdiam dan
suami hanya bisa geleng-geleng kepala. Hihi ... nggak tega marah dianya.
Mungkin karena sudah lelah. *hahahaha ... bekep mulut sendiri*
|
Kafe di atas boat (dokpri) |
|
Rumah mungil di atas kapal itu terlihat unik sekali (dokpri) |
Kembali
ke perjalanan. Kapal yang membawa kami menyusuri kanal dilengkapi oleh rekaman
audio berisi penjelasan tentang sejarah kota Amsterdam. Beberapa gedung yang
kami lewati di kiri kanan kanal ternyata sarat dengan sejarah. Disebutkan bahwa
ada sekitar 20 ribu gedung tua yang dibangun di atas tanah 800 hektar.
|
Kapal cruise yang kami naiki melewati terowongan itu (dokpri) |
Gedung-gedung tua itulah yang dijadikan aset oleh Pemerintah Amsterdam dengan
melindungi serta mempertahankan keaslian bentuk luar bangunannya. Sayangnya, kecepatan
tangan saya dan suami tidak mampu mengabadikan semua gedung yang disebutkan.
Apalagi setelah insiden hape hampir nyemplung tadi. Saya jadi mendadak kalem
dan hanya memuaskan pandangan saja.
|
Museum Anne Frank yang tidak sempat saya kunjungi (dokpri) |
|
Menikmati sunset dari atas kapal cruise (dokpri) |
Akhirnya,
hati saya sedikit terobati. Walaupun tidak sempat masuk ke dalam museum
tersebut, saya masih sempat mengabadikan bangunan luarnya. Gedung itu adalah
Anne Frank House yang sejak awal tiba di Amsterdam ingin sekali saya kunjungi.
Namun, waktu kami tak cukup untuk itu. Saya cukup puas dengan sekadar menyimpan
tampak luar gedungnya saja. Hingga waktu perjalanan pun berakhir menyusuri
kanal Amsterdam.
Menyusuri Sungai Main
di Frankfurt
Keesokan
paginya, kami harus segera kembali ke Frankfurt untuk menuntaskan trip. Kami
kembali menempuh perjalanan dengan kereta api cepat menuju stasiun Frankfurt.
Setelah check in di hotel, kami tidak
mau membuang waktu lagi. Saya dan suami sepakat untuk kembali menaiki kapal cruise. Kali ini bukan menyusuri kanal,
melainkan menyusuri pemandangan dari tepian Sungai Main.
|
Antriannya panjang ^_^ |
|
Hari terakhir berkapal ria (dokpri) |
Bagi
wisatawan yang ingin melihat gedung-gedung di tepian Sungai Main sambil bersantai,
bisa menaiki kapal ini. Kami memutuskan untuk membeli tiket kapal. Dengan
menaiki kapal Primus Linie dengan tarif 8,9 Euro untuk 50 menit perjalanan,
kami pun ikut menyusuri tepian Sungai Main bersama rombongan turis lainnya.
|
Literaturhaus (dokpri) |
Bangunan-bangunan
yang terlihat dari Sungai Main merupakan bangunan tua. Diantaranya adalah
Dreikonigskirche (gereja), Literaturhaus, EZB, Main Plaza, Sachsenhausen, dan
Main Plaza. Tidak semua gedung terekam di kamera hape kami. Cukup memandanginya
saja. Bisa jadi kami sudah kehabisan energi. *ngeleeess ... hihi*
|
Main Plaza (dokpri) |
|
EZB (dokpri) |
Menikmati
pemandangan dari atas kapal Primus Linie menjadi akhir dari perjalanan kami
yang telah saya ceritakan mulai dari bagian pertama di blog ini. Semoga
rangkaian perjalanan ini mampu memberi inspirasi dan motivasi bagi yang ingin
mengunjungi kota-kota serupa. Terima kasih untuk kamu yang telah
mengikuti perjalanan ini sejak awal hingga akhir. Salam. [Wylvera W.]
Note:
Jika ingin mengikuti catatan perjalanan kami dari awal, bisa dilihat di part 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Keren pisan
BalasHapusMakasiiih .... :)
HapusAduh aduh. Aku sih termotivasi sekali untuk memimpikan yurop. Ntah kpn bs bisa kesituuu
BalasHapusInsya Allah, kalau sudah ada niat dan usaha, nyampe, Mbak. Aamiin. :)
Hapus