#Jalan-jalan Nekat (part 8)
Di hari ke-7, kami hanya ingin
mengunjungi Tower of London. Lokasinya tidak jauh dari Bank of England, tempat
suami saya kursus. Awalnya suami mengajak berangkat bareng, tapi anak-anak ingin
belanja souvenir. Mereka khawatir kami akan kehabisan momen untuk membeli
oleh-oleh. Sementara tempat kami menginap lokasinya dikepung belasan toko
penjual cinderamata. Akhirnya kami putuskan untuk menyempatkan berbelanja
oleh-oleh.
Suasana Camden Town Market (foto lama sy) |
Karena tidak harus berburu waktu,
kami pun lebih santai pagi itu. Hampir jam sembilan pagi waktu London. Suami
saya sudah berangkat dua jam yang lalu. Sementara saya dan anak-anak menunggu
toko-toko buka. Biasanya pukul 09.30 waktu London, sudah ada beberapa toko yang
mulai beroperasi. Sambil menunggu, kami tetap keluar dari penginapan dan
mencari sarapan. Setangkup sandwich
telur jagung dan teh manis hangat pun kembali menjadi pilihan. Kami sengaja
menikmati sarapan pagi (yang sedikit kesiangan sebenarnya, hehe) di kafe yang
menjual beberapa jenis makanan siap saji itu. Teh manis hangat melengkapi makan
pagi saya dan anak-anak. Lumayan kenyang.
Begitu keluar dari kafe, toko-toko souvenir
pun sudah banyak yang buka. Saya melirik daftar catatan oleh-oleh yang sudah
disiapkan suami sejak malam sebelumnya. Kami mampir ke beberapa toko dan
melihat-lihat apa saja yang bisa kami beli. Selain jenis, saya juga
mencocokkannya dengan bujet. Kami
juga tidak langsung membeli di satu toko sebelum membanding-bandingkan
harganya.
Ragam barang yang dijual di toko-toko itu |
Akhirnya
jodoh pun jatuh pada toko souvenir yang letaknya persis di depan penginapan
kami (saya lupa nama tokonya dan sayangnya tidak difoto pula, hikks.). Yang saya
ingat, penjualnya orang India, sangat ramah. Walaupun sempat terjadi
tawar-menawar, saya akhirnya memberi kesimpulan kalau ia tidak pelit. Selain tambahan diskon ia juga memberikan bonus
kepada anak-anak saya untuk mengambil masing-masing satu barang lagi seharga £3.
Lumayanlah.
Mira dan Khalid sibuk memilih magnet
kulkas, pulpen, snowball, dan lainnya.
Saya geli melihat mereka sibuk menyocokkan jumlah oleh-oleh yang mau dibeli
dengan nama-nama teman dekat mereka. Padahal catatan sudah ada, tapi tetap saja
ada tambahan mendadak. Tidak apa, yang penting duitnya cukup. Hehehe ....
Akhirnya
sesi belanja-belanji souvenir pun selesai untuk pagi itu. Kami bergegas menaruh
semua belanjaan ke penginapan. Sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya, kami
sempatkan untuk makan siang dan sholat.
Menuju
Tower of London
Hari sudah semakin siang ketika kami
memulai perjalanan dari Camden Town Underground Station. Kami kembali menaiki tube dengan rute menuju Morden Station
sebagai perhentian akhir untuk turun di Bank Station. Dari situ kami harus
berjalan kaki di lorong-lorong stasiun bawah tanah untuk mencapai pintu keluar
melalui Tower Hill Station. Sebenarnya letak Tower of London ini berdekatan
dengan Tower Bridge, namun pada saat kami mampir ke Tower Bridge, tidak cukup
waktu untuk sekaligus mampir ke situ. Di hari ketujuh itulah kami baru punya
kesempatan.
Kembali memberdayakan tongsis agar bisa foto dgn latar ToL (dokpri) |
Cuaca
lumayan cerah ketika kami tiba di area Tower of London. Namun udara tetap saja
dingin seperti hari sebelumnya. Sebelum mendekat ke bangunan bersejarah itu,
kami sempatkan berfoto dengan latar belakangnya. Awalnya kami ingin sekali
masuk ke Tower of London. Begitu melihat tarifnya sebesar £20 per orang, saya
memberi pilihan kepada anak-anak.
“Mau
masuk?” tanya saya kepada Mira dan Khalid.
“Enggak
usah masuk, ah. Mahal. Lagian, kita kan sekalian nunggu Bapak. Nanti kelamaan
di dalam, kasian Bapak. Katanya mau hunting
ke Oxford Street lagi,” ujar Khalid cepat memutuskan. Saya tersenyum mendengar
alasan Khalid. Tapi syukurlah, anak-anak saya tidak terlalu tergoda untuk
mengeksplor bangunan tua bersejarah itu. Itu artinya kami bisa menghemat £60.
Hahaha ... Emak pelit!
Kami puas walau hanya bisa berfoto di luarnya saja :) (dokpri) |
Walaupun
sebenarnya sayang, karena di dalam bangunan yang usianya lebih 1.000 tahun itu,
anak-anak dan saya pasti bisa mendengar sejarahnya. Namun, karena kami harus
cerdas membagi anggaran, akhirnya cukuplah membacanya di situs resmi Tower of
London saja. Anak-anak saya yakin, mereka akan menemukan penjelasan yang akan
sama persis dengan guide di dalam
bangunan kuno itu. Baiklah.
Ini bisa dibaca di dekat pintu masuk antrian panjang menuju bangunan (dokpri) |
Dari
sejarah dan catatan yang saya temukan, banyak kisah hantu yang menjadi daya
tarik pengunjung bangunan tua berbentuk benteng itu. Salah satu yang paling terkenal
adalah hantu Anne Boleyn tanpa kepala. Ratu Anne Boylen (Queen of England, 1507
– 1536) ini mati dipenggal. Beliau adalah istri kedua Raja Henry VIII. Anne Boleyn
dieksekusi di Salt Tower (sekarang disebut sebagai Bloody Tower atau menara
berdarah) karena dituduh berselingkuh. Konon, katanya hantu Anne Boylen masih
suka terlihat di komplek kastil itu. Wallahua’lam....
Kastil bermenara itu selalu tampak misterius bagi pengunjungnya (dokpri) |
Saat
Perang Dunia I dan II, lokasi Tower of London dijadikan lokasi eksekusi dan
penjara. Itu sebabnya bangunan ini terkenal sebagai penjara elit saat itu.
Selain itu, Tower of London dijadikan sebagai benteng pertahanan, tempat
raja-raja Inggris bertemu dan berinteraksi dengan para bangsawan, serta
dijadikan simbol kekuatan kerajaan Inggris.
Jika
ingin memasuki bangunan mirip benteng itu, pastikan untuk siap berdiri di
antrian yang lumayan panjang. Sementara waktu untuk mengitarinya bisa
menghabiskan setengah hari berjalan kaki. Kami memilih menikmatinya dari luar
saja sambil duduk-duduk di tepi sungai Thames. Sambil menunggu suami saya
menjemput, kami asyik memandangi orang yang lalu lalang serta burung-burung
yang ramai berkeliaran di sekitar lokasi itu. Kami juga bisa kembali memuaskan
pandangan pada Tower Bridge yang letaknya bersebelahan dengan area Tower of
London.
Singgah
di Primark London
Hari
itu, jadwal kursus suami saya hanya sampai jam tiga sore. Kami sudah sepakat
untuk bertemu di lokasi Tower of London. Setelah puas menikmati bangunan Tower
of London, suami saya pun tiba. Melihat waktu yang masih panjang menuju malam
hari, kami memutuskan untuk melanjutkan hunting
ke Oxford Street. Mira juga sudah punya rencana untuk mampir di Primark, tempat
belanja murah-meriah. Toko itu berlokasi di main
shopping road yang bergengsi, Oxford Street.
Primark di kanan itu, kalau ke sinian lagi, sampai di Oxford Street (dokpri) |
Primark yang tak pernah sepi (dokpri) |
Semua
barang yang dijual di Primark terbilang murah. Harga dimulai dari yang terendah
yaitu £1. Tapi, suami saya sudah wanti-wanti untuk tidak kalap dengan alasan
tidak ada jaminan untuk kualitas. Berbeda jika kita masuk ke toko-toko yang
memang sudah punya brand, seperti Debenhams,
John Lewis, Cath Kidston, Harrods, dan Mark and Spencer. Kami hanya memilih
yang paling kami butuhkan dan beberapa untuk oleh-oleh juga.
Tanpa
terasa malam pun tiba dan kami harus segera kembali ke penginapan. Esoknya
masih ada satu hari lagi untuk menjelajah dua kota di luar London. Ke manakah itu?
Tunggu lanjutannya yaaa .... [Wylvera W.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar