Laman

Selasa, 10 November 2015

Tower of London di antara Belanja-Belanji

#Jalan-jalan Nekat (part 8)
            Di hari ke-7, kami hanya ingin mengunjungi Tower of London. Lokasinya tidak jauh dari Bank of England, tempat suami saya kursus. Awalnya suami mengajak berangkat bareng, tapi anak-anak ingin belanja souvenir. Mereka khawatir kami akan kehabisan momen untuk membeli oleh-oleh. Sementara tempat kami menginap lokasinya dikepung belasan toko penjual cinderamata. Akhirnya kami putuskan untuk menyempatkan berbelanja oleh-oleh.
Suasana Camden Town Market (foto lama sy)
            Karena tidak harus berburu waktu, kami pun lebih santai pagi itu. Hampir jam sembilan pagi waktu London. Suami saya sudah berangkat dua jam yang lalu. Sementara saya dan anak-anak menunggu toko-toko buka. Biasanya pukul 09.30 waktu London, sudah ada beberapa toko yang mulai beroperasi. Sambil menunggu, kami tetap keluar dari penginapan dan mencari sarapan. Setangkup sandwich telur jagung dan teh manis hangat pun kembali menjadi pilihan. Kami sengaja menikmati sarapan pagi (yang sedikit kesiangan sebenarnya, hehe) di kafe yang menjual beberapa jenis makanan siap saji itu. Teh manis hangat melengkapi makan pagi saya dan anak-anak. Lumayan kenyang.
            Begitu keluar dari kafe, toko-toko souvenir pun sudah banyak yang buka. Saya melirik daftar catatan oleh-oleh yang sudah disiapkan suami sejak malam sebelumnya. Kami mampir ke beberapa toko dan melihat-lihat apa saja yang bisa kami beli. Selain jenis, saya juga mencocokkannya dengan bujet. Kami juga tidak langsung membeli di satu toko sebelum membanding-bandingkan harganya. 
Ragam barang yang dijual di toko-toko itu
Akhirnya jodoh pun jatuh pada toko souvenir yang letaknya persis di depan penginapan kami (saya lupa nama tokonya dan sayangnya tidak difoto pula, hikks.). Yang saya ingat, penjualnya orang India, sangat ramah. Walaupun sempat terjadi tawar-menawar, saya akhirnya memberi kesimpulan kalau ia tidak pelit. Selain  tambahan diskon ia juga memberikan bonus kepada anak-anak saya untuk mengambil masing-masing satu barang lagi seharga £3. Lumayanlah.
            Mira dan Khalid sibuk memilih magnet kulkas, pulpen, snowball, dan lainnya. Saya geli melihat mereka sibuk menyocokkan jumlah oleh-oleh yang mau dibeli dengan nama-nama teman dekat mereka. Padahal catatan sudah ada, tapi tetap saja ada tambahan mendadak. Tidak apa, yang penting duitnya cukup. Hehehe ....
Akhirnya sesi belanja-belanji souvenir pun selesai untuk pagi itu. Kami bergegas menaruh semua belanjaan ke penginapan. Sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya, kami sempatkan untuk makan siang dan sholat.
Menuju Tower of London
            Hari sudah semakin siang ketika kami memulai perjalanan dari Camden Town Underground Station. Kami kembali menaiki tube dengan rute menuju Morden Station sebagai perhentian akhir untuk turun di Bank Station. Dari situ kami harus berjalan kaki di lorong-lorong stasiun bawah tanah untuk mencapai pintu keluar melalui Tower Hill Station. Sebenarnya letak Tower of London ini berdekatan dengan Tower Bridge, namun pada saat kami mampir ke Tower Bridge, tidak cukup waktu untuk sekaligus mampir ke situ. Di hari ketujuh itulah kami baru punya kesempatan.   
Kembali memberdayakan tongsis agar bisa foto dgn latar ToL (dokpri)
Cuaca lumayan cerah ketika kami tiba di area Tower of London. Namun udara tetap saja dingin seperti hari sebelumnya. Sebelum mendekat ke bangunan bersejarah itu, kami sempatkan berfoto dengan latar belakangnya. Awalnya kami ingin sekali masuk ke Tower of London. Begitu melihat tarifnya sebesar £20 per orang, saya memberi pilihan kepada anak-anak.  
“Mau masuk?” tanya saya kepada Mira dan Khalid.
“Enggak usah masuk, ah. Mahal. Lagian, kita kan sekalian nunggu Bapak. Nanti kelamaan di dalam, kasian Bapak. Katanya mau hunting ke Oxford Street lagi,” ujar Khalid cepat memutuskan. Saya tersenyum mendengar alasan Khalid. Tapi syukurlah, anak-anak saya tidak terlalu tergoda untuk mengeksplor bangunan tua bersejarah itu. Itu artinya kami bisa menghemat £60. Hahaha ... Emak pelit! 
Kami puas walau hanya bisa berfoto di luarnya saja :) (dokpri)
Walaupun sebenarnya sayang, karena di dalam bangunan yang usianya lebih 1.000 tahun itu, anak-anak dan saya pasti bisa mendengar sejarahnya. Namun, karena kami harus cerdas membagi anggaran, akhirnya cukuplah membacanya di situs resmi Tower of London saja. Anak-anak saya yakin, mereka akan menemukan penjelasan yang akan sama persis dengan guide di dalam bangunan kuno itu. Baiklah.
Ini bisa dibaca di dekat pintu masuk antrian panjang menuju bangunan (dokpri)
Dari sejarah dan catatan yang saya temukan, banyak kisah hantu yang menjadi daya tarik pengunjung bangunan tua berbentuk benteng itu. Salah satu yang paling terkenal adalah hantu Anne Boleyn tanpa kepala. Ratu Anne Boylen (Queen of England, 1507 – 1536) ini mati dipenggal. Beliau adalah istri kedua Raja Henry VIII. Anne Boleyn dieksekusi di Salt Tower (sekarang disebut sebagai Bloody Tower atau menara berdarah) karena dituduh berselingkuh. Konon, katanya hantu Anne Boylen masih suka terlihat di komplek kastil itu. Wallahua’lam.... 
Kastil bermenara itu selalu tampak misterius bagi pengunjungnya (dokpri)

Saat Perang Dunia I dan II, lokasi Tower of London dijadikan lokasi eksekusi dan penjara. Itu sebabnya bangunan ini terkenal sebagai penjara elit saat itu. Selain itu, Tower of London dijadikan sebagai benteng pertahanan, tempat raja-raja Inggris bertemu dan berinteraksi dengan para bangsawan, serta dijadikan simbol kekuatan kerajaan Inggris. 
 
Saya senang melihat burung-burung itu (dokpri)
Kembali melihat Tower Bridge (dokpri)
Jika ingin memasuki bangunan mirip benteng itu, pastikan untuk siap berdiri di antrian yang lumayan panjang. Sementara waktu untuk mengitarinya bisa menghabiskan setengah hari berjalan kaki. Kami memilih menikmatinya dari luar saja sambil duduk-duduk di tepi sungai Thames. Sambil menunggu suami saya menjemput, kami asyik memandangi orang yang lalu lalang serta burung-burung yang ramai berkeliaran di sekitar lokasi itu. Kami juga bisa kembali memuaskan pandangan pada Tower Bridge yang letaknya bersebelahan dengan area Tower of London.
Singgah di Primark London
Hari itu, jadwal kursus suami saya hanya sampai jam tiga sore. Kami sudah sepakat untuk bertemu di lokasi Tower of London. Setelah puas menikmati bangunan Tower of London, suami saya pun tiba. Melihat waktu yang masih panjang menuju malam hari, kami memutuskan untuk melanjutkan hunting ke Oxford Street. Mira juga sudah punya rencana untuk mampir di Primark, tempat belanja murah-meriah. Toko itu berlokasi di main shopping road yang bergengsi, Oxford Street.
Primark di kanan itu, kalau ke sinian lagi, sampai di Oxford Street (dokpri)
Primark yang tak pernah sepi (dokpri)
Semua barang yang dijual di Primark terbilang murah. Harga dimulai dari yang terendah yaitu £1. Tapi, suami saya sudah wanti-wanti untuk tidak kalap dengan alasan tidak ada jaminan untuk kualitas. Berbeda jika kita masuk ke toko-toko yang memang sudah punya brand, seperti Debenhams, John Lewis, Cath Kidston, Harrods, dan Mark and Spencer. Kami hanya memilih yang paling kami butuhkan dan beberapa untuk oleh-oleh juga.
Tanpa terasa malam pun tiba dan kami harus segera kembali ke penginapan. Esoknya masih ada satu hari lagi untuk menjelajah dua kota di luar London. Ke manakah itu? Tunggu lanjutannya yaaa .... [Wylvera W.]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar