Makan
serabi? Ah, itu sih biasa. Tapi, kata teman saya yang biasa membeli serabi
hijau ini, “Sekali kamu mencoba pasti ketagihan dan jadi berlangganan.” Apalagi
ketika teman saya itu mengatakan, kalau tinggal di Bekasi tapi tak pernah
mencoba serabi hijau Pak Toto, rasanya belum pas disebut orang Bekasi. Ah,
sampai segitunya. Sungguh, saya benar-benar penasaran.
Akhirnya
saya pun sengaja meluangkan waktu untuk menyinggahi ‘Pondok Serabi Hijau’ yang
terletak di Jl. Baru Perjuangan, Teluk Buyung, Bekasi. Ternyata, serabi hijau
di pondok ini sangat terkenal. Tidak hanya bagi masyarakat Bekasi sendiri,
penduduk Jakarta dan sekitarnya pun banyak yang sudah mengenalnya.
Dilihat
sepintas dari luar, ‘Pondok Serabi Hijau’ milik Toto Subiakto ini sangat
sederhana dan malah terkesan biasa-biasa saja. Hanya ada meja panjang dan
bangku dari rotan. Tungku tempat memasak serabi letaknya berdekatan dengan meja
dan bangku rotan tadi, sehingga yang makan di situ langsung bisa melihat
bagaimana cara pembuatan serabi hijau itu.
Namun,
begitu kita mampir dan mencicipi serabinya, baru terasa bedanya dengan
serabi-serabi yang dijual di tempat lain. Benar, kata teman saya itu. Serabi
Pak Toto terasa lebih tebal dan kenyal. Tapi, ketika digigit terasa empuk. Ditambah
kuah yang legit dengan rasa manis yang pas, serabi hijau Pak Toto benar-benar
nikmat.
Tak
hanya sekadar mencicipi kenikmatan serabi hijau Pak Toto, saya tak
menyia-nyiakan waktu. Kebetulan Pak Toto ada di tempat, saya pun meminta waktu
beliau untuk berbincang tentang usahanya itu.
Diawali
oleh hobi keluarga yang suka makan dan berwisata kuliner, istri Pak Toto
(Melani), bertekat membuka usaha untuk
menambah penghasilan keluarga. Ditambah keahlian sang istri dalam membuat
serabi, di awal tahun 1993, muncullah ide untuk membuka toko kue serabi. Tapi,
tidak langsung berdiri pada waktu itu.
Pada
awal tahun 2000-an, Pak Toto dan istri melihat peluang menjual serabi, karena
di Bekasi belum ada yang berdagang serabi secara khusus. Bermodal sepuluh
tungku dan dua karyawan untuk memasak kue serabi, Pak Toto dan istri gigih
mengawali usahanya. Ternyata begitu launching
tahun 2001, pondok serabi Pak Toto langsung dikunjungi oleh banyak pembeli.
“Serabi
hijau yang dijual di pondok ini dibuat dengan memakai pewarna asli dari daun
suji serta pandan,” ujar Pak Toto mulai membeberkan rahasia serabi hijaunya. Sementara
serabi dimasak dalam anglo tanah dan berbahan kayu bakar. Menurut Pak Toto,
anglo tanah dan kayu bakar ini digunakan demi menjaga kualitas rasa yang lebih
baik jika dibandingkan memasaknya dengan kompor minyak atau gas.
Dengan
alat masak tungku tanah dan wajan tanah berukuran kecil, pas untuk serabi
buatan Pak Toto dan istrinya. Lebih berongga, teksturnya lebih kenyal dan
lembut seperti kue bika ambon. Satu lagi alasan menggunakan dengan tungku tanah
dan bahan bakar kayu, agar hasilnya tidak terlalu gosong dan jauh lebih nikmat.
Hingga
saat ini serabi yang dijual di ‘Pondok Serabi Hijau’ sudah menyediakan topping
di atas serabinya dengan delapan variasi; ada cokelat, pisang, nanas, keju,
nangka, pisang keju, pisang cokelat, dan strawberry. Sementara untuk kinca
(kuah manis) ada tiga rasa; gula pandan, gula durian, dan gula nangka.
Untuk
harga, Pak Toto memberi variasi juga. Setangkup serabi, harganya 1500 – 2500
rupiah. Kalau ingin membeli dan dibawa pulang, sedus dengan isi sepuluh tangkup
harganya 15.000 rupiah. Serabi polos dengan kuah harganya 20.000 rupiah.
Sementara untuk serabi dengan variasi rasa seperti pisang cokelat, cokelat
keju, dan pisang keju dihargai 25.000 rupiah.
“Pondok
Serabi ini terlihat sepi, karena memang para pembeli lebih banyak memesan untuk
dibawa pulang, bukan makan di tempat,” pungkasnya di akhir obrolan kami.
[Wylvera W.]
Hhhmmmmm.....yummyy.... warnanya juga cantik
BalasHapusIya, rasanya apalagi, Mak. :)
HapusIni msh buka? Atau sdh pindah kmn ya mohon infonya
BalasHapusSudah tutup kali ya. Saya belum dapat infonya buka di mana.
Hapus