#Part
2
|
Sopirnya sudah siap mengantar |
Bangun tidur ku terus mandi. Tidak lupa menggosok gigi. *halaaah *
Kelelahan sehari sebelumnya,
ternyata tidak membuat kami terlelap melewati waktu Subuh. Pagi itu, kami
terbangun dengan full energi, karena
sudah ada jadwal yang menyenangkan. Setelah semuanya siap, kami tidak ingin
melewatkan hidangan sarapan pagi yang disediakan pihak guest house. Ada nasi kuning, irisan telur dadar, semur telur,
sambal dan lalapan timun, serta kerupuknya. Tidak hanya itu. Kami juga boleh
memilih alternatif sarapan dengan roti dan beragam selainya. Minuman seperti
teh hangat, kopi, dan susu, juga dihidangkan rapi. Serasa sarapan pagi di
rumah. *promo lagi ^^*
De’ Ranch Lembang jadi pilihan yang
bijak
Liburan yang sesungguhnya pun dimulai. Kami meninggalkan
penginapan sekitar jam delapan pagi. Saya sengaja memilih berangkat setelah jam
masuk kantor. Berharap rute yang akan kami lewati menuju tempat wisata itu
tidak sepadat jam tujuh pagi.
Alhamdulillah, prediksi saya lumayan pas. Jalan
Sukajadi – Setiabudi, tidak terlalu padat. Meskipun kendaraan roda empat tidak
putus-putus di sepanjang jalan, mobil kami masih bisa melaju dengan kecepatan
sedang, sesekali kencang. Anak-anak sudah tidak sabar ingin sampai ke lokasi
wisata yang saya pilihkan. Eh, enggak
ding. Sebenarnya Papa saya yang pengin ke situ. Katanya, sudah dua kali diajak
temannya mengunjungi tempat itu, tapi tidak sekali pun bisa masuk ke dalamnya.
|
Biar sah sudah sampai sini, difoto sajalah (dokpri) |
Baiklah, sebagai sopir cantik dan penyabar,
saya menurut saja. Padahal dalam hati saya tidak yakin kami bisa masuk juga.
Tempat itu adalah Boscha Observatory, merupakan satu-satunya tempat pengamatan
bintang di Indonesia. Perjalanan menuju ke lokasi itu lumayan menanjak dan
sepi. Namanya juga hari kerja, tentu tidak seramai hari libur. Itu yang membuat
saya ragu sebenarnya. Dan, benar saja. Begitu tiba di lokasi, kami hanya
disodori dua lembar kertas yang berisi informasi dan jadwal kunjungan. Kalau
pun kami ingin melihat-lihat, tetap saja tidak bisa masuk ke dalam.
Tidak pakai lama, saya segera memutuskan untuk mengganti
arah menuju De’ Ranch. Saya kembali menyetir dengan tenang menuju Jalan
Maribaya Lembang. Di sebelah saya, Khalid bertugas sebagai "navigator". Modalnya
cukup ngirit. Tinggal mengaktifkan google
map.
Beberapa tempat lainnya sempat kami lewati (Farm House yang terkenal dengan rumah hobbit-nya
dan Rumah Sosis), sebenarnya sudah disebut-sebut oleh anak-anak saya. Tapi,
karena arahnya lebih dekat ke De’ Ranch, saya tetap memilihkan tempat wisata
yang populer dengan fasilitas berkuda ala koboinya itu.
|
Sebelum masuk fotoan dulu dong ah:p |
|
Alam De' Ranch yang menyejukkan mata dan hati (dokpri) |
Tidak terlalu menghabiskan waktu lama, akhirnya kami
pun sampai di area parkir lokasi wisata. Begitu turun dari mobil, yang terlihat
di gerbang masuk adalah patung dua ekor kuda yang dijadikan latar berfoto bagi
pengunjung. Kami juga tak mau ketinggalan dong. Selesai berfoto, saya pun
membeli tiket masuk seharga 10 ribu per orang. Tiket masuk itu bisa digunakan
untuk mendapatkan segelas susu sapi segar dengan varian rasa, seperti cokelat, stroberi,
moca, dan vanila.
|
Mau naik delman atau wahana lainnya, bisa beli karcisnya di sini (dokpri) |
|
Khalid yang moto ini ^_^ |
Konsentrasi saya sudah tidak fokus pada susu segar
lagi. Pesona pemandangan di dalam lokasi De’ Ranch langsung membius mata saya.
Tentu saja, setelah itu saya sigap mengeluarkan tongsis. *narsis akutnya kambuh
... qiqi*
|
Yang ingin naik kuda dari sini startnya (dokpri) |
|
Perlengkapan berkuda ada di sini (dokpri) |
Tiba-tiba saya teringat pada kota yang dijuluki
sebagai Lone Star State dan tanah
para cowboy. Yap! Texas yang saya
maksud. Lalu pada padang rumput yang
luas di Eropa dengan sapi-sapi dan kudanya. Aaah, benar kata Mira - anak saya -
bahwa kami belum perlu untuk jauh-jauh ke New Zealand, karena ternyata De’
Ranch pun mampu menyuguhkan alam cantiknya.
|
Backgorundnya cantik (dokpri) |
|
Kuda-kuda itu menjadi daya tarik De' ranch (dokpri) |
|
Betah foto-fotoan di sini |
Selain berkuda dan naik delman, sebenarnya masih
banyak fasilitas lainnya yang bisa dinikmati di tempat wisata ini. Informasi lengkapnya bisa lihat di sini.
Pesona Dusun Bambu yang bikin betah
Hari
semakin siang dan kami butuh makan. Saya kembali menawarkan untuk melanjutkan
destinasi wisata berikutnya. Anak-anak, kakek dan nenek mereka langsung setuju.
Padahal mereka belum pernah ke sana. Namun, saya yakin mereka akan menyukainya.
|
Denah lokasi Dusun Bambu (dokpri) |
Hujan kembali turun, tapi tidak terlalu deras. Saya
menyetir dengan nyaman menuju Dusun Bambu di Jalan Kolonel Masturi
Km. 11, Situ Lembang, Cisarua, Bandung Barat. Tidak begitu sulit menemukan
lokasi itu. Mobil kami akhirnya terparkir setelah dua kali berkeliling mencari
lahan parkir yang kosong.
Wah! Ramai sekali!
Antrian pengunjung tampak mengular.
Saya kasihan juga melihat Papa yang fisiknya sudah lemah itu. Bolak-balik Papa
duduk dan berdiri. Hingga akhirnya tibalah giliran kami naik ke mobil pick-up yang sengaja disediakan oleh pihak pengelola lokasi wisata
itu. Mobil itulah yang bolak-balik menjemput dan mengantar pengunjung menuju
lokasi utama tempat wisata Dusun Bambu. Sebenarnya jika berjalan pun bisa.
Apalagi udaranya sangat sejuk. Namun karena hujannya masih awet, tidak ada
pilihan selain sabar mengantri, menunggu mobil menjemput.
|
Tempat makan yang nyaman untuk keluarga |
|
Pemandangan dari restoran tempat kami menikmati makan siang |
Dusun Bambu merupakan kawasan wisata
yang berada di sekitar kaki pegunungan Burangrang. Itulah sebabnya mengapa
udara di sana sangat sejuk. Selain penataannya yang cantik, Dusun Bambu sangat
pas untuk tempat wisata keluarga, kuliner, dan belanja. Saat mobil pick-up berjalan, mata saya langsung
dimanjakan oleh pemandangan persawahan. Begitu tiba, saya sempat melihat area
taman bermain dan taman yang tertata dengan rapi. Tapi, niat awal kami adalah mencari tempat makan.
Hal pertama yang saya lakukan adalah
memilih tempat untuk menikmati makan siang. Senang sekali saya karena pelayan
restorannya memberikan kami posisi tempat yang nyaman. Sebenarnya selain tempat
itu, masih ada lokasi yang lebih cantik untuk menikmati santap siang. Tapi,
saya tidak tega untuk meminta Papa berjalan lagi. Keliatannya beliau sangat
lelah. Ingin buru-buru istirahat sambil menikmati makan siang di udara yang
mulai terasa dingin.
|
Alternatif tempat makan yang menyenangkan (dokpri) |
|
Siapa yang nggak betah coba? |
|
Rasanya nggak mau beranjak ^_^ |
Setelah menyantap pesanan
masing-masing, anak-anak ingin menjelajah area Dusun Bambu. Namun, lagi-lagi
saya tidak tega melihat Papa. Demi memuaskan hati anak-anak, akhirnya saya
mengambil jalan tengah untuk meminta pengertian kedua orangtua saya. Papa dan
Mama memilih duduk santai di depan tangga masuk area wisata kuliner, saya dan
anak-anak menyempatkan berkeliling sejenak. Tidak banyak yang bisa kami nikmati
karena hari pun mulai sore.
|
Mobil pick-up yang mondar-mandir melayani pengunjung |
|
Bambu-bambu ini sengaja disusun untuk bisa melintasi persawahan |
Puas berfoto-foto, saya mengajak anak-anak
untuk bergabung kembali dengan kakek dan nenek mereka. Kami kembali menunggu
mobil pick-up. Tiba-tiba anak-anak
ingin melihat-lihat pemandangan di sekitar lokasi wisata dengan berjalan kaki.
Akhirnya Kakek dan Nenek naik mobil jemputan, sementara saya dan anak-anak
berjalan kaki.
Walaupun macet, tetap
ceria
Keluar dari area Dusun Bambu, cuaca
kembali mendung dan diiringi gerimis. Lengkap sekali rasanya. Gerimis dan
macet. Untunglah suasana hati kami tak segerimis cuaca di luar sana.
*jiaaahahaha ....*
Di tengah kemacetan itu, saya masih
berharap bisa mampir di Farm House. Tapi, begitu melihat mobil yang antri di
pintu masuk lokasi, keinginan saya buyar. Sudah terbayang, di dalam sana pasti
tidak bisa menikmati. Saya tetap melanjutkan perjalanan di kemacetan yang
panjang.
Anak-anak saya seperti tidak ada
capek-capeknya. Itu yang membuat saya semangat menyetir tanpa sopir serap. Namun,
tiba-tiba muncul kegalauan menentukan pilihan. Kembali ke penginapan atau
mencari tempat makan malam. Ternyata, rasa lelah pun memenangkan keputusan yang
diambil. Pulang ke penginapan.
Setelah tiba di penginapan, kami memilih
alternatif untuk memesan makanan siap saji. Asisten pemilik guest house yang baik hati mau membantu
memesankannya. Alhamdulillah ... akhirnya kami bisa menikmati makan malam
tanpa harus bersusah-susah keluar lagi. Hari semakin larut. Kami harus beristirahat
dengan sempurna untuk mengumpulkan energi buat hari ketiga. Bersambung lagi ya.
Jangan kapok mampir ke sini. Hehehe
[Wylvera W.]
Jadi penasaran deh mbak sama Boscha Observatory, kalau dibolehin masuk pasti seru ya.
BalasHapusDestinasi wisata di Bandung makin beragam aja ya mbak. Semoga suatu saat bisa menikmati wisata De' Ranch dan yang lainnya.
Iya, aku pun belum pernah masuk ke BO, Mbak.
HapusBtw, betul. Bandung semakin ke sini semakin asyik dijadikan tempat berlibur (walaupun macetnya juara). :)
Aku baru tau di Bandung ada ini...wajah jadi pengen kesana.
BalasHapusMasih ada 20an tempat cantik lagi lho, Mbak. Browsing deh. *halaaah, promo ni aku* Hahaha
HapusNgiriiii ... jadwalku padat banget januari ini, makanya liburan ke bandung harus pending lagi ke Februari *ada yang mulai bete di rumah nih* hihihi
BalasHapusSabaaar....
HapusDi Februari masih ada hari libur beruntun kok. Ayo, siapkan bujet dan tenaga. :)