Jumat, 08 Januari 2016

Hari Kedua di Bandung


#Part 2
Sopirnya sudah siap mengantar

            Bangun tidur ku terus mandi. Tidak lupa menggosok gigi. *halaaah *
           Kelelahan sehari sebelumnya, ternyata tidak membuat kami terlelap melewati waktu Subuh. Pagi itu, kami terbangun dengan full energi, karena sudah ada jadwal yang menyenangkan. Setelah semuanya siap, kami tidak ingin melewatkan hidangan sarapan pagi yang disediakan pihak guest house. Ada nasi kuning, irisan telur dadar, semur telur, sambal dan lalapan timun, serta kerupuknya. Tidak hanya itu. Kami juga boleh memilih alternatif sarapan dengan roti dan beragam selainya. Minuman seperti teh hangat, kopi, dan susu, juga dihidangkan rapi. Serasa sarapan pagi di rumah. *promo lagi ^^*

De’ Ranch Lembang jadi pilihan yang bijak
Liburan yang sesungguhnya pun dimulai. Kami meninggalkan penginapan sekitar jam delapan pagi. Saya sengaja memilih berangkat setelah jam masuk kantor. Berharap rute yang akan kami lewati menuju tempat wisata itu tidak sepadat jam tujuh pagi.
Alhamdulillah, prediksi saya lumayan pas. Jalan Sukajadi – Setiabudi, tidak terlalu padat. Meskipun kendaraan roda empat tidak putus-putus di sepanjang jalan, mobil kami masih bisa melaju dengan kecepatan sedang, sesekali kencang. Anak-anak sudah tidak sabar ingin sampai ke lokasi wisata yang  saya pilihkan. Eh, enggak ding. Sebenarnya Papa saya yang pengin ke situ. Katanya, sudah dua kali diajak temannya mengunjungi tempat itu, tapi tidak sekali pun bisa masuk ke dalamnya.  
Biar sah sudah sampai sini, difoto sajalah (dokpri)
Baiklah, sebagai sopir cantik dan penyabar, saya menurut saja. Padahal dalam hati saya tidak yakin kami bisa masuk juga. Tempat itu adalah Boscha Observatory, merupakan satu-satunya tempat pengamatan bintang di Indonesia. Perjalanan menuju ke lokasi itu lumayan menanjak dan sepi. Namanya juga hari kerja, tentu tidak seramai hari libur. Itu yang membuat saya ragu sebenarnya. Dan, benar saja. Begitu tiba di lokasi, kami hanya disodori dua lembar kertas yang berisi informasi dan jadwal kunjungan. Kalau pun kami ingin melihat-lihat, tetap saja tidak bisa masuk ke dalam.
Tidak pakai lama, saya segera memutuskan untuk mengganti arah menuju De’ Ranch. Saya kembali menyetir dengan tenang menuju Jalan Maribaya Lembang. Di sebelah saya, Khalid bertugas sebagai "navigator". Modalnya cukup ngirit. Tinggal mengaktifkan google map
Beberapa tempat lainnya sempat kami lewati  (Farm House yang terkenal dengan rumah hobbit-nya dan Rumah Sosis), sebenarnya sudah disebut-sebut oleh anak-anak saya. Tapi, karena arahnya lebih dekat ke De’ Ranch, saya tetap memilihkan tempat wisata yang populer dengan fasilitas berkuda ala koboinya itu.

Sebelum masuk fotoan dulu dong ah:p
Alam De' Ranch yang menyejukkan mata dan hati (dokpri)
Tidak terlalu menghabiskan waktu lama, akhirnya kami pun sampai di area parkir lokasi wisata. Begitu turun dari mobil, yang terlihat di gerbang masuk adalah patung dua ekor kuda yang dijadikan latar berfoto bagi pengunjung. Kami juga tak mau ketinggalan dong. Selesai berfoto, saya pun membeli tiket masuk seharga 10 ribu per orang. Tiket masuk itu bisa digunakan untuk mendapatkan segelas susu sapi segar dengan varian rasa, seperti cokelat, stroberi, moca, dan vanila.

Mau naik delman atau wahana lainnya, bisa beli karcisnya di sini (dokpri)
Khalid yang moto ini ^_^
Konsentrasi saya sudah tidak fokus pada susu segar lagi. Pesona pemandangan di dalam lokasi De’ Ranch langsung membius mata saya. Tentu saja, setelah itu saya sigap mengeluarkan tongsis. *narsis akutnya kambuh ... qiqi*

Yang ingin naik kuda dari sini startnya (dokpri)
Perlengkapan berkuda ada di sini (dokpri)
Tiba-tiba saya teringat pada kota yang dijuluki sebagai Lone Star State dan tanah para cowboy. Yap! Texas yang saya maksud.  Lalu pada padang rumput yang luas di Eropa dengan sapi-sapi dan kudanya. Aaah, benar kata Mira - anak saya - bahwa kami belum perlu untuk jauh-jauh ke New Zealand, karena ternyata De’ Ranch pun mampu menyuguhkan alam cantiknya. 

Backgorundnya cantik (dokpri)
Kuda-kuda itu menjadi daya tarik De' ranch (dokpri)



Betah foto-fotoan di sini
Sayangnya, gerimis mengundang pun sedikit mengacaukan sesi foto kami. Saya mengalihkan kesempatan untuk berkeliling area wisata dengan menaiki delman. Asyik juga ternyata, meskipun dalam hati saya masih pengin mencoba naik kudanya. Next time deh saya coba. *kode* 

Yang ingin naik perahu dayung pun ada tempatnya di De' ranch (dokpri)
Taman Bermain khusus untuk anak-anak (dokpri)
Pilihan jajanan juga tersedia di De' ranch
Selain berkuda dan naik delman, sebenarnya masih banyak fasilitas lainnya yang bisa dinikmati di tempat wisata ini.  Informasi lengkapnya bisa lihat di sini.

Pesona Dusun Bambu yang bikin betah
            Hari semakin siang dan kami butuh makan. Saya kembali menawarkan untuk melanjutkan destinasi wisata berikutnya. Anak-anak, kakek dan nenek mereka langsung setuju. Padahal mereka belum pernah ke sana. Namun, saya yakin mereka akan menyukainya.

Denah lokasi Dusun Bambu (dokpri)
Hujan kembali turun, tapi tidak terlalu deras. Saya menyetir dengan nyaman menuju Dusun Bambu di Jalan Kolonel Masturi Km. 11, Situ Lembang, Cisarua, Bandung Barat. Tidak begitu sulit menemukan lokasi itu. Mobil kami akhirnya terparkir setelah dua kali berkeliling mencari lahan parkir yang kosong.
Wah! Ramai sekali!
Antrian pengunjung tampak mengular. Saya kasihan juga melihat Papa yang fisiknya sudah lemah itu. Bolak-balik Papa duduk dan berdiri. Hingga akhirnya tibalah giliran kami naik ke mobil pick-up yang sengaja disediakan oleh pihak pengelola lokasi wisata itu. Mobil itulah yang bolak-balik menjemput dan mengantar pengunjung menuju lokasi utama tempat wisata Dusun Bambu. Sebenarnya jika berjalan pun bisa. Apalagi udaranya sangat sejuk. Namun karena hujannya masih awet, tidak ada pilihan selain sabar mengantri, menunggu mobil menjemput.

Tempat makan yang nyaman untuk keluarga
Pemandangan dari restoran tempat kami menikmati makan siang
Dusun Bambu merupakan kawasan wisata yang berada di sekitar kaki pegunungan Burangrang. Itulah sebabnya mengapa udara di sana sangat sejuk. Selain penataannya yang cantik, Dusun Bambu sangat pas untuk tempat wisata keluarga, kuliner, dan belanja. Saat mobil pick-up berjalan, mata saya langsung dimanjakan oleh pemandangan persawahan. Begitu tiba, saya sempat melihat area taman bermain dan taman yang tertata dengan rapi. Tapi, niat awal kami adalah mencari tempat makan.
Hal pertama yang saya lakukan adalah memilih tempat untuk menikmati makan siang. Senang sekali saya karena pelayan restorannya memberikan kami posisi tempat yang nyaman. Sebenarnya selain tempat itu, masih ada lokasi yang lebih cantik untuk menikmati santap siang. Tapi, saya tidak tega untuk meminta Papa berjalan lagi. Keliatannya beliau sangat lelah. Ingin buru-buru istirahat sambil menikmati makan siang di udara yang mulai terasa dingin.

Alternatif tempat makan yang menyenangkan (dokpri)

Siapa yang nggak betah coba?
Rasanya nggak mau beranjak ^_^
Setelah menyantap pesanan masing-masing, anak-anak ingin menjelajah area Dusun Bambu. Namun, lagi-lagi saya tidak tega melihat Papa. Demi memuaskan hati anak-anak, akhirnya saya mengambil jalan tengah untuk meminta pengertian kedua orangtua saya. Papa dan Mama memilih duduk santai di depan tangga masuk area wisata kuliner, saya dan anak-anak menyempatkan berkeliling sejenak. Tidak banyak yang bisa kami nikmati karena hari pun mulai sore. 

Mobil pick-up yang mondar-mandir melayani pengunjung
Bambu-bambu ini sengaja disusun untuk bisa melintasi persawahan
Puas berfoto-foto, saya mengajak anak-anak untuk bergabung kembali dengan kakek dan nenek mereka. Kami kembali menunggu mobil pick-up. Tiba-tiba anak-anak ingin melihat-lihat pemandangan di sekitar lokasi wisata dengan berjalan kaki. Akhirnya Kakek dan Nenek naik mobil jemputan, sementara saya dan anak-anak berjalan kaki.

Walaupun macet, tetap ceria
            Keluar dari area Dusun Bambu, cuaca kembali mendung dan diiringi gerimis. Lengkap sekali rasanya. Gerimis dan macet. Untunglah suasana hati kami tak segerimis cuaca di luar sana. *jiaaahahaha ....*
Di tengah kemacetan itu, saya masih berharap bisa mampir di Farm House. Tapi, begitu melihat mobil yang antri di pintu masuk lokasi, keinginan saya buyar. Sudah terbayang, di dalam sana pasti tidak bisa menikmati. Saya tetap melanjutkan perjalanan di kemacetan yang panjang.
Anak-anak saya seperti tidak ada capek-capeknya. Itu yang membuat saya semangat menyetir tanpa sopir serap. Namun, tiba-tiba muncul kegalauan menentukan pilihan. Kembali ke penginapan atau mencari tempat makan malam. Ternyata, rasa lelah pun memenangkan keputusan yang diambil. Pulang ke penginapan.  
Setelah tiba di penginapan, kami memilih alternatif untuk memesan makanan siap saji. Asisten pemilik guest house yang baik hati mau membantu memesankannya. Alhamdulillah ... akhirnya kami bisa menikmati makan malam tanpa harus bersusah-susah keluar lagi. Hari semakin larut. Kami harus beristirahat dengan sempurna untuk mengumpulkan energi buat hari ketiga. Bersambung lagi ya. Jangan kapok mampir ke sini. Hehehe  [Wylvera W.]


6 komentar:

  1. Jadi penasaran deh mbak sama Boscha Observatory, kalau dibolehin masuk pasti seru ya.
    Destinasi wisata di Bandung makin beragam aja ya mbak. Semoga suatu saat bisa menikmati wisata De' Ranch dan yang lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, aku pun belum pernah masuk ke BO, Mbak.
      Btw, betul. Bandung semakin ke sini semakin asyik dijadikan tempat berlibur (walaupun macetnya juara). :)

      Hapus
  2. Aku baru tau di Bandung ada ini...wajah jadi pengen kesana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih ada 20an tempat cantik lagi lho, Mbak. Browsing deh. *halaaah, promo ni aku* Hahaha

      Hapus
  3. Ngiriiii ... jadwalku padat banget januari ini, makanya liburan ke bandung harus pending lagi ke Februari *ada yang mulai bete di rumah nih* hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabaaar....
      Di Februari masih ada hari libur beruntun kok. Ayo, siapkan bujet dan tenaga. :)

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...