Macau, Bukan Sekadar Kota Judi
Masih ingat catatan saya di
Shenzhen? Nah, ini lanjutannya.
Setelah dua hari mengeksplore kota
Shenzhen (namun tidak seluruhnya sih), keesokan paginya kami bergegas menuju
destinasi berikutnya. Macau, sebuah kota yang akrab dijuluki sebagai kota judi.
Lalu, mau ngapain kami ke Macau? Berjudi? Ah, nggak dong. Penasaran? Yuk, simak lanjutan ceritanya.
Nyaris mabuk di dalam kapal ferry
Pagi-pagi sekali, saya dan ibu-ibu
pengurus PIPEBI Pusat sudah rapi dan siap berangkat menuju Macau. Saya pikir
waktu itu, kami bisa lewat jalan darat saja menuju ke sana. Ternyata harus
menyeberang dengan menaiki kapal ferry.
Tidak lama, hanya sekitar satu jam.
Menunggu kapal berlabuh. *halaaah ...* |
Menuju Macau harus melewati imigrasi sekali lagi.
Untung antriannya tidak terlalu panjang dan cara kerja petugas imigrasinya
cukup cepat. Singkat cerita, kami pun sudah berada di dalam ferry yang mulai bergerak pelan.
Nah, persiapan saya di bagian perut kurang memadai.
Sok memilih sarapan yang sangat tidak mengenyangkan. Efeknya, guncangan ombak
yang menggoyang-goyang kapal ferry
nyaris membuat saya mabuk. Untung tidak sampai mengeluarkan isi perut yang
kosong. Pfiuuuh ...!
Masih segar sebelum diguncang ombak:p |
Setelah berjuang melawan rasa mual yang luar biasa
rasanya, akhirnya kapal ferry pun
merapat di dermaga Macau. Bus yang berbeda juga sudah menunggu kami untuk
mengitari kota yang lebih populer disebut sebagi kota judi itu. Selama di
perjalanan, tour guide menjelaskan
tentang sejarah Macau (maaf, saya nggak ingat detailnya yach ^^). Yang tersisa
di memori saya hanya sebagian kecilnya saja.
Tiba di Macau |
Macau merupakan sebuah kota yang dulunya banyak dihuni
oleh orang-orang Portugis. Itu sebabnya petunjuk dan marka jalan di kota itu
ditulis dalam dua bahasa, Portugis dan Mandarin. Mengapa Macau lebih populer
dengan sebutan “Kota Judi”? Di sana banyak bangunan kasino, bahkan kasino
terbesar di Asia ada di kota itu.
Kami tidak dibawa langsung menuju hotel. Karena jadwal
kami sangat padat, maka kami dibawa berjalan-jalan terlebih dahulu.
Melihat Putri Duyung di City of
Dreams
Perjalanan dilanjutkan menuju City
of Dreams. Katanya, kami bisa bertemu putri duyung di sana. Siapa coba yang
nggak penasaran? Apalagi saya yang belum pernah ke Macau. Tour guide kami mengatakan bahwa di dalam City of Dreams itu terdapat
hotel-hotel dengan level lux dan kasino. Hotel yang ada di sana antara lain
Crown Towers, Grand Hyatt dan Hard Rock Hotel. Sementara kasinonya yaitu Hard
Rock Hotel Gaming Area, City of Dreams Casino, dan Signature Club.
Untung ada pose yang paling aman ini:p |
Tujuan kami ke sana hanya ingin
melihat Putri Duyung yang lokasi pertunjukannya ada di lobi utama. Begitu tiba,
saya terpana melihat tampilan di balik layar kaca berair yang ada di lobi utama
tersebut. Walaupun penampakan yang saya lihat bukanlah Putri Duyung sesungguhnya, namun permainan teknologi dan pencahayaan didesain terlihat
mirip aslinya (eh, putri duyung ada yang asli atau nggak sih? hihi).
Kami bisa menikmati Putri Duyung
yang muncul meliuk-liuk berenang bersama ikan-ikan di balik akuarium raksasa
yang disebut Vquarium itu. Harus
sabar menunggu kemunculannya, karena tidak setiap saat, tapi cukup bikin betah.
Buat ibu-ibu, penampakan Putri Duyung ini bikin tersenyum-senyum. Namanya juga
Putri Duyung, tentu saja bagian perut ke atas tidak ditutup oleh busana
memadai. *maaf ya, saya pilihkan foto yang paling aman ^^*
Kayak apa ya di dalamnya? :p |
Setelah itu, saya menyempatkan
berfoto di depan Hard Rock Hotel, sambil menunggu keputusan ingin menonton
atraksi yang tak kalah seru. Di City of
Dreams itu, selain pertunjukan gratis Putri Duyung, masih ada beberapa atraksi
lain yang bisa dinikmati. Tapi harus membeli tiket.
Di atas dan sekeliling kami tampilan pertunjukannya seperti ini. Keren! |
Ini versi lainnya |
Kami akhirnya sepakat untuk melihat pertunjukan Dragon’s Treasure at “The Bubble”,
pertunjukan multimedia, animasi, dan penampilan air mancur yang spektakuler.
Kami disuguhi tayangan yang sungguh bikin takjub selama sepuluh menit, diputar
dalam ruang teater berbentuk dome. Pertunjukan ini merupakan spesaial efek projection berbentuk kubah terbesar di
dunia yang dirancang dengan biaya sekitar 40 juta USD. Tapi tidak boleh
mengambil foto dengan blitz. Saya tetap berusaha memilih yang lumayan terang
untuk kenang-kenangan.
Dari A-Ma Temple sampai The
Ruins of St. Paul
Luas
daerah administratif kota Macau hanya 29,7 km persegi. Kecil ya? Tapi bukan
berarti kota ini tidak menyimpan objek yang memikat kaum wisatawan. Di Macau
terdapat peninggalan hasil pertukaran budaya
Barat dan Cina selama lebih dari 400 tahun. Perpaduan arsitektur antara gaya
Eropa dan tradisional Cina merupakan warisan yang menjadi daya pikatnya. Ada 20
peninggalan budaya yang lebih dikenal dengan istilah Historic Centre of Macau
yang terdaftar sebagai warisan dunia versi UNESCO sejak tahun 2005. Lokasi
inilah yang menjadi sasaran kunjung para pelancong.
Sisi lain dari A-Ma Temple |
Tour
guide kembali mengajak kami menuju A-Ma Temple. Awalnya saya mikir, apa
yang ingin saya lihat di tempat itu. Namun, setiap tempat ternyata menyimpan
sesuatu yang unik untuk dilihat. Seperti A-Ma Temple yang merupakan kuil tertua,
dibangun sejak tahun 1488 itu. Di situlah bangsa Portugis mendarat pertama
kalinya di Macau. Dan, pendaratan itu menjadi awal dari sejarah Macau. Letaknya
di sebelah Tenggara Semenanjung Macau.
Airnya digoyang-goyang tapi posisi air tetap seimbang di permukaan wadah |
Saat kami tiba, di kuil itu sedang
berlangsung aktivitas sembahyang oleh penduduk setempat. Pengunjung ternyata
diperbolehkan melihat dan mengamati kuil berarsitektur Cina itu. Teman saya
malah ikut mencoba semacam keberuntungan yang menggunakan wadah berbentuk mirip
kuali. Unik! Tapi, saya hanya ingin melihat saja. Tidak ingin mencobanya.
Pijitan kayu ada di bahu Mbak Fanda (paling depan) |
Sebelum melanjutkan perjalanan, kami istirahat sejenak
menunggu teman lainnya yang masih ingin berkeliling. Saat istirahat itu, ada kejadian
lucu yang masih saya ingat hingga hari ini. Seorang perempuan Cina menghampiri
teman-teman saya yang sedang saling memijit dengan alat bantu dari kayu kecil.
Ia penasaran dan ingin mencoba alat pijit kayu itu. Terjadilah adegan yang
membuat kami tertawa. Sayangnya saya terlewat memoto adegan lucu itu.
Di depan Ruins St. Paul Church |
Ibu-ibu asyik berfoto ria |
Kami kembali dibawa ke lokasi berikutnya, yaitu Ruins of St. Paul Church. Tidak lengkap rasanya kalau ke Macau tanpa mampir di tempat ini. Ruins of St. Paul merupakan landmark kota Macau. Gereja yang dibangun pada tahun 1602 ini, hanya menyisakan sisa-sisa bangunannya saja. Bangunan itu merupakan sisa kebakaran tahun 1835 yang memporak-porandakan universitas yang ada di situ serta bangunan utuh gerejanya. Hanya tinggal tampak bagian depannya saja (facade) yang menampilkan ukiran terkait kisah gereja Katolik di Asia serta beberapa gambar naga dan kapal layar.
Dari atas lokasi Ruins St. Paul adalah pertokoan |
Ada yang benar-benar shopping dan sekadar melihat-lihat menikmati kuliner |
Beli sepatu Khalid ^_^ |
Selepas dari sini, kami dibawa
menyusuri jalanan di depan lokasi gereja. Di sanalah terdapat toko-toko yang
dipadati oleh wisatawan yang ingin memuaskan diri untuk berbelanja. Tak
terkecuali dengan saya. Pesanan sepatu sport bermerek dari anak saya, ternyata
ada di situ dan dijual dengan harga miring. Wuaaah! Rugi kalau nggak dibeli.
*sayang anak ... sayang anak:p*
Menuju The Venetian yang megah
Senja mulai merambat menutupi langit
yang tadinya cerah. Setelah makan malam, kami memutuskan untuk check in di hotel. Di awal perjalanan,
ibu-ibu sempat menyebut-nyebut nama Venetian Hotel. Saya cuek, karena belum
tahu persis seperti apa hotel itu. *malas gugling sebelum berangkat sih:p*
Di depan The Venetian |
Begitu tiba dan masuk kamar hotel,
kenorakan pun sempat terjadi. Jangankan saya, mantan pemimpin redaksi majalah
Insani (periode waktu itu) saja sempat berdecak kagum. Kami sempat sama-sama
terdiam sesaat, lalu akhirnya saling menertawai roman wajah kami yang menyiratkan
kekaguman saat itu. Kamar yang disewakan untuk kami yang hanya menginap semalam
di situ, terasa cukup mewah.
Untuk pelancong sekelas kami, kamar disewakan rasanya cukup
mahal. Mulai dari tempat tidur, guest
room, dan kamar mandi (yang belum sempat saya foto, sayang ya nggak ada
bukti) adalah tipe kamar suite. Yang
paling bikin ngakak, keesokan paginya adalah cerita lebih seru dari teman
lainnya. Ternyata bukan hanya saya dan mantan pemred majalah Insani yang
terkagum-kagum, sampai sayang meniduri tempat tidur yang lega dan harum itu.
Ibu-ibu lainnya malah lebih “norak” *nahan ketawa ini sambil ngetiknya*. Mereka
malah berpose di kamar mandi yang luasnya lebih dari ukuran kamar saya di
Bekasi. *jangan diketawai ya cerita yang ini :p
Selidik punya selidik, ternyata tipe kamar yang kami
pakai malam itu sering dipesan oleh bandar judi. Di situlah mereka menginap
saat sedang memuaskan liburannya sambil bermain judi di kasino hotel tersebut.
Saya sempat melewati lokasi kasino itu keesokan paginya. Luas banget. Serasa
sedang berada di Las Vegas saja.
Nggak sempat naik gondola di sini :( |
Di The Venetian ini ada hotel, kasino, dan juga pusat
perbelanjaan. Suasana tata bangunnya Italian sekali. Di situ juga terdapat
kanal buatan yang bisa dinikmati dengan menaiki gondola. Persis seperti di
Venesia. Sayang, waktu paginya saya tidak sempat menikmati naik gondola dan
melihat koin-koin keberuntungan yang dilemparkan pengunjung saat berada di atas
kanal. Katanya koin-koin itu ada di dasar kanal buatan. Kami hanya berfoto
sesaat di depan toko- tokonya, lalu harus segera bergerak menuju Hongkong.
Tunggu cerita saya saat di Hongkong ya. [Wylvera W.]
Sumber foto: Koleksi pribadi
Seru banget yaa, semoga aku juga bisa kesana. Aamiin
BalasHapusAamiin, Insya Allah😊
HapusHongkong Macau lebih keliatan kotanya ya mbak, tadinya mau ke situ lho sebelum akhirnya terpilih Beijing
BalasHapusMacau kotanya kecil tapi lumayan seru untuk dijelajahi, terutama The Venetian itu, Vin. :)
HapusSeruuu jalan2nya. Btw makaannnya susah gak disana?
BalasHapusIya, susah nyari yg halal. Untung kita ada guidenya, Mbak
HapusMacau tempat impian kedua ku setelah Mekah,pengen banget kesana.
BalasHapusAyo, diwujudkan ya, Mbak. :)
Hapus