Laman

Sabtu, 23 Januari 2016

Mengunjungi Hongkong, Shenzhen, dan Macau - #Part 2


Macau, Bukan Sekadar Kota Judi         

                Masih ingat catatan saya di Shenzhen? Nah, ini lanjutannya.
            Setelah dua hari mengeksplore kota Shenzhen (namun tidak seluruhnya sih), keesokan paginya kami bergegas menuju destinasi berikutnya. Macau, sebuah kota yang akrab dijuluki sebagai kota judi. Lalu, mau ngapain kami ke Macau? Berjudi? Ah, nggak dong. Penasaran? Yuk, simak lanjutan ceritanya.

Nyaris mabuk di dalam kapal ferry
            Pagi-pagi sekali, saya dan ibu-ibu pengurus PIPEBI Pusat sudah rapi dan siap berangkat menuju Macau. Saya pikir waktu itu, kami bisa lewat jalan darat saja menuju ke sana. Ternyata harus menyeberang dengan menaiki kapal ferry. Tidak lama, hanya sekitar satu jam. 

Menunggu kapal berlabuh. *halaaah ...*
Menuju Macau harus melewati imigrasi sekali lagi. Untung antriannya tidak terlalu panjang dan cara kerja petugas imigrasinya cukup cepat. Singkat cerita, kami pun sudah berada di dalam ferry yang mulai bergerak pelan.
Nah, persiapan saya di bagian perut kurang memadai. Sok memilih sarapan yang sangat tidak mengenyangkan. Efeknya, guncangan ombak yang menggoyang-goyang kapal ferry nyaris membuat saya mabuk. Untung tidak sampai mengeluarkan isi perut yang kosong. Pfiuuuh ...!

Masih segar sebelum diguncang ombak:p
Setelah berjuang melawan rasa mual yang luar biasa rasanya, akhirnya kapal ferry pun merapat di dermaga Macau. Bus yang berbeda juga sudah menunggu kami untuk mengitari kota yang lebih populer disebut sebagi kota judi itu. Selama di perjalanan, tour guide menjelaskan tentang sejarah Macau (maaf, saya nggak ingat detailnya yach ^^). Yang tersisa di memori saya hanya sebagian kecilnya saja.

Tiba di Macau
Macau merupakan sebuah kota yang dulunya banyak dihuni oleh orang-orang Portugis. Itu sebabnya petunjuk dan marka jalan di kota itu ditulis dalam dua bahasa, Portugis dan Mandarin. Mengapa Macau lebih populer dengan sebutan “Kota Judi”? Di sana banyak bangunan kasino, bahkan kasino terbesar di Asia ada di kota itu.
Kami tidak dibawa langsung menuju hotel. Karena jadwal kami sangat padat, maka kami dibawa berjalan-jalan terlebih dahulu.

Melihat Putri Duyung di City of Dreams
            Perjalanan dilanjutkan menuju City of Dreams. Katanya, kami bisa bertemu putri duyung di sana. Siapa coba yang nggak penasaran? Apalagi saya yang belum pernah ke Macau. Tour guide kami mengatakan bahwa di dalam City of Dreams itu terdapat hotel-hotel dengan level lux dan kasino. Hotel yang ada di sana antara lain Crown Towers, Grand Hyatt dan Hard Rock Hotel. Sementara kasinonya yaitu Hard Rock Hotel Gaming Area, City of Dreams Casino, dan Signature Club.
Untung ada pose yang paling aman ini:p
            Tujuan kami ke sana hanya ingin melihat Putri Duyung yang lokasi pertunjukannya ada di lobi utama. Begitu tiba, saya terpana melihat tampilan di balik layar kaca berair yang ada di lobi utama tersebut. Walaupun penampakan yang saya lihat bukanlah Putri Duyung sesungguhnya, namun permainan teknologi dan pencahayaan didesain terlihat mirip aslinya (eh, putri duyung ada yang asli atau nggak sih? hihi).
            Kami bisa menikmati Putri Duyung yang muncul meliuk-liuk berenang bersama ikan-ikan di balik akuarium raksasa yang disebut Vquarium itu. Harus sabar menunggu kemunculannya, karena tidak setiap saat, tapi cukup bikin betah. Buat ibu-ibu, penampakan Putri Duyung ini bikin tersenyum-senyum. Namanya juga Putri Duyung, tentu saja bagian perut ke atas tidak ditutup oleh busana memadai. *maaf ya, saya pilihkan foto yang paling aman ^^*

Kayak apa ya di dalamnya? :p
            Setelah itu, saya menyempatkan berfoto di depan Hard Rock Hotel, sambil menunggu keputusan ingin menonton atraksi yang tak kalah seru.  Di City of Dreams itu, selain pertunjukan gratis Putri Duyung, masih ada beberapa atraksi lain yang bisa dinikmati. Tapi harus membeli tiket. 

Di atas dan sekeliling kami tampilan pertunjukannya seperti ini. Keren!
Ini versi lainnya
Kami akhirnya sepakat untuk melihat pertunjukan Dragon’s Treasure at “The Bubble”, pertunjukan multimedia, animasi, dan penampilan air mancur yang spektakuler. Kami disuguhi tayangan yang sungguh bikin takjub selama sepuluh menit, diputar dalam ruang teater berbentuk dome. Pertunjukan ini merupakan spesaial efek projection berbentuk kubah terbesar di dunia yang dirancang dengan biaya sekitar 40 juta USD. Tapi tidak boleh mengambil foto dengan blitz. Saya tetap berusaha memilih yang lumayan terang untuk kenang-kenangan.

Dari A-Ma Temple sampai The Ruins of St. Paul
            Luas daerah administratif kota Macau hanya 29,7 km persegi. Kecil ya? Tapi bukan berarti kota ini tidak menyimpan objek yang memikat kaum wisatawan. Di Macau terdapat peninggalan  hasil pertukaran budaya Barat dan Cina selama lebih dari 400 tahun. Perpaduan arsitektur antara gaya Eropa dan tradisional Cina merupakan warisan yang menjadi daya pikatnya. Ada 20 peninggalan budaya yang lebih dikenal dengan istilah Historic Centre of Macau yang terdaftar sebagai warisan dunia versi UNESCO sejak tahun 2005. Lokasi inilah yang menjadi sasaran kunjung para pelancong. 


Sisi lain dari A-Ma Temple
            Tour guide kembali mengajak kami menuju A-Ma Temple. Awalnya saya mikir, apa yang ingin saya lihat di tempat itu. Namun, setiap tempat ternyata menyimpan sesuatu yang unik untuk dilihat. Seperti A-Ma Temple yang merupakan kuil tertua, dibangun sejak tahun 1488 itu. Di situlah bangsa Portugis mendarat pertama kalinya di Macau. Dan, pendaratan itu menjadi awal dari sejarah Macau. Letaknya di sebelah Tenggara Semenanjung Macau. 

Airnya digoyang-goyang tapi posisi air tetap seimbang di permukaan wadah
            Saat kami tiba, di kuil itu sedang berlangsung aktivitas sembahyang oleh penduduk setempat. Pengunjung ternyata diperbolehkan melihat dan mengamati kuil berarsitektur Cina itu. Teman saya malah ikut mencoba semacam keberuntungan yang menggunakan wadah berbentuk mirip kuali. Unik! Tapi, saya hanya ingin melihat saja. Tidak ingin mencobanya. 

Pijitan kayu ada di bahu Mbak Fanda (paling depan)
Sebelum melanjutkan perjalanan, kami istirahat sejenak menunggu teman lainnya yang masih ingin berkeliling. Saat istirahat itu, ada kejadian lucu yang masih saya ingat hingga hari ini. Seorang perempuan Cina menghampiri teman-teman saya yang sedang saling memijit dengan alat bantu dari kayu kecil. Ia penasaran dan ingin mencoba alat pijit kayu itu. Terjadilah adegan yang membuat kami tertawa. Sayangnya saya terlewat memoto adegan lucu itu.

Di depan Ruins St. Paul Church
Ibu-ibu asyik berfoto ria
            
    Kami kembali dibawa ke lokasi berikutnya, yaitu Ruins of St. Paul Church. Tidak lengkap rasanya kalau ke Macau tanpa mampir di tempat ini. Ruins of St. Paul merupakan landmark kota Macau. Gereja yang dibangun pada tahun 1602 ini, hanya menyisakan sisa-sisa bangunannya saja. Bangunan itu merupakan sisa kebakaran tahun 1835 yang memporak-porandakan universitas yang ada di situ serta bangunan utuh gerejanya. Hanya tinggal tampak bagian depannya saja (facade) yang menampilkan ukiran terkait kisah gereja Katolik di Asia serta beberapa gambar naga dan kapal layar. 

Dari atas lokasi Ruins St. Paul adalah pertokoan
Ada yang benar-benar shopping dan sekadar melihat-lihat menikmati kuliner
Beli sepatu Khalid ^_^
          Selepas dari sini, kami dibawa menyusuri jalanan di depan lokasi gereja. Di sanalah terdapat toko-toko yang dipadati oleh wisatawan yang ingin memuaskan diri untuk berbelanja. Tak terkecuali dengan saya. Pesanan sepatu sport bermerek dari anak saya, ternyata ada di situ dan dijual dengan harga miring. Wuaaah! Rugi kalau nggak dibeli. *sayang anak ... sayang anak:p*

Menuju The Venetian yang megah
            Senja mulai merambat menutupi langit yang tadinya cerah. Setelah makan malam, kami memutuskan untuk check in di hotel. Di awal perjalanan, ibu-ibu sempat menyebut-nyebut nama Venetian Hotel. Saya cuek, karena belum tahu persis seperti apa hotel itu. *malas gugling sebelum berangkat sih:p*
Di depan The Venetian
Hanya semalam, jadi sayang menidurinya :p
            Begitu tiba dan masuk kamar hotel, kenorakan pun sempat terjadi. Jangankan saya, mantan pemimpin redaksi majalah Insani (periode waktu itu) saja sempat berdecak kagum. Kami sempat sama-sama terdiam sesaat, lalu akhirnya saling menertawai roman wajah kami yang menyiratkan kekaguman saat itu. Kamar yang disewakan untuk kami yang hanya menginap semalam di situ, terasa cukup mewah. 
 
Toko ini ada di dalam area hotel
Untuk pelancong sekelas kami, kamar disewakan rasanya cukup mahal. Mulai dari tempat tidur, guest room, dan kamar mandi (yang belum sempat saya foto, sayang ya nggak ada bukti) adalah tipe kamar suite. Yang paling bikin ngakak, keesokan paginya adalah cerita lebih seru dari teman lainnya. Ternyata bukan hanya saya dan mantan pemred majalah Insani yang terkagum-kagum, sampai sayang meniduri tempat tidur yang lega dan harum itu. Ibu-ibu lainnya malah lebih “norak” *nahan ketawa ini sambil ngetiknya*. Mereka malah berpose di kamar mandi yang luasnya lebih dari ukuran kamar saya di Bekasi. *jangan diketawai ya cerita yang ini :p
Selidik punya selidik, ternyata tipe kamar yang kami pakai malam itu sering dipesan oleh bandar judi. Di situlah mereka menginap saat sedang memuaskan liburannya sambil bermain judi di kasino hotel tersebut. Saya sempat melewati lokasi kasino itu keesokan paginya. Luas banget. Serasa sedang berada di Las Vegas saja. 

Ini pintu menuju kasino
Nggak sempat naik gondola di sini :(
Di The Venetian ini ada hotel, kasino, dan juga pusat perbelanjaan. Suasana tata bangunnya Italian sekali. Di situ juga terdapat kanal buatan yang bisa dinikmati dengan menaiki gondola. Persis seperti di Venesia. Sayang, waktu paginya saya tidak sempat menikmati naik gondola dan melihat koin-koin keberuntungan yang dilemparkan pengunjung saat berada di atas kanal. Katanya koin-koin itu ada di dasar kanal buatan. Kami hanya berfoto sesaat di depan toko- tokonya, lalu harus segera bergerak menuju Hongkong.
Tunggu cerita saya saat di Hongkong ya. [Wylvera W.]

Sumber foto: Koleksi pribadi

8 komentar:

  1. Seru banget yaa, semoga aku juga bisa kesana. Aamiin

    BalasHapus
  2. Hongkong Macau lebih keliatan kotanya ya mbak, tadinya mau ke situ lho sebelum akhirnya terpilih Beijing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Macau kotanya kecil tapi lumayan seru untuk dijelajahi, terutama The Venetian itu, Vin. :)

      Hapus
  3. Seruuu jalan2nya. Btw makaannnya susah gak disana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, susah nyari yg halal. Untung kita ada guidenya, Mbak

      Hapus
  4. Macau tempat impian kedua ku setelah Mekah,pengen banget kesana.

    BalasHapus