Laman

Sabtu, 30 Januari 2016

Mengunjungi Hongkong, Shenzhen, dan Macau – #Part 3


Tidak Cukup Sehari di Hongkong

            Setelah puas menikmati objek wisata kota Macau, kami pun bersiap meninggalkan The Venetian Hotel. Kami juga harus meninggalkan kamar yang mewah itu. Betul, keesokan paginya rombongan kami akan kembali ke Hongkong.

Kembali ke Hongkong
            Di hari pertama menginjakkan kaki di kota Hongkong, kami langsung menuju Shenzhen sebagai destinasi awal untuk dijelajahi. Itu sebabnya mengapa Hongkong menjadi urutan terakhir yang akan kami eksplore. Dari Macau menuju Hongkong, kami kembali naik kapal ferry. Namun, suasana perut saya tidak seperti sebelumnya. Lebih nyaman dan malah bisa bercanda-canda di dalam kapal.
Di dalam kapal ferry dari Macau menuju Hongkong
            Kata Hongkong (HK) berasal dari bahasa Kantonis atau nama Hakka yang artinya “fragrant harbour” (pelabuhan yang harum). Hongkong yang pernah menjadi wilayah jajahan Inggris (1941 – 1997), sekarang berpenduduk sekitar tujuh juta jiwa. Sekitar 95% penduduknya adalah keturunan Cina, mayoritas Taishanese, Chiu Chow, orang Cantonese lain, dan Hakka. Sementara bahasa penduduk Hongkong adalah Cantonese (bahasa Cina asal Provinsi Guangdong hingga Utara HK), bahasa Inggris, dan Mandarin.

Mengunjungi Madame Tussauds
            Begitu tiba di dermaga Hongkong, kami melanjutkan perjalanan dengan bus kembali. Tujuan pertama di kota Hongkong adalah mengunjungi Madame Tussauds. Rombongan kami pun diantar ke tram station untuk menuju Victoria Peak. Kereta (ding ding tram) membawa kami ke puncak bukit. Victoria Peak merupakan salah satu objek wisata terkenal di Hongkong. Di kawasan ini ada semacam mal. Di area mal itulah letaknya Madame Tussauds.

Menunggu kereta itu membawa kami ke puncak bukit
Akhirnya sampai di sini
            Madame Tussauds merupakan museum patung lilin yang hingga saat ini telah memiliki 20 cabang hampir di seluruh dunia. Pendirinya adalah Marie Tussaud (Prancis), seorang pematung lilin yang mendapat didikan dari Dr. Phillippe Curtius yang sangat mahir membuat patung dari lilin. Marie mengenal Phillippe Curtius karena ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah doktor itu. Patung lilin pertama yang dibuat Marie adalah Voltaire (1777). Saat Dr. Phillippe wafat, Marie mendapatkan warisan semua koleksi patung lilin milik doktor itu. Tahun 1802, Marie Tussaud pindah ke London. Dari sanalah sejarah museum Madame Tussauds bermula. 

Untung cuma lilin. Kalau nyata, nggak mungkin ih fotoannya nempel gitu:p

            Saat memasuki Madame Tussauds versi Hongkong ini, saya teringat yang di New York. Ya, saya pernah mengunjungi museum serupa di New York City. Jadi, memasuki museum patung lilin orang-orang terkenal dan legendaris di Madame Tussauds Hongkong merupakan nostalgia buat saya. Tidak menyia-nyiakan waktu, saya dan ibu-ibu lainnya pun memuaskan diri untuk berfoto di situ. Sempat terpikir dalam kepala saya, kira-kira kapan Indonesia punya museum seperti itu ya?

Kabutnya menghalangi pemandangan kota Hongkong di bawah sana
            Puas berfoto di dalam museum patung lilin, kami menyempatkan untuk menikmati kota Hongkong dari puncak bukit. Hampir seluruh kota Hongkong bisa dilihat dari lokasi Victoria Peak itu. Sesaat setelah itu, kami pun meninggalkan lokasi Madame Tussauds untuk makan siang.

Makan siang di restoran terapung
            Bus kami kembali melaju menuju Pelabuhan Aberdeen. Di sanalah lokasi tempat makan siang kami selanjutnya. Sebuah restoran terapung yang sangat terkenal di Hongkong. Namanya adalah Jumbo Kingdom. Namanya juga restoran terapung, maka menuju ke sana kami dijemput oleh kapal antar jemput milik restoran tersebut. Kapal itu terbuat dari kayu dengan ukiran naga di atasnya. Gratis lho naik kapalnya. 

Di atas kapal kayu menuju floating restaurant
Jumbo Floating Restaurant
            Wuaaah! Begitu sampai, saya langsung menyapu pandangan ke sekitar restoran. Jumbo Kingdom ternyata terdiri dari dua kapal apung besar, yaitu Jumbo Floating Restaurant dan Tai Pak Floating Restaurant. Saya lupa kami memilih restoran kapal apung yang mana. Yang saya ingat, semua hidangan seafoodnya sangat lezat dan lumayan pas dengan lidah Indonesia. Satu lagi, restorannya benar-benar mengapung di atas perairan Pelabuhan Aberdeen dengan bangunan kapal bercita rasa khas Cina.
Kayak princess beneran kan ya ... ya? ^_^
Princess Wiwiek Changping. Hihihi
            Setelah menikmati hidangan makan siang yang lezat, kami masih betah berada di restoran. Pemilik restoran menawarkan kami untuk berfoto dengan memakai kostum kerajaan. Saya lagi-lagi tidak mau melewatkan kesempatan itu. Akhirnya tibalah giliran saya untuk didandani ala Princess Changping. Penampilan saya berubah drastis. Tapi rasanya tidak mungkin pulang dengan kostum seperti itu ‘kan? Repot bo’ ....

Lanjut menuju Avenue of Stars
            Hari masih terang. Bus milik travel kembali membawa rombongan kami menuju Avenue of Stars yang terletak di tepi Victoria Harbour, Kowloon. Walk of Fame ini memakai konsep yang ada di Hollywood Boulevard, Los Angeles yang pernah saya kunjungi beberapa tahun silam.

Di sisi Victoria Harbour
Ini salah satu yang paling saya kenal
Pose ala sutradara film ini :p
            Nama-nama artis yang ada di Walk of Fame ini tentu saja terdiri dari artis-artis Hongkong. Tidak banyak yang saya kenal, maka saya memilih berfoto dengan objek-objek menarik lainnya. Antara lain berpose dengan latar belakang Victoria Harbour dan spot menarik lainnya. Hingga akhirnya hari mulai gelap dan kami harus check in ke hotel.

Menuju Disneyland Hongkong
            Tidak cukup sehari untuk menelusuri lokasi wisata yang ada di Hongkong. Di hari kedua, saya dan rombongan ibu-ibu pengurus PIPEBI memutuskan untuk mengunjungi Disneyland Hongkong. Saya girang karena tempat wisata itu kembali mengingatkan saya pada kenangan Disney World di Orlando, Florida, Amerika. Namun, tentulah sangat berbeda. Luas areanya saja sudah jauh berbeda. Belum lagi wahananya. Disney World yang di Orlando jauh lebih besar dan komplit.


Foto bareng dulu sebelum akhirnya berpencar-pencar
            Secara singkat, Disneyland dan Disney World adalah wujud ide kreatif dan imajinatif dari Walt Disney. Sayangnya, Disney sendiri hanya sempat melihat Disneyland saja. Ia meninggal sebelum Disney World dimulai konstruksinya. Saudara Disney yang bernama Roy akhirnya mengambil alih pembangunan dunia fantasi yang sangat spektakuler itu. Di Disney World itu kini terdapat Magic Kingdom, Epcot Centre, dan MGM Studios. Baiklah, tentang Disney World yang di Orlando akan saya ceritakan di catatan lainnya (kalau ada waktu ya, hehehe). 

Main Street
Istana Disney ada di belakang itu
            Main Street USA menjadi pintu masuk ke Disneyland Hongkong. Jalan ini terinspirasi dari jalanan utama di USA dengan bangunan kiri kanannya yang mirip di Anaheim era 1890 – 1910. Di area ini banyak sekali pengunjung yang menyempatkan untuk berfoto ria. Tidak terkecuali saya. Walaupun saya sudah pernah menikmati hampir seluruh wahana yang menjadi bagian Disney World, saya tetap ingin menikmati hal-hal menarik di Disneyland versi Hongkong. Terutama berkeliling naik kereta api (Hongkong Disneyland Railroad) yang merupakan transportasi di area Disneyland itu. Saya juga menyempatkan untuk berpose dengan latar belakang istana Disney. 

Menunggu kereta
Horeee! Keretanya sudah datang!
Nggak sempat masuk ke rumah si Micky yang di sini :(
            Selain itu, ada satu pertunjukan yang sangat saya rindukan, yaitu “Lion King”. Saya dan teman yang memilih megikuti saya sejak tiba di lokasi wisata itu, bergegas menuju Adventureland. Di sanalah kami bisa menyaksikan “Festival of the Lion King”. Sajiannya ditampilkan live versi opera dalam durasi yang lebih singkat dari versi filmnya. Walaupun tidak se-spektakuler saat saya dan keluarga menonton acara serupa di Disney World Orlando, namun cukuplah mengobati rasa rindu itu. 
Festival of the Lion King
Pertunjukan opera "Lion King"

            Setelah itu, kami masih menyempatkan berkeliling sejenak sebelum akhirnya menyusul ibu-ibu lainnya menuju pusat perbelanjaan yang katanya cukup populer juga di Hongkong. Saya tidak ingat nama mal itu. Yang saya ingat dari Disneyland kami harus menaiki kereta lagi menuju ke sana. Maaf ya, kalau saya tidak sempat mengabdikan sesi belanja-belanjinya. Habis, saya tidak ikutan belanja sih *uhuk...!*, hanya ikut berkeliling saja di sana.        
 
Istana Disney di malam hari
Fireworks di tengah gerimis
         Puas berbelanja, ibu-ibu memutuskan kembali ke Disneyland untuk menunggu pesta kembang api (fireworks) di malam harinya. Sayang sekali, cuaca tidak mendukung saat itu. Hujan gerimis yang awet sejak sorenya terus mengguyur kawasan wisata. Kami pun tidak bisa menikmati suasana. Sebelum larut malam akhirnya kami kembali memutuskan kembali ke hotel.

Pulang
            Esok harinya, kami harus meninggalkan Hongkong dan kembali ke Jakarta. Namun, waktu masih tersisa cukup panjang. Setelah check out dari hotel, kami masih menyempatkan untuk mampir di Citywalk 1 Vision City Tsuen Wan. Tak banyak yang bisa dilakukan di sini selain kembali berfoto narsis

Setelah itu, kami pun bergegas menuju bandara. Sambil menunggu keberangkatan di gate bandara, ibu-ibu kembali bikin suasana ramai. Begitulah, kalau sudah ibu-ibu yang pergi rombongan, selalu ada saja celah untuk bergurau. 

Menghabiskan stok yang masih tersisa. Hahahaha
Akhirnya waktu pulang pun tiba. Kami harus masuk ke dalam pesawat dan segera meninggalkan Hongkong, Shenzhen, dan Macau. Yang belum baca catatannya dari awal, ada di sini dan ini ya. Sampai jumpa di cerita jalan-jalan berikutnya. Salam. [Wylvera W.]

Sumber foto: Koleksi pribadi

6 komentar:

  1. Cantiknya istana disney malam hari yaa.

    BalasHapus
  2. kalo madame tussaud, nth kenapa setelah mengunjungi yang di berlin, aku ga bgitu tertarik utk visit yg ada di negara2 lainnya :D.. mungkin krn bosen juga, dan ga terlalu suka patung2 itu.. tp kalo disney ato theme park2 yg ada bnyk di negara2 lain, ga pernah nolak mba :D.. apalagi kalo wahana2nya extreme, beuuuhhh seharian gpp deh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, pilihan itu Mbak. Aku juga gak terlalu pengin. Hanya ingin tau aja, paling tidak bisa menambah pengalaman untuk mrmbandingkan

      Hapus
  3. huhuhu waktu aku ke HK ga mampir ke the Peak, soalnya pas lagi angin dan kabut takutnya sayang aja udah ngantri tram panjang-panjang pas sampe atas ga keliatan apa-apa mba :(
    mau naik ke sky100 aja ga jadi gara-gara kabut :(
    naik cable car ke Ngongping aja serem banget gara-gara angin dan berkabut, kayaknya musti Spring nih ke HK-nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tempatnya di atas, jadi suka berkabut ya. Apalagi kalau musim dingin. :)

      Hapus