Kami masih
di Washington DC. Sehari sebelumnya, anak-anak saya sempat melihat bangunan
berwarna putih, mirip dengan White House. Mereka penasaran dan ingin melihat
gedung itu dari dekat. Walau tidak sempat melihat semua sisi dalam bangunan,
kami cukup puas untuk mengabadikan beberapa foto di sana.
US Capitol bukan White House
Hari masih pagi ketika kami memulai
perjalanan lagi mengitari kota DC. Tujuan pertama kami pagi itu adalah melihat
gedung megah bergaya neo klasik dengan warna cat serupa White House. Lokasinya
masih di kawasan National Mall. Persisnya di sisi Timur. Yap! Itu bukan gedung
putih seperti yang kami lihat sehari sebelumnya. Bangunan itu adalah The United
States Capitol, tempat bertemunya para wakil rakyat (US. Congress). Senat dan
kongres telah berkantor di gedung itu selama lebih dari dua abad. Kalau dilihat
dari fungsinya, mirip-mirip seperti gedung DPR/MPR yang ada di Jakarta.
Mira dan Khalid di depan The US Capitol |
Gedung US.
Capitol adalah salah satu bangunan yang didirikan pada tahun 1973 dan memiliki
nilai sejarah yang sangat penting bagi Amerika. Gedung ini mulai dibuka pada
tanggal 17 November 1800 dan telah melalui berbagai tahapan konstruksi. Ada dua
pintu masuk, yaitu di bagian Barat dan Timur. Hanya saja pintu bagian Timur yang
selalu digunakan untuk menyambut tamu pada acara-acara resmi kenegaraan.
Kubah yang dibangun selama hampir seabad |
Penampakan
US Capitol didominasi selain oleh warna catnya yang putih juga bentuk kubah di
puncak bangunan. Ternyata kubah berdiameter 29 meter dengan ketinggian 88 meter
itu memakan waktu yang cukup lama dalam pembangunannya. Hampir seabad. Luar
biasa ya? Selain itu, di puncak kubah
juga ada patung seorang wanita yang memakai perlengkapan perang. Patung itu
adalah Statue of Freedom (patung
kemerdekaan).
Menyempatkan mampir di Lincoln
Memorial
Setelah mengambil beberapa gambar di
area US Capitol, kami pindah lagi ke ujung Barat National Mall. Tujuan
berikutnya adalah Lincoln Memorial yang sejak hari pertama sudah terlihat dari
kejauhan. Lincoln Memorial merupakan sebuah bangunan bersejarah yang
didedikasikan untuk Abraham Lincoln – presiden Amerika ke-16. Monumen ini
dikerjakan oleh arsitek Henry Bacon sejak tahun 1914 hingga 1922. Patung
Abraham Lincoln yang berada di dalam gedung itu dikerjakan oleh Daniel Chester
French dengan tinggi sekitar 6 meter.
Lincoln Memorial |
Kalau sempat
membaca sejarah tentang Abraham Lincoln, di sana diceritakan bahwa beliau
adalah presiden Amerika yang menentang dan menghapus perbudakan. Itulah tujuan
awal dibangunnya Lincoln Memorial. Tempat itu juga menjadi saksi bersejarah
kebangkitan kaum kulit hitam di Amerika. Seperti catatan saya di postingan
pertama tentang National Mall, di salah satu anak tangga Lincoln Memorial
inilah Martin Luther King, Jr. mengumandangkan pidatonya yang berjudul “I Have
a Dream” (28 Agustus 1963).
Menjelajahi Smithsonian National Air
and Space Museum
Perjalanan kami masih belum usai.
Setelah makan siang dan sholat di dalam mobil, kami lanjutkan mampir di
Smithsonian National Air and Space Museum. Museum ini merupakan sumbangsih
Smithsonian, ahli kimia Inggris yang kaya raya namun tidak pernah menikah.
Meskipun Smithsonian tidak pernah menginjakkan kaki di Amerika, namun ia
mewariskan hartanya untuk pembangunan Smithsonian Institution di Washington DC.
Lihatlah seriusnya mereka ;) |
National
Air and Space Museum (NASM) di DC adalah salah satu museum yang dikelola oleh
Smithsonian Institution. Museum yang memiliki lebih 60.000 koleksi ini dibuka
secara resmi pada tahun 1976. Begitu memasuki gedung museum yang sangat luas,
Khalid dan Mira sempat bengong. Sesaat setelah itu, mata mereka langsung
berbinar melihat ragam bentuk pesawat yang dipajang di sana.
Rudal Tomahawk |
Smithsonian
National Air and Space Museum menggelar semua sejarah mengenai ilmu tentang
penerbangan. Mulai dari pesawat biasa hingga pesawat luar angkasa. Khalid
nyaris tak berkedip menatap pesawat Boeing yang menjadi salah satu koleksi
museum itu. Selama ini jenis-jenis pesawat yang dipajang itu hanya bisa mereka
lihat di film. Tiba-tiba mereka mendapat kesempatan untuk melihat secara
langsung. Bolak-balik Khalid berseru, “Awesome!”
Pesawat Boeing yang bikin Khalid betah memandangnya ^^ |
Pesawat Angkatan Udara AS (US Air Force) |
Saya dan si
Bapak tidak bisa menghentikan langkah Khalid dan Mira. Mereka juga kagum
melihat pesawat Angkatan Udara AS yang berdiri angkuh di museum itu. Tidak hanya
itu, Khalid juga berfoto di depan Modul Apollo 11 yang pernah membawa Neil
Amstrong ke bulan untuk pertama kalinya.
Khalid dan Modul Apollo 11 |
Khalid: "Gimana rasanya bisa ke bulan?" ^^ |
Siapa yang tidak tertarik melihat
semua itu dari dekat. Terutama anak-anak. Bahkan di museum tersebut pun ada
informasi lengkap tentang keberangkatan manusia ke bulan. Satu yang paling
penting, museum ini buka setiap hari dan gratis, lho. Itu sebabnya, museum ini
tidak pernah sepi dari pengunjung. Apalagi di musim libur.
Menyempatkan mampir ke National
Gallery of Art
Waktu terus
berjalan. Ada undangan makan malam dari salah satu pejabat tempat suami saya
berkerja. Keluarga mereka saat itu sedang ditugaskan dan tinggal di Washington
DC. Karena itu, kami harus memaksimalkan waktu agar bisa pulang sebelum magrib.
Tempat
terakhir yang kami kunjungi di hari kedua adalah National Gallery of Art.
Museum yang memajang aneka karya seni dunia itu dibangun pada tahun 1937.
Lokasinya masih di area National Mall. Pembangunannya didanai oleh pemerintah
Amerika Serikat.
Bu ... serius amat? :p |
Karya seni yang dipamerkan di museum
itu terdiri dari gambar, lukisan, foto, patung, artefak, medali, dan seni dekoratif yang
menggambarkan perkembangan seni Barat dari abad pertengahan hingga saat ini.
Setelah berkeliling, kami tidak berlama-lama di museum itu. Ada janji yang
harus kami penuhi setelah magrib. Suami saya pun memutuskan untuk kembali.
Serasa tidak jauh dari tanah air
Selepas magrib, kami bergegas
memenuhi undangan makan malam dari keluarga Bapak Perry Warjiyo yang waktu itu
masih bertugas di Washington DC. Sekarang beliau merupakan salah satu Deputi
Gubernur Bank Indonesia.
Anak-anak saling berkenalan ^^ |
Walaupun di luar dingin, es buah tetap jadi pilihan ^^ |
Kedatangan kami disambut hangat oleh
keluarga Bapak Perry. Begitu memasuki rumah dinasnya, saya seolah-olah merasa
tidak sedang di luar negeri. Hidangan jamuan makan malam yang disuguhkan untuk
kami sangat Indonesia. Ada bakso, kwetiau goreng, kue-kue tradisional yang memancing
kerinduan pada tanah air.
Foto bersama sebelum berpamitan |
Silaturahmi
yang penuh keakraban pun berakhir begitu cepat. Malam itu adalah malam terakhir
kami berada di Washington DC. Tapi jangan khawatir, masih ada satu hari lagi
catatan perjalanan di DC yang akan saya bagi di blog ini. Tunggu ya. ^^ [Wylvera W.]
asyik ya mbak bisa kesana aku kapan ya ? salam kenal mbak
BalasHapusSalam kenal kembali, Mbak.
HapusIya, rezeki dari Allah. Kebetulan waktu itu suamiku lanjutin sekolahnya di sana. Insya Allah, suatu hari kalau diniatkan kuat bisa kok, Mbak. Aamiin
Alhamdulillah sudah pernah foto di Capitol Hill
BalasHapusSalam hangat dari Jombang
Ayo, Pakde, bikin ceritanya versi buku. Aku yakin dijamin pasti seru dan lebih banyak yang bisa diceritakan dari sudut pandang pengalaman yang berbeda.
HapusSalam hangat juga dari Bekasi. :)
Wiwiek, diatas tertulis gedung Capitol dibangun 1973, tapi dibawahnya juga tertulis di resmikan November 1800. Ayooo gimana nih?
BalasHapusIya, Ayah.
HapusTahun 1973 itu mulai dibangun, tapi diresmikan penggunaannya pada tahun 1800an. Jadi masa pembangunannya memang cukup memakan waktu cukup lama.
salah satu tempat impianku.. membaca cerita ibu dan melihat foto2nya membuat semangat saya bertambah untuk dapat kesana. semoga suatu saat saya bisa berkunjung ke sana dan berfoto2 d dpn capitol hill seperti itu..
BalasHapusAamiin, semoga terwujud ya. :)
HapusBiasanya cuma bisa lihat di film-film hehehe...moga-moga suatu saat bisa kesana...
BalasHapusAamiin, ikut mendoakan, Mbak. :)
Hapusgigit2 jari ajah. hihihi *mupeng*
BalasHapusHahahaha ....
HapusSenengnya bisa jalan2 ke sanah..
BalasHapusIya, alhamdulillah
Hapus