Hari ketiga kami masih di Washington
DC. Masih ada beberapa objek sejarah dan wisata yang belum sempat kami
singgahi. Akhirnya setelah berpamitan pada teman suami saya, kami masih menyempatkan
untuk melengkapi kunjungan ke beberapa objek sejarah dan wisata lainnya.
Washington
Monument, monument batu tertinggi di dunia
Karena
begitu banyaknya objek bersejarah yang terdapat di kawasan National Mall, kami
terpaksa membagi-bagi waktu kunjungan. Di hari pertama sebenarnya kami sudah
berjalan di samping Washington Monument tersebut, namun akhirnya memilih ke lokasi
yang lain.
Washington Monument |
Wuiiih ... berrraaat! :p |
Saat mengitari National Mall, monument
yang menjulang sekitar 169 meter selalu terlihat. Letaknya ke arah Barat dari gedung US
Capitol, persis di seberang Lincoln Memorial. Monumen yang pembangunannya
dimulai sejak 1848 ini dipersembahkan untuk George Washington (presidan pertama
Amerika). Monumen ini resmi dibuka pada tanggal 9 Oktbober 1888.
Ada yang sedikit berbeda di monumen ini.
Jika diperhatikan, warna batu di bagian bawah lebih gelap dari yang di atas.
Perbedaan tersebut akibat sempat terjadi pemberhentian pembangunan karena
masalah dana (1861 – 1865). Namun perbedaan warna fisik batu monumen tidak
mengurangi keindahan dan tetap menjadikannya sebagai salah satu ikon kota
Washington DC.
Akhirnya
mendekat ke Thomas Jefferson Memorial
Di hari pertama, saya sempat
mengulas sedikit tentang bangunan bersejarah, Thomas Jefferson Memorial. Namun,
karena di hari pertama kami tidak sempat untuk melihat lebih dekat, maka di
hari ketiga kami kembali ke sana.
Thomas Jefferson Momerial |
Thomas Jefferson (presiden ke-3
Amerika) adalah salah satu American
Founding Fathers yang berperan penting dalam penulisan Declaration of Independence. Monumen yang didedikasikan untuk
Thomas Jefferson ini dibangun pada tahun 1939 dan selesai di tahun 1943 (saat
berlangsungnya Perang Dunia II).
Di dalam gedung tersebut terdapat
patung Jefferson yang terbuat dari perunggu setinggi 6 meter. Posisinya seolah
melihat ke arah gedung putih. Thomas Jefferson dikenal sebagai sosok yang
pintar. Kepintaran itu dilambangkan oleh tiga benda yang ada di bagian kaki
patung beliau, yaitu jagung, buku, dan kolom. Jagung melambangkan bahwa Thomas
Jefferson adalah seorang agronomist
handal. Buku melambangkan bahwa Thomas Jefferson merupakan founding father sebuah universitas di DC. Sementara kolom
melambangkan bahwa beliau adalah seorang arsitek yang mumpuni.
Khalid serius banget. Memandang apa ya itu? ^_^ |
Di depan bangunan ini ada kolam
jernih dan taman yang cantik. Kami memuaskan kesempatan untuk merekam beberapa
objek di area Thomas Jefferson Memorial Park. Yang paling menyenangkan, tidak
perlu membayar untuk bisa masuk ke gedungnya.
Merekam
sejarah di area Franklin Delano Roosevelt Memorial
Satu lagi saksi sejarah yang bisa
kami temukan di seputar National Mall, yaitu Franklin Delano Roosevelt
Memorial. Presiden Amerika Serikat yang ke-32 ini lebih dikenal dengan sebutan
FDR. Roosevelt terpilih menjadi presiden pada tahun 1932. Dia menjadi
satu-satunya presiden yang menjabat selama 4 periode sebelum kematiannya saat
masih menjabat pada tahun 1945.
Franklin Delano Roosevelt Memorial |
Saya (endut ya:p) dan Patung Anna Eleanor Roosevelt |
Franklin Delano Roosevelt dikenang
sebagai presiden yang mengeluarkan Amerika Serikat dari Depresi Besar dan
Perang Dunia II. Beliau juga dikenang atas kontribusi dan perjuangannya
mengatasi berbagai masalah kesehatan. Namun, pada satu musim panas, FDR
mengalami sakit polio.
Man at the radio W.O. II waiting for (good) as a newsletters |
Istrinya
Anna Eleanor Roosevelt membantu FDR berjuang melawan penyakit yang sangat
melemahkannya itu. Saat kondisinya mulai membaik, FDR bergerak dalam bidang
kemanusiaan, di samping bidang politik yang dijalankannya.
ILL-Housed, ILL-Clad, ILL-Nourished (atas dan bawah) |
Pernyataan Franklin Delano Roosevelt
yang terkenal pada upayanya mengeluarkan Amerika dari Depresi Besar (1933)
adalah “I see one-third of a nation
ill-housed, ill-clad [poorly clothed], ill-nourished.” Saat itu Roosevelt
berjanji untuk memimpin Amerika maju dalam mengejar pemulihan ekonomi penuh.
Tidak mau terlewat dari National
Museum of Natural History
Di komplek Institute
Smithsonian, yang paling banyak dikunjungi dan
diminati adalah National Museum of Natural History. Mungkin karena museum ini
paling atraktif dan menyediakan berbagai fasilitas umum. Tidak sedikit
pengunjung yang melakukan penelitian di sana, terutama di bidang biologi, ilmu
kebumian, dan antropologi.
Komplek Institute Smithsonian |
Awalnya
saya ingin mengajak segera kembali ke Urbana, namun anak-anak kami bersikeras
untuk masuk ke dalam National Museum of Natural History. Museum yang terdiri
dari tiga lantai itu memajang ragam temuan fosil tumbuhan dan hewan seperti
mamalia, dinosaurus, serangga, burung, reptil, dan kehidupan laut zaman purba.
Ada laboratorium fosilnya juga.
Di salah satu pintu masuk museum |
Bayangkan kalau gajahnya tiba-tiba hidup. Hihihi .... |
Bapak dan Khalid *abaikan yang motret itu* ^_^ |
Tidak hanya
memamerkan beragam fosil, museum ini juga memajang pengetahuan budaya
bangsa-bangsa di dunia. Mulai dari budaya Asia dan Afrika sampai legenda
ekspedisi Viking di Amerika Utara. Banyak pengetahuan yang bisa ditemukan di
dalam museum yang luas itu.
Khalid betah banget di sini |
Waktu itu
saya merasakan pebedaan kondisi museum di Indonesia dengan Amerika. Di sana,
museum menjadi salah satu tujuan wisata warga. Itu sebabnya brosur-brosur yang
ditawarkan tidak hanya mempromosikan tempat wisata alam tapi justru dilengkapi
dengan promosi museum-museumnya. Di hari biasa saja museum selalu ramai oleh
pengunjung dari berbagai kalangan, termasuk para orangtua. Apalagi saat musim
libur, kita akan takjub melihat orang-orang yang memadati museum di sana.
Meninggalkan DC
Sudah cukup jatah liburan kami di Washington DC. Suami saya pun memutuskan
untuk segera meninggalkan kota yang telah memberikan banyak pengetahuan serta
pengalaman manis itu. Kami harus kembali ke Urbana.
Detik-detik meninggalkan DC |
Pemandangan yang tertinggal dan terlihat dari tepi jalan |
Sambil berjalan menuju area parkir, Mira dan Khalid
seakan enggan meninggalkan kota itu. Tapi, kami harus kembali. Masih ada satu
agenda lagi yang harus kami penuhi. Sebelum berangkat menuju DC, suami saya
berencana untuk berburu koper murah. Sebelum hari beranjak malam, kami harus
menyusuri kota-kota kecil di luar DC untuk menemukan toko murah itu.
Bye DC ...! |
Mira menggantikan posisi saya mendampingi Bapaknya ;) |
Usailah
sudah catatan perjalanan kami sekeluarga di Washington DC. Terima kasih saya
ucapkan kepada Mas Agus Firman Syah dan Mbak Dewi untuk tumpangan menginapnya
yang sangat nyaman buat kami. Semoga suatu hari nanti, kami diberi rezeki dan
kesempatan kembali lagi ke sana. Aamiin. [Wylvera
W.]
waaah museum fossilnya menarik ... aku selalu suka dtg ke museum2 kalo lg traveling.. pasti yg aku browsing pertama kali itu themepark dgn wahana2 extreme, baru yg kedua museum:)... di indo itu aku prnh baca jumlah museum masih dikiiiit bgt, ga nyampe 100... sementara di LN, museum dijadiin tmpat wisata dan biasanya rame malah . Padahl kan dari museum kita bisa bljr banyak sejarah dengan cara gampang dan asyik ya mbak :)
BalasHapusIya, Indonesia bisa saja mencontoh cara orang Amrik mengelolal museumnya agar memberi daya tarik yang kuat bagi masyarakat untuk berkunjung. :)
Hapusseru banget perjalanannya mba...
BalasHapussalam kenal yaa.. :)
Iya, alamhamdulillah.
HapusSalam kenal kembali. :)
Khalid masih keliatan unyu banget. Memang ya, Mbak, museum di LN lebih tertata dan jadi tujuan wisata. Semoga Indonesia segera menyusul.
BalasHapusIya, Indonesia bisa kok kalau mau dan konsisten ya. Btw, itu kenangan kami beberapa tahun lalu, Mbak. :)
HapusPerginya pas zaman belum ditemukan tongsis ini, kan Mbak? Penasaran, pas foto berempat, siapa yang ambil gambarnya?
BalasHapusPakai tripod, Mas :)
Hapus