Gateway Arch of St. Louis |
Mendapat
kesempatan tinggal sementara di Amerika merupakan rezeki buat keluarga kami. Apalagi
dengan waktu libur yang begitu banyak. Kedua anak saya seolah menemukan
kebiasaan baru. Hampir setiap pergantian musim, selalu ada hari libur. Kondisi
itu membuat kami mau tidak mau sering berimprovisasi untuk mengisinya. Salah
satunya adalah mendatangi tempat-tempat baru di kota-kota yang masih bisa kami
jangkau. Akhirnya, hobi jalan-jalan yang memang sudah ada, tak bisa kami
abaikan saat liburan tiba.
Setelah
akrab dengan suasana sekolah baru dan lingkungan sekitar, anak-anak saya mulai
sering berinteraksi dengan teman-temannya. Beberapa informasi baru pun mereka
dapatkan. Sesekali tentang tempat-tempat wisata yang pernah dikunjungi
teman-temannya di sana. Informasi itu mereka bawa pulang dan jadi topik obrolan
saat berkumpul di apartemen kami yang mungil.
Suatu
saat, mereka mencetuskan nama sebuah tempat, “The Magic House”. Ternyata tempat
itu adalah sebuah museum anak-anak yang berada di St. Louis, Missouri. Jika
dibandingkan dengan jarak destinasi kota-kota yang pernah kami singgahi di
sana, St.Louis justru tidak terlalu jauh dari Urbana (menurut suami saya). Itulah
yang membuat kami akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke The Mgaic House.
Tiba di depan The Magic House |
Perjalanan
dari Urbana seperti menuju St. Louis seperti perjalanan kami
sebelum-sebelumnya. Nyaman, tenang, dan membuat kepala tidak suntuk oleh
kemacetan. Kami pun tiba di The Magic
House yang dibuka sebagai museum khusus untuk anak-anak. Lokasinya ada di Kirkwood, sebelah Barat pusat kota St. Louis. Museum ini dibangun
untuk mendorong anak-anak bereksperimen, melatih kreativitas dalam keterampilan
memecahkan masalah, melihat keajaiban dari sisi sains, dan bersenang-senang
dalam permainan magic.
Sejak
didirikan pada tahun 1979, The Magic House telah mengalami serangkaian
penambahan dan renovasi, hingga akhirnya menjadi 5.100 m2. The Magic House telah mendapat
pengakuan sebagai salah satu museum peringkat pertama untuk anak-anak oleh Zagat
Survey US Family. Museum ini mampu menarik perhatian lebih dari 550.000
pengunjung per tahun.
Di depan foto-foto keluarga George Lane Edwards |
Selain
menyuguhkan ragam atraksi budaya di kota itu, The Magic House juga menyajikan
tempat khusus tentang sejarah St. Louis. Dari luar museum ini memang terlihat
seperti rumah bergaya asli Victorian. Rumah milik George Lane Edwards Family
ini dibangun pada tahun 1901. Edwards sendiri adalah managing partner di perusahaan broker keluarganya, AG Edwards &
Sons. Beliau juga menjadi presiden pertama Bursa Efek St. Louis, sekaligus
direktur Louisiana Purchase Exposition. Sementara, The Magic House didirikan
oleh dua wanita St. Louis, Jody Newman dan Barbie Freund.
Tiba-tiba
rambut Mira berdiri semua
Mira
dan Khalid begitu semangat mengitari The Magic House. Beberapa permainan baru
yang unik mereka coba. Termasuk alat yang bisa membuat rambut berdiri dan
mengembang. Namanya adalah Electro-Static Generator. Salah satu pameran yang
paling dikenal di The Magic House itu. Generator Van de Graaff itu membuat Mira merasakan sensasi listrik
statis.
"Wow! Lihat rambutku!" |
Saat
tangan Mira menyentuh generator, tiba-tiba rambutnya berdiri semua. Si Bapak
pun sigap mengambil foto.
“Look! Rambut Kakak stand all!” teriak Khalid yang bikin saya dan Bapaknya ngakak kala
itu.
Mencetak
bentuk wajah
Selain
bermain dengan generator yang bisa membuat rambut berdiri, kali ini Khalid yang
bereksperimen. Ada dinding yang bisa membentuk wajah kita di sana. Dengan
menempelkan wajah di sisi sebaliknya, maka bentuknya pun bisa terlihat di sisi
sebelahnya. Khalid menempelkan wajahnya di sana, lalu Mira tertawa melihat
bentuk hidung dan tulang pipi Khalid yang menonjol di sisi sebelahnya. Saya
lupa apa nama alat itu.
Bentuk muka Khalid
Selain
itu, masih banyak lagi area bermain yang disajikan di The Magic House. Ada The
Children Village, sebuah area bermain yang cukup luas untuk mendorong anak-anak
menggunakan imajinasi mereka bekerjasama dalam sebuah kelompok minitatur. The Children
Village ini menyajikan pasar, perbankan, klinik hewan, dan perpustakaan dalam
bentuk mini.
salah satu yang ada di Bubble Arounds |
Mira dan Khalid juga mencoba masuk ke Bubble Room dan mengukur berat tubuh mereka. Setelah itu mereka mencoba merekatkan magnet-magnet sehingga bersusun dan tergantung rapi. Nama permainan itu adalah Magnetic Structure. Mira juga mencoba pertunjukan yang bisa menampilkan siluet badan dengan warna-warna yang berkilauan.
Belum merasa puas, mereka juga mengajak saya dan bapaknya masuk ke ruang sempit yang harus melangkah di atas tali. Ruang yang remang-remang itu membuat kami harus meraba-raba agar kaki tidak terpeleset saat menapak di atas tali yang dibentang untuk mencapai ruang yang lebih terang.
Puas
bermain di dalam museum, kami juga ingin melihat di halaman luar bangunan itu.
Di sana ada patung anak-anak yang dirancang bergandengan tangan sedemikian
rupa, seolah menggambarkan perdamaian dan kebersamaan.
Hingga
hari ini, kenangan tentang The Magic House dan segala atraksi yang bisa
dimainkan di sana, menjadi catatan indah di hati kami. Saya berusaha mengingat
semua itu lewat foto-foto yang masih tersimpan rapi. Semoga catatan kenangan
ini bisa jadi rujukan buat kamu yang ingin jalan-jalan ke St. Louis suatu
hari nanti.
Satu
lagi, saat kami berkunjung ke sana sekitar tahun 2008, areanya
tidak seluas sekarang ini. Baidewei ... kalau ingin melihat prosedur masuknya silakan klik di sini. Menurut informasi yang saya baca, saat ini semakin
banyak area permainan yang ditambahkan. Silakan di-search. [Wylvera W.]