Berkunjung
ke Roma, selain melihat bangunan dan kota bersejarahnya, ternyata ada objek
pemandangan yang tak kalah menarik. Namanya Villa D’Este. Lokasinya ada di
Tivoli, sekitar 30 kilometer sebelah Timur dan Timur Laut kota Roma, Italia.
Menuju
Tivoli
Pada hari kelima - Minggu, 19
Maret 2017 - di Roma, tujuan perjalanan kami berikutnya adalah mengunjungi
Villa D’Este. Perjalanan
pagi hari dimulai dari stasiun Termini, Roma. Dari Termini, saya dan suami naik
Metro B jurusan Rebibia dan turun di stasiun Ponte Mamolo. Begitu keluar dari
Metro (kereta), kami langsung mencari toko yang menjual koran dan makanan
ringan. Di toko itu juga kami membeli tiketnya. Penjualan tiket
dibuka dari pukul 08.30 – 17.15 setiap hari. Sementara, harga tiket menuju
Tivoli yaitu 4 Euro. Untuk saya dan suami, kami harus membeli 4 tiket sekaligus (pergi dan pulang).
Jalur ini yang menuju Tivoli |
Setelah
membeli tiket, kami bergabung dengan penumpang lainnya untuk menunggu di
halte nomor dua. Bus yang akan membawa kami bertuliskan Cotral pada dindingnya.
Semua bus dari Ponte Mamolo bertuliskan Cotral. Jadi, tidak akan membingungkan.
Sepuluh menit kemudian, kami sudah berada di dalam bus dan menikmati perjalanan
menuju Tivoli selama kurang lebih 45 menit.
Setelah
sampai di halte Villa D’Este, saya dan suami langsung mencari arah menuju vila.
Hari belum terlalu siang. Area sekitar vila belum terlalu dipadati oleh para
wisatawan. Kami masih terus menyusuri jalan yang diapit oleh bangunan-bangunan
tua serta toko-toko penjual suvenir dan restoran. Beberapa di antara penjual suvenir mulai sibuk menawarkan kami untuk mampir ke tokonya.
Pintu masukVilla d'Este |
Beli tiket masuk ke vila |
Akhirnya
kami tiba di pintu masuk vila. Sebelum masuk ke area wisata vila, kami harus
membeli tiket. Harga tiket masuk ke Villa D’Este, 8 Euro per orang. Dengan
harga itu, tidak ada batasan waktu bagi pengunjung untuk memuaskan diri
berkeliling di dalamnya sampai jam kunjung berakhir. Tidak terlalu mahal, ‘kan?
Jelajah
dan rekam jejak Villa D’Este dimulai
Sejak
abad ke-16, kota Tivoli melanjutkan pembangunan berbagai vila. Yang paling
terkenal adalah Villa D’Este dan termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO sejak
tahun 2001. Pembangunan Taman Villa D’Este dimulai dari tahun 1550 oleh Pirro
Ligorio atas permintaan Kardinal Ippolito II D’Este.
Menurut
sejarahnya, saat Perang Dunia I berkecamuk, vila ini sempat menjadi properti
negara. Direstorasi dan dibuka untuk umum. Setelah Perang Dunia II usai, restorasi
kembali dilakukan untuk membenahi kerusakan efek pengeboman tahun 1944. Setelah menjadi milik pribadi selama
beberapa abad, kebun ini diakuisisi oleh pemerintah (pasca Perang Dunia ke II). Sejak
itu, Villa D’Este menjadi tujuan wisata populer hingga saat ini.
The Fountain of Venus in the courtyard |
The Jet of the Fountain of the Dragons |
Desain
bangunan dan tamannya yang dipengaruhi oleh Renaissance, menjadi model bagi
perkembangan banyak taman di Eropa. Villa D’Este ini, selain dilengkapi dengan
desain air mancurnya yang megah, juga banyak patung peri, grotto (gua), serta permainan air. Perhatian utama saya dan suami tentu
tertuju pada air mancur yang ada di vila ini. Selain banyak, juga sangat unik
desainnya. Suara gemericiknya membuat hati tenang dan sejenak terlupa oleh segala rutinintas yang ditinggalkan di tanah air. Itulah yang
membuat kami betah berlama-lama menikmati suduh-sudut vila.
View from Neptune Fountain |
The Rometta fountain |
Air
mancur yang paling terkenal adalah The Cento Fontane (The Hundred Fountains) di
sepanjang jalan (100 meter) yang menghubungkan Fontana dell’Ovato dengan
Rometta. Saking penasarannya, saya latah menghitung jumlah air mancur yang didesain menenmpel pada temboknya yang terlihat ditutupi oleh lumut hijau. Dan, saya lupa apakah jumlahnya benar-benar seratus ya? *jangan suruh saya menghitung ulang sekarang ya :)*
Kami kembali melanjutkan penjelajahan vila. Di sepanjang jalan utama taman, kami bisa melihat keunikan desain Fontana dei Draghi (Dragon’s Fountain). Pada ujung jalan arah ke kiri, kami bisa menikmati keindahan Fontana della Civetta (Owl’s Fountain).
Kami kembali melanjutkan penjelajahan vila. Di sepanjang jalan utama taman, kami bisa melihat keunikan desain Fontana dei Draghi (Dragon’s Fountain). Pada ujung jalan arah ke kiri, kami bisa menikmati keindahan Fontana della Civetta (Owl’s Fountain).
Owl's Fountain |
Neptune Fountain |
Fontana
di Nettuno (Neptune Fountain) merupakan air mancur yang paling mengesankan
dengan ketinggian daya semprot airnya di udara. Selain itu masih ada lagi
Fontana dell’Organo (Organ Fountain) yang melengkapi desain mengesankan
dari keseluruhan tata letak air mancur di vila tersebut.
The Fountain of the Organ |
Ada lagi air mancur yang cukup populer di sini. Namanya Fontana dell’Ovato (Oval
Fountain). Dinamai seperti itu karena air mancur ini bermuara di kolam
berbentuk telur. Kemudian air meluncur masuk ke kolam yang disebut nymphaeum (bangunan untuk peri)
berkarat. Desainnya juga dibuat oleh Pirro Ligorio.
Fontana dell’Ovato (Oval Fountain) |
Selain
menampilkan pesona air mancurnya, taman Villa D’Este juga menawarkan penataan kebun
yang indah. Kebun tersebut menjadi bagian dari anggota Grandi Giardini
Italiani, sebuah asosiasi perkebunan terbaik di Italia. Desain atau penataan
letak kebun yang bertingkat-tingkat ini menjadi daya tarik sendiri. Dilengkapi
dengan tangga untuk menyusurinya, para wisatawan dimanjakan oleh beragam
koleksi flora. Ada mawar, rhodonderon,
melati, camellia, magnolia, palm, dan jenis tanaman hias
lainnya.
Berpose di antara bunga-bunga
|
Saat
menjelajah, kami sangat dipuaskan pula oleh penggabungan kedua desain tersebut
(taman dan air mancurnya). Paduan fitur air mancur, air terjun, kolam, kerikil,
patung, dan bunga-bunga menjadi penyempurna tampilan vila. Ditambah taman
labirin yang serba hijau serta tidak terlalu berliku-liku, membikin hati nyaman
dan tenang.
Ssst
… saya sempat jadi foto modelnya suami lho di sana. Seolah semua sudut ingin
dibadikannya dengan mengikutsertakan saya sebagai modelnya. *nggak boleh protes
ya , hahaha*
Siapkan
fisik sebelum masuk ke Villa d’Este
Saya pernah
sangat penasaran dengan Kampung Naga yang ada di Tasik Malaya. Masalahnya saya
belum pernah ke sana. Namun membaca cerita dan pengalaman teman-teman yang
pernah ke kampung itu, saya sempat berpikir ulang begitu melihat foto
tangganya. Ada ratusan anak tangga yang harus dilalui sebelum sampai ke perkampungannya.
Wuiiih! Butuh energi dan stamina yang cukup jika ingin ke sana.
Salah satu tangga di antara yang lainnya |
Ternyata di Villa D’Este ada juga yang mirip anak-anak tangga ala Kampung Naga. Mungkin bedanya hanya desainnya saja yang lebih landai. Pada saat turun memang tidak terasa sama sekali karena teralihkan oleh pemandangan yang menakjubkan. Namun, saat ingin kembali ke atas, saya mulai merasakan kelelahan. Model penyusunan anak tangganya yang landai tidak terlalu berpengaruh bagi saya yang memang jarang berolah raga. *jangan diketawai*
Kalau dihitung-hitung, lebih dari
seratus anak tangga yang harus dinaiki. Alamaaak …! Lutut langsung lunglai saat
tiba di atas. Untunglah, masih ada beberapa objek yang belum sempat kami
perhatikan mampu mengobati rasa lelah itu. Seperti tanaman merambat yang
dibiarkan hidup dan mengering serta membentuk lengkungan artistik yang disangga
oleh rangka besi. Ada bathup (bak
mandi) model jadul banget yang mungkin pernah digunakan oleh penghuni vila,
menjadi objek unik yang layak diabadikan.
Begitu keluar dari vila, tinggal rasa
kagum dan bersyukur pada nikmat Allah yang tersisa. Alhamdulillah … saya bisa
sampai di sana.
bathup jadul |
Nah, ingin jalan-jalan ke Roma?
Jangan lupa sempatkan mampir ke Villa D’Este, ya. Dijamin tidak akan bosan dan
menyesal. Justru saat sadar kalau hari sudah sore, ternyata kamu harus kembali
ke hotel. [Wylvera W.]