York
menjadi tujuan destinasi pertama saat kami tiba di London. Pilihan tersebut
sudah disepakati sebelum kami terbang beberapa hari sebelumnya. Saya sejujurnya
tidak sempat browsing tentang kota
York karena awalnya saya ingin berkunjung ke Stonehenge. Karena jarak London ke
Stonehenge lumayan jauh, maka suami memutuskan mencari alternatif jarak tempuh
yang lebih dekat. Saya pun mengikut saja.
Perjalanan
saya dan suami sekali ini tidak seperti sebelumnya. Kami tidak memiliki waktu
longgar yang bisa kami nikmati sesuai dengan keinginan sendiri. Memilih York
sebagai kota pertama setelah tiba di London pun karena saat kami sampai masih
hari Minggu dan kebetulan belum terlalu siang. Membeli tiket on the spot menjadi alternatif yang
fleksibel. Keputusan pun membawa kami meluncur ke York dengan kereta cepat.
Jarak tempuh dari Kings Cross ke stasiun York, Inggris Raya menghabiskan waktu
sekitar dua jam.
Browsing
sambil menikmati camilan di kereta
Saat
di kereta saya sempatkan untuk menelusuri sejarah destinasi pilihan suami ini.
Saat itulah saya tahu kalau York berada di daerah North Yorkshire, berdekatan
dengan Sungai Ouse dan Foss. York didirikan pada tahun 1971 oleh bangsa Romawi
sebagai Eboracum (benteng dan kota di Britania Romawi). York merupakan ibukota
historis Yorkshire dengan jumlah penduduk sekitar 137.505 jiwa.
Ada
artikel yang bercerita bahwa York juga populer sebagai kota yang mendapat
julukan “The Most Haunted City in Europe” karena menyimpan hantu-hantu dari masa lalu. Konon
katanya banyak hantu yang bergentayangan di penjuru kota York. Ah! Saya kurang
tertarik membaca bagian artikel yang membahas tentang hantu-hantu itu. Mungkin
nanti lain waktu jika saya dan keluarga diberi kesempatan mengunjungi York di
malam hari, barulah saya perlu membaca lebih jauh. Saya ingin mengenal kota
York dari catatan sejarah lainnya saja sambil mencicipi camilan pengganjal
perut yang sempat kami beli di stasiun Kings Cross.
York yang kaya pesona ini merupakan kota historis Yorkshire. Kotanya
dikelilingi oleh tembok yang membentengi pusat kota. Sejak zaman Romawi hingga
sekarang, tembok tersebut masih berdiri dengan kokoh. Kota Yorkshire juga
disebut sebagai kota kecil dengan banyak bangunan tua yang sarat dengan
sejarah. Karena kotanya kecil, maka mengunjungi kota York tidak perlu menaiki
bis dari satu tempat ke tempat lainnya. Umumnya semua lokasi bersejarah di kota
itu bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Dalam waktu satu hari pun kita bisa
menghampiri objek wisata seperti National Railway Museum, Yorkshire Gardens,
York Minster, Clifford’s Tower, dan lainnya. Semoga waktu kami cukup untuk itu,
harap saya dalam hati.
Kereta
masih terus melaju. Sesekali saya merekam keindahan pemandangan yang kami
lewati melalui kaca jendela kereta. Dejavu!
Gumam saya perlahan. Saya seolah mengulang hal yang sama seperti ketika kami
sekeluarga melakukan pesiar ke beberapa kota di negara yang pernah kami
kunjungi. Bibir saya pun menggurat senyum rindu pada kenangan itu.
Kembali
ke kota York. Kota yang jaya di zaman Roman ini dulu dikuasai oleh Anglo-Saxon lalu
direbut oleh The Vikings. Anglo Saxon sendiri merupakan negara-negara berbudaya
khas dan berbeda sejarah sosial budaya dengan negara-negara di daratan Eropa
Barat lainnya yang disebut kontinental. Inggris termasuk negara dengan sebutan
Anglo-Saxon.
Mengunjungi
National Railway Museum
Akhirnya kami tiba di stasiun York.
Stasiun ini adalah stasiun kereta api tertua di Inggris. Begitu turun dari
kereta, kami langsung melanjutkan dengan berjalan kaki menuju sebuah museum.
Letaknya tidak begitu jauh dari stasiun York. Begitu sampai di depan bangunan
yang dituju, saya langsung menemukan nama “National Railway Museum”. Tidak
perlu bayar untuk masuk ke museum ini.
Abaikan tempat sampah di sebelahnya :p |
Sesaat sebelum masuk, saya mulai sibuk mengambil foto layaknya
fotograper (amatiran … hehe) yang sedang melakukan kunjungan wisata. Tiba di
dalam museum, mata saya terbelalak oleh tampilan beberapa jenis kereta api yang
dipajang. Semua kereta yang ada di situ merupakan kereta api yang pernah ada
sejak zaman kerajaan Inggris dahulu kala hingga sekarang.
Menurut Wikipedia, National Railway
Museum (NRM) ini adalah sebuah museum di York yang merupakan bagian dari
British Science Museum Group of National Museums yang menceritakan tentang
transportasi kereta api di Inggris serta dampaknya pada masyarakat. Museum ini
telah memenangkan banyak penghargaan, termasuk European Museum of the Year
Award pada tahun 2001. Museum ini adalah bangunan tempat koleksi nasional
kendaraan perkeretaapian yang terlengkap secara historis.
Setelah puas berkeliling dan
berfoto-ria, kami pun meninggalkan gedung. Namun, sebelum benar-benar
meninggalkan area museum, saya yang tadinya sempat melihat rangkaian gerbong
kereta terparkir di luar gedung museum, menyempatkan berfoto. Kereta itu
ternyata digunakan untuk tur keliling, mengantarkan para wisatawan yang ingin
menikmati kota Yorkshire.
Sesaat sebelum naik kereta berkeliling kota |
Setelah menunggu beberapa saat dalam
antrian yang tidak terlalu panjang, kami pun mendapat giliran naik ke kereta
(mini train) itu. Perjalanan dengan mini
train mengelilingi kota Yorkshire pun dimulai. Di dalam kereta yang
gerbongnya sengaja didesain terbuka itu, saya sempat berbagi kisah kepada
teman-teman suami. Saya teringat saat yang mirip ketika berkunjung ke Bangka
Belitung.
Saya, Mbak Ari, dan Nupi siap berkeliling dengan mini train |
Waktu itu saya dan dua teman lainnya juga sempat naik kendaraan
yang mirip seperti mini train ini
mengelilingi sebagian kota Belitung. Suara klakson yang tren dengan guyonan
lucu “om telolet om” waktu itu membuat kami tertawa. Seandainya masinis mini train ini bisa diminta membunyikan
klakson serupa, mungkin tawa kami semakin berkepanjangan.
Kereta mini yang membawa kami mengelilingi Yorkshire akhirnya
sampai di batas putarannya. Kami memilih turun untuk melanjutkan dengan
berjalan kaki.
Mengitari The Shambles
Tiba di The Sambles yang merupakan
sebuah jalan tua di York, Inggris. Beberapa bangunan berbingkai kayu berasal
dari abad ke-14 masih tampak di kiri-kanan jalan yang lebih pas saya sebut gang.
Dulu area ini dikenal sebagai The Great Flesh Shambels. Bisa jadi kata itu
diambil dari Anglo-Saxon Fleshammels (rak daging), sebutan untuk rak-rak yang
biasa digunakan tukang daging untuk menampilkan daging dagangan mereka. Namun,
saat ini tukang jagal daging yang dulu masih berada di sepanjang jalan tidak
ada lagi.
Salah satu gang di The Shambles |
Apakah yang sedang dipandanginya? #The Shambles |
Jalanan yang mengitari The Shambles
dipenuhi oleh rumah-rumah yang rapat berjajar di sepanjang gang. Orang-orang
yang melintas begitu menikmati bangunan rumah yang sekaligus dijadikan toko
itu. Tidak seperti zaman dulu yang katanya di kiri-kanan bangunan sepanjang The
Shambles ini dipadati oleh para penjual daging. Sekarang yang terlihat adalah
bermacam-macam toko pakaian branded,
suvenir, makanan, dan penampilan para seniman jalanan.
Tidak terasa kami terus berjalan
memuaskan pandangan di sepanjang The Sambles yang cukup populer dari kota
Yorkshire ini.
Tiba di sisi Clifford’s Tower
Wisata jalan kaki ini akhirnya membawa kami mendekat pada sebuah
bangunan mirip tembok berbentuk melingkar penuh. Rumput yang terhampar rapi di
sekelilingnya langsung membuat saya ingin sekali mendudukinya.
Di belakang sana towernya |
Klik!
Pose duduk di atas rumput pun menjadi momen yang sempat diabadikan
dalam kamera hape saya. Selepas itu, teman suami saya sangat ingin memasuki tower itu. Ia pun menaiki tangga yang
lumayan tinggi. Harus membayar £5 untuk masuk ke tower itu. Karena anak tangganya lumayan banyak, saya menyerah dan tidak ikut naik. Saya memilih menunggu di
bawah sambil membidik beberapa objek lainnya untuk difoto.
Tangga masuk ke Clifford's Tower |
Di bawah tangga, ada sejarah singkat yang menceritakan tentang
Clifford’s Tower. Menara Clifford merupakan sisa-sisa istana kerajaan York,
tempat kekuasaan di Utara sejak William Conqueror. William pulalah yang telah
membangun menara bidik empat daun bergaya Prancis ini. Raja-raja berikutnya
memegang parlemen di wilayah ini. Interiornya pernah terbakar pada abad ke-17,
namun dinding luar dengan beberapa celah dan sebagai cengkraman, telah menjadi
lambang kota York yang sangat dikagumi.
Beranjak ke York City Walls dan York Minster
Hari semakin beranjak sore, namun langit masih cerah dan udaranya
sangat bersahabat. Akhir musim kemarau (last summer) memberi keuntungan buat
kami. Masih ada waktu untuk melihat bangunan bersejarah lainnya. Kami pun
kembali menyusuri Yorkshire dengan berjalan kaki. Tiba di sisi York City Walls,
saya memilih berhenti sejenak sambil menikmati pemandangan Sungai Ouse dari
atas jembatan York.
Bangunan era Victorian yang masih berdiri gagah di tepi Sungai Ouse dan Foss |
Puas berpose di sisi Sungai Ouse,
saya berhenti di depan York Minster, gereja tua yang menjadi icon kebanggaan York. York Minster
didirikan di abad ke-13 dan menjadi gereja tertinggi kedua di England. Saya
hanya sempat berpose di depan gedungnya saja. Jika ingin melihat-lihat sisi
dalam gereja bersejarah ini, harus membayar tiket masuk seharga £9.
York Minster |
Dari York Minster, kami masih meneruskan perjalanan. Akhirnya sampai
di sisi York City Walls, tembok yang terbentang panjang dan dibangun sejak
zaman Roman. Tembok ini dibangun sebagai pertahanan dan berlindung dari
serangan musuh. Seiring perkembangan zaman, tembok ini tetap berdiri kokoh
karena dirawat. Di sisinya dirancang jalan penghubung bagi para wisatawan
maupun penduduk setempat.
Dari sini bangunan York City Walls itu bermula |
Tidak sah rasanya kalau tak kembali berfoto-ria. Kami puaskan
berpose di sepanjang jalan yang menempel pada tembok itu. Sesekali senyum para
pejalan kaki terlihat mengarah ke kami. Saya menikmati suasana itu meskipun
kaki mulai terasa lelah.
Bunga-bunga
itu akhir persinggahan kami di York
Karena hari
mulai sore dan kami harus kembali ke London, kunjungan ke York pun segera
diakhiri. Sambil berjalan menuju stasiun kereta York, terlihat hamparan
bunga-bunga nan cantik di tengah-tengah jalan yang melintasi kota itu. Saya
minta izin untuk mengabadikannya. Sayang rasanya kalau sekadar dilihat-lihat
saja.
Bunga asli dan bunga Bekasi ... hahaha, dilarang nimpuk :p |
Selepas itu, kami masih terus
berjalan untuk mencapai stasiun. Kursi-kursi taman yang dilewati kembali
menjadi objek foto bersama si empunya kamera tentunya. “Gak mau rugi ya!” ujar
suami mengomentari tingkah saya. Momen menuju pulang itu, lumayan juga untuk
mengurai rasa lelah di kaki.
Kami
kembali ke kereta menuju London. Sepanjang jalan pulang, hanya rasa senang yang
tersisa sebagai wujud rasa syukur dan kagum pada semua kebesaran Sang Maha
Pencipta.
Selamat
tinggal, York! Semoga saya bisa kembali lagi bersama kedua anak saya kelak.
Aamiin. [Wylvera W.]
Bagus banget kotanya.. Cocok dibilang kota sejarah ya mba, bangunan2nya kliatan udh tua tp terawat.. Suka banget ama kota begini. Aku ama suami planning bisa ke Inggria 2019. Tp kita pengennya sih liverpool. Bukan kenapa2, cuma krn suamiku fans klub bola liverpool jd dia pgn nginjakin kaki ke anfield stadium ceritanya :p. Tp sprtinya asyik jg kalo bisa masukin york ke itinerary kami nanti
BalasHapusIya, Mbak. Kalau datang lebih pagi pasti lebih banyak yang bisa dikunjungi.
BalasHapusBtw, Liverpool juga bagus. Saya sudah ke sana, tapi sayang waktu kami sempit jadi tidak sempat mengeksplore semua destinasi penting di kota itu. :)