Laman

Sabtu, 14 Oktober 2017

Tiga Jam di Liverpool



            Kami hanya memiliki kesempatan sehari lagi untuk menentukan destinasi terakhir saat berada di London. Kegalauan sejak malam hari sudah mewarnai pilihan saya dan suami. Beberapa kota yang ingin kami kunjungi hampir semua keren. Namun pertimbangan jarak dan waktu tempuhnya tidak memungkinkan. Akhirnya, suami saya kembali pada niat awal. Liverpool menjadi pilihan terakhir. Walaupun jarak kotanya cukup jauh dari London, suami menguatkan niatnya untuk tetap ke sana.

Langsung lemas melihat jam keberangkatan ke Leeds itu :'(
            Singkat cerita, pagi terakhir di kota London waktu itu membuat kami sedikit tergesa-gesa menuju stasiun St. Pancras. Alih-alih berharap jam keberangkatan kereta bisa lebih pagi, kami terpaksa pasrah pada jadwal. Tidak ada kereta langsung dari stasiun St. Pancras London menuju Liverpool di hari itu. Padahal kami sudah terburu-buru menuju stasiun sejak jam 6 pagi. Apa boleh buat. Kami harus menaiki kereta menuju Leeds Station yang berangkat pukul 09.03 waktu London.

Dari Leeds Station menuju Liverpool Lime Street Station
            Kondisi tidak menguntungkan buat kami pada hari itu. Kami terpaksa berdiri di dalam kereta yang padat selama dua jam lebih dari London menuju Leeds. Keinginan kuat mengunjungi kota yang identik dengan grup band lawas The Beatles, klub sepak bola Liverpool, dan sejarah yang dikaitkan dengan kapal Titanic itu, membuat kami rela berdiri berlama-lama.
            Setelah dua jam berdiri di kereta, akhirnya kami tiba di stasiun Leeds. Sejujurnya saya ingin sekali keluar dari stasiun untuk mengambil foto tapi tidak memungkinkan. Maka seperti apa stasiun Leeds dari luar, saya tidak bisa menyimpan fotonya di hape. Jam keberangkatan kereta berikutnya menuju Liverpool tinggal 15 menit lagi. Lagi-lagi saya menelan kecewa. Kami kembali bergegas menuju platform berikutnya.
            Saya pikir setelah lelah berdiri selama dua jam kami akan mendapatkan kursi di kereta berikutnya. Harapan saya meleset. Lagi-lagi kami terpaksa berdiri selama kurang lebih 1 ½ jam dari Leeds Station sampai Liverpool Lime Street Station. Kereta dipenuhi oleh fans club sepak bola Liverpool (Liverpudlian). Saya bisa melihat mereka dari jersey yang dipakai. Dalam kepadatan itu, suami saya masih sempat berkelakar sambil mengatakan, "Kalau kita ajak kenalan dan bilang we are The United, Mancs, Red Army, gimana ya?" katanya berbisik bikin saya mendadak merinding, takut mereka mendengar dan jadi rusuh. Halaaah ....

Tiba di Liverpool                                                               
            Setelah berjam-jam berdiri di kereta akhirnya kami sampai juga di kota The Beatles. Tidak ada niat untuk menginap karena esok harinya kami harus kembali ke Jakarta. Saat itu sudah hampir jam dua siang. Rencana ingin mengunjungi banyak tempat wisata di distrik metropolitan di Merseyside Inggris itu buyar sudah. Kami hanya punya waktu kurang dari tiga jam. Targetnya, jam lima sore kami harus kembali ke London.

Saya ambil foto ini sesaat sebelum kembali ke stasiun Leeds
            Demi menghemat dan memanfaatkan waktu, kami memutuskan untuk naik taksi. Saat menunggu taksi datang, saya sempat memotret gedung besar yang berada berseberangan dengan stasiun Liverpool. Bangunan itu adalah St. George’s Hall. Sambil menunggu, mata saya memandangi desain bangunan tersebut. Pilar-pilar besar dan kokohnya didesain dengan gaya corinthian dari zaman Yunani. Seperti banyak bangunan bersejarah di Inggris lainnya, St. George’s Hall yang megah itu langsung menarik perhatian.

Itu penampakan stasiun Liverpool dan JMU  (bersebelahan)
            Selain St. George’s Hall, halte tempat kami menunggu taksi ternyata tepat di depan gedung Liverpool John Moores University. Sebuah universitas public research di kota Liverpool. Sayangnya, tidak mungkin lagi untuk masuk dan melihat-lihat interiornya. Bahkan untuk mengambil foto dari depan saja tidak sempat saya lakukan sebab taksi yang kami pesan sudah datang. Sopir taksi mengatakan kalau waktu kami tidak akan cukup untuk menyinggahi banyak tempat. Semua rencana itu terpaksa dialihkan ke Albert Dock.

Menghibur hati di Albert Dock
            Liverpool memang terkenal sebagai kota pelabuhan. Ada beberapa dermaga terkenal di kota ini. Salah satunya adalah Albert Dock yang saat ini fungsinya tidak hanya sebagai pelabuhan utama Liverpool. Area itu dirancang menjadi tempat rekreasi dan lokasi wisata oleh pemerintah kota tersebut.
Bangunan dengan konsep serupa mengelilingi perairan di tengahnya
Tinggal memilih mau kemana dulu
            Albert Dock menyuguhkan beberapa tempat menarik untuk disinggahi. Ada The Beatles Story, Merseyside Maritime Museum, International Slavery Museum, Tate Liverpool, dan Piermaster’s House. Semua bangunan itu berdiri mengelilingi perairan yang berada di tengahnya. Restoran dan galeri seni juga menjadi pelengkap lokasi wisata itu. Sejujurnya saya ingin melihat semua, tapi sempitnya waktu membuat kami harus pintar memilih.

Yang nge-fans silakan masuk deh ;)
Numpang foto di depannya saja :'(
            Sopir taksi tadi menurunkan kami tepat di depan museum The Beatles. Untuk masuk ke dalam museum harus memiliki tiket seharga 11,95 Poundsterling. Rasa ingin masuk dan melihat isi museum terhalang oleh keterbatasan waktu. Saya pun harus rela hanya sekadar berfoto di depan museum grup band legendaris itu saja.
Tata letak dan bentuk bangunan yang unik bikin pelancong betah di Albert Dock
The Pumphouse
            Setelah itu, kami kembali berjalan kaki menyusuri bangunan lainnya. Sebentar-sebentar kami berhenti untuk mengambil foto. Setelah berjalan kaki lagi, saya menemukan The Pumphouse. Bangunan ini dulunya merupakan ruangan mesin uap di pelabuhan tapi sekarang fungsinya sudah berubah menjadi restoran.

Melihat sejarah Titanic di Marseyside Maritime Museum
            Tak jauh dari The Pumphouse, kami sampai di depan gedung Marseyside Maritime Museum. Begitu memasuki gedung museum, kami langsung disuguhi oleh aroma kejayaan maritim Liverpool. Museum ini berisi sejarah tentang kelautan kota itu dan Inggris pada umumnya. Beberapa model kapal di zamannya dipajang di dalam museum.

Kalau mau mengeksplor lebih puas, datangnya lebih pagi
Model perahu yang dipajang di lantai bawah museum
Miniatur model kapal-kapal Inggris
            Sebelum lebih jauh memasuki museum, saya melihat poster besar bergambar kapal Titanic. Ternyata sejarah tentang kapal itu hingga tragedi tenggelamnya disuguhkan di dalam museum tersebut. Sempat ragu untuk naik ke lantai yang menyajikan sejarah kapal Titanic itu. Setelah menimbang-nimbang durasi waktu, akhirnya saya minta izin suami untuk melihatnya sebentar. Sementara suami saya menikmati live performance para manula yang mengenakan kostum pelaut di lantai bawah.
Difotoin sama orang India ;)
            Tiba di lantai dua, saya langsung menuju ruang yang banyak bercerita tentang kapal Titanic. Kapal yang tenggelam di Samudera Atlantik Utara (1912) setelah menabrak gunung es itu, sejarahnya lengkap disuguhkan lewat tayangan video di layar kecil. Sementara keterangan lainnya tentang kapal Titanic tertulis di bagian ruangan museum tersbeut. Konon katanya lagi, awak kapal Titanic kebanyakan berasal dari Liverpool. Bisa jadi, hal ini yang menyebabkan museum Merseyside memuat sejarah Titanic di dalamnya. Sebelum kembali turun ke lantai pertama, saya minta tolong difotokan oleh pasangan muda berwajah India. 

Peta area Albert Dock
            Sebenarnya kami masih ingin melihat bangunan yang berisi sejarah lainnya di Albert Dock tapi waktunya tidak cukup. Sebelum ketinggalan kereta dan sampai di London tengah malam, kami terpaksa meninggalkan Albert Dock dan Liverpool. Perjalanan pulang ke London masih panjang. Dengan menempuh jarak dan waktu yang sama, akhirnya kami sampai di London sekitar jam sebelas malam dengan mata mengantuk dan kaki yang lelah luar biasa. Inilah akhir perjalanan kami selama di London. Sampai jumpa di perjalanan wisata luar negeri lainnya. Salam. [Wylvera W.]

Note: Semua foto adalah milik penulis

2 komentar:

  1. Belum kesampaian ke UK, tambah mupeng abis baca postinganmu mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo, dimasukin list biar semakin cepat realisasinya. :)

      Hapus