Beberapa rencana sudah kami susun
sebelum terbang ke Sydney. Namun tidak semua bisa terpenuhi. Banyaknya
tempat-tempat menarik tidak sebanding dengan waktu yang kami miliki. Jadi, mari
kita lupakan untuk memenuhi angan-angan mengunjugi Blue Mountains di kawasan
Katoomba. Jum’at pagi itu adalah hari terakhir kami di Sydney setelah malamnya
kembali dari Melbourne. Karena masih ada rencana membeli oleh-oleh di pasar
murah, kami terpaksa mencoret Katoomba dan Blue Mountains dari daftar. Khawatir
pasarnya tutup sebelum kami kembali dari Katoomba.
Menghabiskan
waktu di area Opera House dan The Royal Botanic Gardens
Seperti di cerita saya sebelumnya
tentang tuan rumah sekaligus sahabat yang memberi tumpangan penginapan. Kami
kembali dibekali sarapan pagi yang komplit sebelum memulai jadwal jalan-jalan
di Sydney. Jadilah perjalanan di Jum’at pagi itu diawali dengan perut kenyang
dan energi yang maksimal.
Kalau sepi begini, puas fotoannya ;) |
Perjalanan menuju Opera House dan The
Royal Botanic Gardens pun dimulai dari stasiun Punchbowl. Kurang dari setengah
jam, kami tiba di Circural Quay Station. Dari stasiun itu kami menyusuri tepian
pelabuhan. Masih sepi dan tidak banyak orang yang berlalu-lalang. Kami bisa
menghirup udara laut di pagi itu dengan leluasa. Hingga sampailah kami di depan
gedung Opera House yang menjadi salah satu ikon kota Sydney.
Gedung yang bentuknya mirip cangkang
raksasa ini tidak pernah sepi dari pengunjung di sepanjang tahun. Opera House
yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia Unesco di tahun 2007 ini, menjadi
tempat beragam pertunjukan. Mulai dari teater, balet, dan seni lainnya. Dari
Wikipedia yang saya baca, desain bangunan yang unik dari Opera House diperoleh
dari sebuah kompetisi. Jorn Utzon dari Denmark lah yang memenangkan desain
tersebut pada tahun 1955. Utzon sendiri pula yang datang ke Sydney untuk melakukan pengawasan pada proses pembangunannya di tahun 1957.
Puas jadi "model" :p |
Seolah ingin melakukan pemotretan
khusus, kami pun berlagak seperti foto model. Beberapa spot kami manfaatkan
untuk berpose. Saya tersenyum-senyum menyadari tingkah sendiri. Setelah melihat
hasilnya, ternyata sungguh berbeda dari pengambilan foto yang kami lakukan di
hari pertama tiba di Sydney.
Bangku taman yang pas untuk menikmati sekitar |
Letak Opera House bersebelahan
dengan lokasi The Royal Botanic Gardens. Kebun botani ini dibuka untuk umum dan
gratis pula. Kami sangat menikmati sisi luar taman yang asri ini. Letaknya
menghadap Farm Cove di Timur Sydney Opera House, Circural Quay, dan Macquarie
Street.
The Botanic Gardens didirikan oleh
Gubernur Macquarie pada tahun 1816. The Botanic Gardens merupakan institute ilmiah
tertua di Australia yang menampung ragam tanaman baik dari Australia maupun
daerah lainnya. Kami tidak menyusuri sampai ke bagian dalam kebun tersebut
karena lagi-lagi dibatasi oleh waktu.
Menuju
Darling Harbour yang terkenal itu
Dari The Botanic Gardens kami
memutuskan untuk mampir ke Darling Harbour. Sebab tidak lengkap rasanya ke
Sydney tanpa mengunjungi lokasi ini. Darling Harbour merupakan salah satu
kawasan di Teluk Sydney. Nama Darling Harbour diambil dari nama Ralph Darling,
seorang gubernur Jenderal New South Wales (1825 – 1831). Dari informasi yang saya
baca, selama puluhan tahun pusat pelabuhan Sydney ini dikembangkan sebagai
peringatan dua abad berdirinya Australia pada tahun 1988.
Sisi lain dari Darling Harbour |
Pengunjung
yang ramai di kawasan ini bukan turis dari luar melainkan warga setempat.
Mereka betah ke Darling Harbour karena di sini banyak tersedia restoran seafood dan kafe. Selain menikmati
kuliner, pengunjung juga bisa memuaskan diri berbelanja di Harbourside Shopping Centre.
Bagian dari Museum Kelautan Australia |
Bagi
yang membawa anak, bisa bermain di Tumbalong Park, ruang publik ramah anak yang
menyediakan aneka permainan untuk mengasah kemampuan motorik. Di lokasi Darling
Harbour juga terdapat sebuah gedung museum. Namanya Australian National Maritime
Museum. Kami tidak masuk, sekadar berfoto di luarnya saja. Kami juga
menyempatkan berfoto di depan gedung Hard Rock Café yang selalu ada di hampir setiap
destinasi/negara yang saya kunjungi.
Sinar
matahari di siang menjelang sore itu lumayan menghangatkan kulit. Saya jadi
teringat pesan teman yang mengingatkan bahwa untuk berkunjung ke Darling
Harbour di musim panas, lebih baik sore hari. Selain udaranya tidak panas,
sinar matahari sore yang berada tepat di kawasan itu, memberi kesan ciamik
untuk mengambil foto.
Menikmati
pemandangan dari Pyrmont Bridge
Dari
Darling Harbour kami memilih berjalan kaki menyusuri Pyrmont Bridge. Jembatan
Pyrmont merupakan jembatan berukuran besar dan lebar yang disediakan untuk
para pejalan kaki. Kami bisa menikmati area Darling Harbour dari atas Pyrmont
Bridge ini. Cantik! Gumam saya berulang sambil jeprat-jepret.
Jembatan
ini cukup lebar buat para pejalan kaki. Sesuai peruntukannya, tidak satu pun yang
nekat menerobos jembatan ini dengan kendaraan. Kedisplinan warga patut jadi
contoh bagi yang hobi melakukan pelanggaran.
Berburu
barang murah di Paddys Market
Waktu
semakin bergerak menuju sore hari. Tujuan akhir kami adalah Paddy’s Market. Sebelum
tutup, kami mempercepat langkah. Dari Pyrmont Bridge kami kembali melanjutkan
berjalan kaki hingga memasuki kawasan China Town. Tidak heran jika mulai
terlihat toko-toko berjajar di sepanjang jalan yang menjajakan kebutuhan
pakaian dan makanan. Bangsa Cina memang ahlinya berdagang. Di Beberapa negara
yang saya kunjungi, mereka selalu membuka kawasan perdagangan yang memancing
turis untuk berbelanja.
“Kalau
tidak berniat hunting barang branded, pergilah ke Paddys Market. Di
sana kalian akan menemukan barang-barang yang sangat terjangku harganya,”
begitu pesan salah seorang teman sebelum kami berangkat ke Sydney.
Penampakan Paddys Market yang menyatu dengan Market City |
Letak
Paddys Market tidak jauh dari George Street yang sempat kami lewati sehari
sebelum menuju Melbourne. Kami juga sempat mampir di Market City yang
berdampingan dengan Paddys Market di hari itu. Paddys Market sendiri berada di
dalam gedung kuno berwarna merah bata. Posisinya bersisian dengan kawasan China Town.
Bayangan
lokasi yang kotor tidak terbukti. Lumayan bersih dan nyaman untuk berkeliling
melihat-lihat barang yang dijual. Jarak antara satu toko dengan toko lainnya
pun lebih lebar sehingga tidak khawatir saling senggol saat sibuk memilih. Namun
jangan harap menemukan barang bermerek di Paddys Market. Tidak ada. Saya
memilih barang-barang semacam suvenir yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh saja.
Termasuk tas-tas, dompet/pouch lucu
yang terbuat dari kain, dan beberapa suvenir dengan lambang Australia.
Setelah
puas memilih oleh-oleh murmer di
Paddys Market, kami memutuskan kembali ke Punchbowl. Beberapa ratus meter lagi
menuju stasiun, rasa lelah mulai menghampiri. Kami sempatkan beristirahat
sejenak di taman (saya lupa namanya). Yang saya ingat, saya sempat bermain
dengan burung-burung di taman itu. Lumayan untuk mengusir rasa pegal di kaki
dan tangan yang menenteng barang belanjaan.
Selamat
tinggal Sydney
Pagi menjelang kepulangan kami, ada
rasa haru yang menyelinap di hati saya. Kenyamanan, keakraban, serta pelayanan
yang super hangat penuh kekeluargaan dari Fendi dan Leila (dua sahabat yang
baik hati) selama kami di rumah mereka, menjadi pemberat hati kami
meninggalkannya. Namun kami harus pulang. Ada keluarga yang sudah menunggu kami
di Jakarta dan Bekasi.
Masih tidak puas memberi kenyamanan,
keluarga Fendi mengantarkan kami sampai ke bandara. Putri bungsunya terlihat
berat melepas kepulangan saya dan Kak Nuraida. Setelah memeluk kami sekali, dia
kembali ke Ibunya. Tanpa diduga Amira berlari kembali mendekati kami dan
memeluk dengan hangat. Saya bisikkan di telinganya, “In shaa Allah, Tante akan
datang lagi ya.” Bibirnya tersenyum walaupun ia tidak bisa berhasa Indonesia.
Inilah akhir dari catatan saya
selama berada di Sydney dan Melbourne. Jika ingin mengikuti rangkain catatan
dari awal, silakan mampir di beberapa link yang ada di blog saya ini. [Wylvera W.]
Note:
1. http://www.wylveraleisure.com/2017/12/hari-pertama-di-sydney.html
2. http://www.wylveraleisure.com/2017/12/gerimis-di-sydney.html
3. http://www.wylveraleisure.com/2018/01/hari-pertama-di-melbourne.html
4. http://www.wylveraleisure.com/2018/01/dari-federation-square-sampai-st-kilda.html
5. http://www.wylveraleisure.com/2018/03/dari-melbourne-zoo-ke-roxy-kebabs.html
Note:
1. http://www.wylveraleisure.com/2017/12/hari-pertama-di-sydney.html
2. http://www.wylveraleisure.com/2017/12/gerimis-di-sydney.html
3. http://www.wylveraleisure.com/2018/01/hari-pertama-di-melbourne.html
4. http://www.wylveraleisure.com/2018/01/dari-federation-square-sampai-st-kilda.html
5. http://www.wylveraleisure.com/2018/03/dari-melbourne-zoo-ke-roxy-kebabs.html