Setelah
memuaskan hati dalam keromantisan perjalanan Whanganui hingga ke Auckland, kami
kembali menemukan keseruan di destinasi berikutnya. Pagi menjelang siang hari itu,
kami meninggalkan Hotel Grand Millenium di Auckland. Perjalanan kami
selanjutnya adalah ingin menemukan tanah pertanian yang berlokasi dekat Matamata,
Pulau Utara Selandia Baru.
Yap! Di sana lah letak The Shire, desa
cantik tempat tinggal para hobbit, ras humanoid yang tinggal di Middle Earth
dalam dunia fiksi versi Tolkien. Tolkien menggambarkan mereka sebagai makhluk
bertubuh pendek dengan telinga lancip memanjang ke atas dan bertelapak kaki
lebar. Bagi penggemar film The Lord of the Rings, rasa penasaran pada desa
para hobbit dalam film tersebut menjadi obsesi tersendiri untuk mengunjunginya.
Begitu juga dengan saya dan suami. Lalu benarkah Desa Hobbit itu nyata? Yuk, ikuti
perjalanan kami berikutnya di Selandia Baru.
|
Yang sana selalu fokus π |
Perjalanan panjang kembali
dimulai. Kami benar-benar menikmati setiap kilometer lokasi yang dilewati. Lahan
hijau berbukit itu begitu indah dan asri. Mata saya terasa segar dan tak ingin
tertidur sekejap pun. Suami yang sedang menyetir pun sesekali menoleh sisi
kanan dan kiri sambil mengucapkan rasa kagum pada keindahan alam Allah ini.
|
Kali ini kami lebih sering berpapasan dengan kendaraan lain |
|
Yang hijau begini selalu bikin tenang |
Setelah melewati lebih dari dua
jam perjalanan, saya hampir tidak sabar ingin segera sampai di lokasi syuting
film favorit kami sekeluarga itu. Seperti alur filmnya, kami benar-benar dibuat
penasaran. Seakan-akan sudah dekat lagi, ternyata masih sekian kilometer yang
harus kami tempuh. “Yah! Masih 4,5 kilometer lagi,” ujar suami saya ketika melihat
petunjuk jalan yang kami lewati.
|
Nggak nyampe-nyampe π
|
|
Horeee! 6 km lagi! |
Kesabaran dan rasa penasaran kami
akhirnya terbayar. Kami tiba di area parkir. Wah! Ramai sekali ternyata. Cuaca pagi menjelang siang itu memang cukup cerah. Sampai di situ
saja saya sudah girang bukan main. Padahal itu belum benar-benar tiba di Hobbiton
Movie Set yang ingin kami lihat. Kami harus membeli tiket terlebih dahulu untuk
bisa menaiki bus yang akan membawa kami tur ke lokasinya.
|
Dari sini masuknya ya |
|
Suami beli tiketnya dulu |
|
Fotoan dulu aaah! |
Sambil menunggu jam keberangkatan
yang berjarak setengah jam sekali itu, suami mengajak saya berfoto ria. Setelah
puas mengambil foto, kami pindah ke sebuah kafe. Banyak sekali yang menunggu di kafe ini. Menikmati secangkir kopi dan makanan ringan di The
Shires Rest CafΓ© menjadi pilihan yang asyik.
|
Asyiiik ... sudah siap tur π |
|
Ngopi dulu sambil nunggu antrian bus |
Pemandu wisata pun mulai memberi
aba-aba ketika bus yang akan membawa rombongan kami tiba. Sambil menunggu
giliran naik bus, saya membaca selebaran yang diberikan penjual tiket. Di situ
tertulis sejarah lokasi tempat syuting film yang mengisahkan tentang para
hobbit yang ada di film The Lord of the Rings.
Lokasi pembuatan film LOTR sebenarnya tersebar di beberapa tempat. Ada yang di North Island maupun di South Island. Kesempatan yang kami manfaatkan kali ini adalah mengunjungi daerah Matamata karena di sinilah perbukitan dan rumah The Hobbit berada dengan rancangan detil yang menawan.
|
Siap naik bus |
|
"Yang rapi ya antrinya!" |
|
Busnya kereeen! |
Ketika menemukan sebuah peternakan
domba dan sapi yang spektakuler dengan luas 1.250 hektar milik keluarga Alexander,
membuat sang sutradara Peter Jackson
merasa mimpinya menjadi sempurna. Ia seperti menemukan tempat yang fantastik untuk
mewujudkan novel klasik karya J.R.R. Tolkien dalam sebuah film yang spektakuler
pula.
|
"Dari sini titik startnya yaaa!" |
|
Mau memulai tur dari arah mana? East farthing atau West farthing? |
|
Sejauh mata memandang ... hanya desa hobbiton yang cantik!π |
|
Rumah Bilbo dan Frodo Baggins |
The Shire ternyata sebuah
desa yang tidak hanya ada di dunia khayalan Tolkien tapi ada di dunia nyata. The
Shire dibangun sedemikian rupa sebagai tempat syuting film The Lord of the
Rings dan trilogi The Hobbit yang merupakan prekuel LOTR. Lokasi
syuting itu pun dipertahankan bentuk aslinya dengan nama Hobbiton Movie Set
yang menjadi destinasi menarik bagi para wisatawan.
|
Ini rumah siapa ya? Lupa saya ih π |
|
Kami di depan rumah Samwise, sahabat Frodo |
|
Rumah tetangga Frodo |
Tur kami akan menghabiskan waktu
sekitar dua jam lebih. Mulai di dalam bus, pemandu wisata melengkapi kisah tentang Hobbiton Movie Set.
Bagi yang belum mengetahui awal mula sang sutradara LOTR, Sir Peter Jackon
menemukan kawasan indah yang disulap menjadi The Shire itu, cerita sang
pemandu wisata menjadi sebuah fakta unik dan mengesankan.
|
Pintunya masih ditutup ini .... π
|
|
Jemurannya belum kering
|
Menunggu pujaan hati π |
|
|
Yang ditunggu akhirnya datang juga π |
Pada bulan September 1998, Sir Peter Jackson dan
New Line Cinema melakukan
pencarian lokasi syuting untuk film LOTR lewat udara. Peter Jackson menargetkan
secara spesifik tentang lokasi itu, yaitu harus mirip dengan apa yang
digambarkan Tolkien di novelnya yang berjudul The Shire. Lahan hijau berbukit
yang masih asri dengan danau luas berada di tengahnya serta pemandangan yang indah
mengitarinya. Akhirnya Jackson dan timnya menemukan peternakan milik keluarga Russel Alexander.
|
Ingat kan ya, Gandalf pernah lewat dari jalan ini |
|
Backville's apple orchard |
Jackson sangat terpesona dan
takjub melihat lahan peternakan yang berada di belakang rumah keluarga
Alexander. Jackson pun mengatakan maksud kedatangannya kepada keluarga
Alexander. Dengan negosiasi yang mulus, akhirnya pada bulan Maret 1999,
pembangunan lokasi syuting LOTR pun dimulai. Pembangunan lokasi dibantu oleh
Angkatan Darat Selandia Baru dengan menggunakan alat-alat berat pemindah tanah.
Karena belum ada jalanan beraspal, mereka membangun jalan sepanjang 1,5 km dari
jalan utama menuju lahan peternakan Alexander.
|
Pohon tua Hobbiton di Party Field |
|
Kita pinjam ayunannya dulu ya |
Di bulan Oktober 1999, syuting
film perdana dari trilogi The Lord of the Rings, berjudul The
Fellowship of the Rings pun dimulai di Wellington. Sementara itu, pembangunan
lokasi syuting Hobbiton terus berjalan. Selanjutnya di bulan Desember 1999, perjalanan
syuting di Hobbiton pun dimulai dan menghabiskan waktu selama 3 bulan.
|
Yuk, mancing dulu ....π |
|
Area Watermill yang bikin mata fresh |
|
Rasanya semua spot mau dijadikan tempat fefotoan π |
Sayangnya, setelah syuting dan
pengambilan gambar selesai, bangunan rumah para hobbit di peternakan itu
dimusnahkan. Sementara setelah film
pertama dirilis, penduduk setempat penasaran pada cerita mengenai lokasi
syuting film LOTR yang berada di area tempat tinggal mereka. Mereka baru
menyadari bahwa di salah satu peternakan itu telah berlangsung syuting film versi
Hollywood. Namun ketika mereka datang mengunjungi lahan peternakan keluarga
Alexander, mereka tidak menemukan Desa Hobbit yang didesas-desuskan itu. Mereka
kecewa setelah mendengar bahwa semua lokasi syuting sudah dimusnahkan.
Jackson akhirnya kembali lagi
mengunjungi Alexander pada tahun 2009. Ia meminta izin Alexander untuk
membangun kembali lokasi syuting The Shire untuk film prekuel The Lord
of the Rings, trilogi The Hobbit di peternakan yang sama. Alexander
memberi izin dengan syarat agar ketika syuting selesai, The Shire tidak
boleh dihancurkan kembali. Jackson sepakat dan menyanggupi syarat yang
diajukan.
|
Ada yang ingat bangku dan buku siapa itu? |
|
Tempat mengambil air |
Pembangunan lokasi syuting
akhirnya dimulai kembali dengan menggunakan bahan-bahan permanen. Ketika lokasi tersebut dibangun
kembali untuk The Hobbit Trilogy pada tahun 2009, struktur ini dibangun
dari bahan permanen tanpa pohon buatan yang terbuat dari baja dan silikon.
Seluruh proses rekonstruksi ini memakan waktu dua tahun.
|
Kita mau bertamu dulu yaaa ....π |
Ada 39 Hobbit Holes (lubang hobbit) dibuat
dengan kayu asli yang tidak diolah, dibangun berderet lengkap dengan detilnya sampai dilengkap dengan jemurannya. Di antara lubang hobbit (rumah hobbit) itulah
rumah Bilbo Baggins, Frodo Baggins, dan Samwise Gamgee bersama istrinya Rosie
Cotton. Beberapa daun buatan didatangkan
dari Taiwan dan disambungkan ke pohon. Jembatan lengkung dibangun begitu
menawan.
Hobbiton dikelola secara professional
dan terorganisir lalu dibuka untuk umum dan para turis. Sampai hari ini,
Hobbiton masih dikelolal oleh keluarga Alexander. Alhamdulillah, kami mendapat
kesempatan mengunjungi Hobbiton dengan pemandu wisata dalam pengelompokan tur
yang rapi dan memuaskan.
Beberapa kali kami tertinggal
oleh rombongan karena sibuk mengambil foto. Yah, kapan lagi bisa mengulang momen
ini. Meskipun dalam hati saya berharap bahwa suatu hari nanti, saya akan
mengajak anak-anak kembali ke tempat ini. Kalau saja kami tidak ikut rombongan,
saya ingin sekali masuk ke dalam rumah Frodo dan melihat isi dalamnya lalu
memoto lebih banyak lagi. Namun saya dan suami hanya sempat berfoto saja di pintunya
yang lucu.
Saya tidak perlu merasa kecewa
karena tidak bisa melihat semua sisi bangunan itu. Melihat eksterior rumah para
hobbit saja sudah sangat membuat saya takjub. Apalagi membayangkan beberapa scene
LOTR yang benar-benar ada di dunia nyata itu. Detil yang luar biasa mereka
buat, membuat saya terus memikirkan kreativitas yang mereka miliki.
|
Dari sini masuk ke kedainya |
|
Salah satu perapian yang sering dijadikan spot foto oleh pengunjung |
|
Suasana kedai tanpa para hobbit |
Setelah selesai mengajak kami
berkeliling, pemandu wisata yang humoris itu pun memberi kesempatan kepada anggota
rombongannya untuk melihat-lihat area yang masih layak untuk diabadikan dalam frame
kamera. Kami juga memaski The Green Dragon Pub, tempat salah satu scene
LOTR ketika Frodo Baggins, Sam Gamgee, Meriadoc Brandybuck dan Peregrin Took
menikmati suasana.
|
Yang di cangkir itu isinya air putih kan, Bang? Hahaha |
|
Belum lengkap kalau nggak foto di perapian favorit ini |
Saya dan suami mengabadikan momen
duduk berdua di depan perapian yang selalu menyala di kedai itu. Interior
Green Dragon Pub ini memang dibikin sealami mungkin dengan pintu bulat ala
rumah hobbit, bangku-bangku kayu yang bentuknya klasik, gentong besar dan masih
banyak yang membuat saya merasa sedang berada dalam suasana adegan film LOTR.
Sayang, kami enggak bertemu Frodo dan kawan-kawannya di situ. Hehehe
Di Green Dragon Pub, pengunjung
juga bisa memesan minuman para hobbit, seperti Oak Barton Ale dan Southfathing
Ginger Ale dan Sackville Cider. Namun kami hanya memesan secangkir air putih saja.
Hahaha ….
Sampai di sini dulu cerita saya
tentang bertandang ke Desa Hobbit, The Shire, Hobbiton Movie Set
ya. Habis ini, masih ada cerita penutup dari dua destinasi lagi yang akan saya
bagi. Mohon sabar menunggu.
Note:
Cerita sebelumnya
1.
sini
2.
sini
3.
sini
4.
sini
Semua foto adalah milik penulis, dilarang mengambil tanpa izin yaπ
Indah, antik, dan klasik ya, Mbak...
BalasHapusBetul :)
Hapus