Saya
dan suami sudah membeli tiket kereta sebelum terbang ke Belanda. Luxembourg
adalah salah satu negara yang akan kami kunjungi kembali setelah beberapa tahun
lalu kami pernah singgahi. Bedanya kali ini ada si Kakak, putri sulung kami
yang melengkapi perjalanan ini. Kebetulan hari itu bertepatan dengan sehari
sebelum tanggal pernikahan saya dan suami. Hanya saja saya salah menghitung
tanggal dan destinasi.
Awalnya
saya mengira bahwa akan merayakan ulang tahun perkawinan di Brugge, kota yang
katanya cukup romantis untuk merayakan ikatan kasih sayang yang halal
pastinya. Ternyata tanggal 10 Agustus itu bertepatan dengan tibanya kami di
Luxembourg. Kita lihat saja seperti apa kami merayakan tanggal dan bulan
bersejarah itu.
Dua
kali cancel bikin hati lelah
Pagi-pagi
kami sudah siap menuju stasiun kereta Leiden. Dari Leiden kami pikir bisa
langsung menuju stasiun Luxembourg. Ternyata kami harus ke Amsterdam terlebih
dahulu. Tiba di Stasiun Amsterdam, jam keberangkatan kereta cepat menuju
Luxembourg yang awalnya sudah muncul di papan pengumuman jadwal kereta,
tiba-tiba menghilang kembali.
“Aaargh
… kenapa sih Bapak enggak reserved tiket kereta yang sudah pasti seatnya.
Mahal dikit tapi kita enggak kayak orang galau begini bolak-balik,” keluh si
Kakak sempat kesal.
“Hei
… jangan mengeluh. Justru dengan cara seperti ini, kita ikut merasakan degdegan dan
serunya traveling itu. Jadi ada ceritanya,” si Bapak membuat si Kakak spontan
terdiam.
Entah
setuju entah kesal ya? Hahaha…. Saya pun hanya menyimak. Si Kakak sepertinya
lupa dengan prinsip traveling ke luar negeri ala si Bapak. Bukan pelit tapi
beliau memang lebih memilih bersusah-susah sedikit, dibanding selalu merasakan
kenyamanan mentang-mentang punya duit. Beliau ingin menularkan ke saya dan
anak-anak bahwa bersahaja itu lebih punya cerita yang bisa dijadikan pengalaman
berharga. Halaaah ... hahaha.
Baiklah,
saya mau cerita sekilas tentang Eurail Pass ini. Sependek pengetahuan saya, Eurail
Pass ini terdiri dari dua pilihan, first class dan second class.
Idenya sama, yaitu point to point atau kota ke kota. Namun kalau 1st
class difasilitasi oleh kereta cepat yang melayani seluruh kawasan
Eropa. Biasanya operatornya tertentu (misalnya Thalys dan TGV). Hanya saja
mereka sangat terikat pada jadwal. Sehingga kalau kita ketinggalan salah satu
jadwal, maka selain mengalami kerugian karena biaya reservasi yang lebih mahal
(premium), kita tidak bisa bertukar jadwal dengan kereta berikutnya. Sebab
reservasi sudah fully book. Sementara untuk 2nd class,
jauh lebih fleksibel dengan rute yang mau kita ubah-ubah sesuai keinginan kita.
Begitu kira-kira alasan yang dipilih si Bapak agar kami tidak pontang-panting
mengikuti ketatnya jadwal.
Mari
kita lanjutkan cerita perjalanan ini.
Perjuangan
menuju Luxembourg yang sungguh bikin lelah ini akhirnya menemukan solusi. Jam
terus melaju, sementara kami masih di Belanda. Akhirnya setelah berjam-jam
tidak mendapatkan kepastian, kami memutuskan untuk transit di Stasiun Bruxxel
Midi. Sebab dari sana yang ada rutenya menuju Stasiun Luxembourg dalam waktu
tercepat. Walaupun kami harus sedikit memutar jalur, lebih baik dari pada
bertahan menunggu ketidakpastian jadwal kereta berikutnya. Nah! Jangan dikira
Eropa selalu komit pada jadwal. Tetap saja ada tragedi pembatalan atau perubahan
jadwal. Namun itu khusus untuk pilihan tiket seperti
yang kami pesan.
Kelelahan
dan kecemasan pun berakhir di kereta menuju Luxembourg dari Bruxxel Midi. Kami
pasrah karena waktu tiba di Luxembourg pasti sudah menjelang senja. Kalau
ditotal durasinya hampir sepuluh jam. Pfiuuuh! Tentu tidak banyak waktu
lagi untuk mengeksplor kota di hari yang melelahkan itu. Sudahlah, kami harus pasrah menerima. Kami masih
punya sehari lagi di tanggal 10 Agustus.
Kami
pun tiba di stasiun Luxembourg Gare. Dejavu!
Tahun 2015 saya dan suami pernah menyinggahi Luxembourg. Saat itu waktu
kami juga sangat terbatas. Saya sempat berangan-angan, jika kembali ke Luxembourg,
saya akan puaskan menyusuri tempat-tempat yang termasuk ikonnya. Ceritanya ada di sini.
Harapan
untuk menikmati kota Luxembourg dengan sepuasnya, lagi-lagi tidak tercapai. Apa
daya, obsesi saya di tahun 2015 itu ternyata kembali tidak bisa diwujudkan
di momen kedua kesempatan kami kembali ke Luxembourg ini. Hum … belum berjodoh
mungkin dengan kota ini.
Hari
kedua didominasi foto-foto romantis
Sesuai dengan judul catatan ini, saya
akan bercerita tentang momen yang kami habiskan selama di sini. Hari kedua kami
di Luxembourg bertepatan dengan hari ulang tahun pernikahan saya dan suami. Sebenarnya
tidak ada rencana istimewa untuk mengingat tanggal bersejarah itu. Sebab setiap hari pun selalu bisa kami jadikan sebagai hari yang istimewa. *senyum-senyum*
Setelah
sarapan, kami keluar dari hotel untuk sekadar mengambil spot foto. Kebetulan
tidak jauh dari hotel, ada taman dengan latar gedung yang lumayan pas untuk
dijadikan lokasi berfoto ria. Saya lupa nama lokasinya. Maafkan ya ….
Foto-foto ini jadi saksi ... eaaa .... 🤠|
Kembali
ke sesi foto. Entah berapa kali jepretan yang sudah dilakukan. Saya, suami, dan
putri kami bertukar tempat menjadi modelnya. Wedding anniversary yang
unik dan cukup simpel menurut saya. Tak ada candle light, anniversary
flower bouquet, atau cokelat berbentuk hati. Cukuplah si Kakak (putri kami)
yang menjadi juru foto untuk mengabadikan bahwa hari itu adalah tanggal
bersejarah untuk kedua orangtuanya.
Tak
cukup berfoto di taman itu, kami pun mencari lokasi yang mungkin lebih memberi
aura romantis. Kami memilih area The Constitution Square. Menyusuri taman yang
letaknya seperti di lembah itu, memberi kesejukan dan ketenangan tersendiri. Di
sekitar lokasi ini lah akhirnya kami kembali memperbanyak pose untuk direkam
dalam kamera. Hasilnya bikin senyum-senyum menahan malu. 🤣
Ini tak sesuai arahan juru fotonya lho ... hahaha |
Yup!
Kali ini suami saya yang menjadi pengarah gayanya. Melihat foto-foto yang ada,
saya tertawa lepas. Saya dan suami seolah lupa bahwa ada putri kami di situ
yang melihat lagak dan gaya ibu bapaknya. Penginnya sih seperti anak-anak muda
zaman now, tapi hasilnya tetap saja … jadul to the max. Hahaha …. Selesai mengambil foto-foto post-wedding, kami memutuskan untuk meninggalkan lokasi untuk memanfaatkan sisa waktu yang ada.
Begitulah
… hari bersejarah itu kami rayakan dengan cara sesedarhana itu. Yang mahal cuma
ongkos ke Luxembourgnya saja. [LOL]
Tur
di atas bus
Karena
minimnya sisa waktu, kami akhirnya memutuskan untuk berkeliling kota dengan
menaiki Luxembourg Hop On Hop Off Tour. Tur bus wisata Luxembourg ini beroperasi
dari jam 10 pagi hingga jam 6 sore. Kecuali hari libur, bus ini akan melayani
para turis hingga jam delapan malam. Bus akan datang dalam setiap 20 menit. Sementara
durasi berkelilingnya 60 menit. Sekali membeli tiketnya, kita pun bebas ingin
naik dan berkeliling berapa kali saja di hari yang sama.
Paket wisata sightseeing ini
bisa ditemukan di seberang Katedral Notredam atau di sekitar Konstitutionplatz.
Bus akan melewati beberapa lokasi wisata. Rutenya mencakup Musee National d’Histoire
et d’Art dan Kota Tua Luxembourg. Keinginan saya untuk turun dan mengeksplorasi
sungguh sangat besar. Namun sayang, kekuatan mager (malas gerak … hahaha)
jauh lebih dahsyat. Ditambah pertimbangan sisa waktu yang kami miliki. Kami akhirnya tetap bertahan duduk manis di bus itu. Hanya
menikmati tempat-tempat bersejarah yang dijadikan tujuan para wisatawan dari
atas bus.
Sejak tahun 2015 saya dan suami
berkunjung ke kota ini, tidak ada perubahan yang signifikan. Beberapa gedung yang
dibangun dengan gaya arsitektur yang megah tetap seperti itu. Sisa waktu sehari
itu pun kami puaskan dengan dua kali mengelilingi kota Luxembourg di atas bus
wisata.
Well … setelah ini, tunggu catatan
menarik dari Brugge. Salam! [Wylvera W.]
Part one-nya ada di sini